Berita Tamu Kita
Agustinus Manek, S.Ag : Salurkan Hobi yang Menguntungkan
Menyalurkan hobi sekaligus mendapat keuntungan secara ekonomi ini juga dilakukan Agustinus Manek, S.Ag.
Penulis: Teni Jenahas | Editor: Apolonia Matilde
KERJA sampingan merupakan pilihan yang banyak dilakukan orang, baik untuk sekadar menyalurkan hobi dan mengisi waktu luang. Selain untuk menyalurkan hobi, upah yang diterima pun bisa untuk menambah biaya hidup rumah tangga.
Dengan memanfaatkan talenta yang dimiliki itu seseorang bisa mendapatkan kepuasan batin dan juga bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.
Menyalurkan hobi sekaligus mendapat keuntungan secara ekonomi ini juga dilakukan Agustinus Manek, S.Ag.
Baca: Sepuluh Tusukan, Nyawa Driver Ojek Online Habis Ditangan Penumpang Sendiri
Pekerjaan sampingan yang digeluti pria di Kabupaten Malaka ini adalah Master of Ceremony (MC) atau pembawa acara di berbagai acara baik formal mapun tidak formal.
Seperti apa kisah seorang MC dalam menjalani profesinya, mari kita simak petikan wawancara Wartawan Pos Kupang, Teni Jenahas dengan seorang MC kondang di Kabupaten Malaka ini.
Anda seorang MC yang banyak mendapat tawaran di Malaka. Bisa diceritakan bagaimana mengembangkan talenta ini?
Baik, terima kasih. Saya lahir dari keluarga orangtua petani. Sejak kecil saya punya cita-cita menjadi penyiar. Maunya duduk di depan untuk kasih materi. Saya mau tampil di depan banyak orang untuk berbicara.
Mungkin ini talenta saya. Jadi saya kembangkan terus-menerus hingga saya bisa menjadi MC yang sering dipakai oleh masyarakat Malaka bahkan Belu dan TTU.
Saya tidak pernah sekolah khusus untuk menjadi MC. Tapi hanya hobi. Saya punya hobi itu ingin berbicara di depan banyak orang.
Anda tidak sekolah khusus atau pelatihan tentang MC. Lalu dari mana anda mendapatkan pengetahuan tentang MC?
Saya belajar otodidak. Karena basic saya guru agama yang notabene tiap hari kami berkatakese, berbicara di depan umat di tingkat KUB, lingkungan dan paroki. Hal itu yang menjiwai saya untuk bisa berbicara di depan umum. Dan, yang menjadi tokoh favorit sekaligus guru saya dalam dunia MC adalah Pak Herman Abatan, MC kondang Kabupaten Belu. Dulu beliau dosen saya. Saya banyak belajar dari beliau dan saya termotivasi sekali ketika ia mendapat penghasilan yang bisa melebihi gaji seorang PNS. Saya pun termotivasi dan memutuskan untuk bergelut di dunia MC.
Kemudian, saya juga membaca buku dan referensi lainnya yang saya ambil di internet. Saya banyak membaca buku Khalil Gibran untuk menambah wawasan saya karena saya sudah gelut di dunia MC.
Sejak Kapan Anda Berkecimpung di dunia MC profesional?
Saya bergelut di dunia MC sejak tahun 2012. Mulai dari hal kecil seperti MC sambut baru, setelah itu MC wisuda, komentator gereja dan lainnya. Yang pertama tidak dibayar. Terima kasih saja kalau pulang. Pada tahun 2012, saya mulai terjun ke dunia wedding (pernikahan). Di dunia wedding masih kelas bayaran Rp 150 ribu sampai Rp 250.000. Belum sampai Rp 500 ribu. Tahun 2012 sampai 2013 ada yang masih bayar Rp 250 ribu.
Setelah itu, tahun 2015, saya diorbitkan pertama menjadi MC syukuran Bupati Malaka. Kalau tidak salah tanggal 22 Febuari 2015. Itu kesempatan pertama saya percaya diri bahwa saya dipercaya menjadi MC di acara pejabat. Itu skala paling besar sudah. Memang kita tidak melihat mata uangnya tetapi momennya.
Setelah itu saya dipakai lagi Pak Ketua DPRD Malaka Bapak Adrianus Bria Seran untuk menjadi MC pernikahan dua kali berturut-turut. Dari situ jobnya mulai berlimpah. Saya merasa luar biasa. Malaka memberikan kehidupan yang luar biasa bagi saya.
Bagimana pandangan Anda tentang dunia MC saat ini?
Saya awalnya melihat dunia MC itu hanya suatu kesempatan untuk menyalurkan hobi. Belum dilihat sebagai pekerjaan sampingan. Lebih pada aktualisasi diri, bisa berdiri di depan dan dilihat banyak orang dan dikenal banyak orang.
Dulu MC masih dipandang sebelah mata dan bayaran juga sesuka orang saja. Dan kita tidak pakai tarif. Tapi sekarang pakai tarif dong. Dalam kota saja kita bisa dapat Rp 1,5 juta sampai 2 juta. Kalau tawaran di bawah Rp 1 juta tetap diterima karena kadang kita berpikir sebagai kekeluargaan. Tapi selama ini belum ada yang tawar di bawah Rp 1 juta.
Baca: Mabar Lakukan Sweeping Rubella! Program Imunisasi Diperpanjang Hingga 31 Oktober
Menurut Anda, hal apa saja yang mesti dimiliki seorang MC profesional?
Baik. Yang pertama dimiliki seorang MC adalah kepercayaan diri, penampilan menarik, familiar dengan siapa saja, penguasaan bahasa dalam hal ini kosa kata harus banyak. Memang MC harus banyak membaca supaya perbendaharaan kata banyak. Karena kalau permintaan dalam seminggu full, tidak mungkin kita menggunakan kata-kata yang sama. Nanti orang bosan. Kita harus belajar terus-menerus agar setiap kita tampil harus memberikan hal yang baru dalam hal kata-kata.
Selain itu, seorang MC juga harus santun dalam berbahasa. Jangan sampai bahasa yang kita sampaikan menyinggung privasi orang, khususnya pengantin. Kalau saya pribadi, satu hari sebelumnya acara, saya pergi wawancara dulu pengantin. Saya perlu tanya mereka punya profil singkat. Terus mereka punya keinginan seperti apa. Apa saja yang bisa disampaikan saat acara dan apa saja yang menjadi privasi.
Hal ini saya lakukan setiap kali acara karena saya dibayar sehingga saya bicara harus sesuai dengan keinginan mereka. Ini juga untuk menjaga agar saya sebagai MC dan pengantin tidak saling tersinggung. Karena ada juga MC yang biasa omong hal privasi orang.
Bisa diceritakan soal pendapatan Anda dari hasil kerja sebagai MC?
Setelah Malaka sudah jadi Kabupaten, bayaran untuk seorang MC juga melejit. Saya pakai ukuran bulan Agustus 2018 dapat bersih Rp 22,5 juta. Biasanya tawaran banyak itu pada musim-musim pesta mulai bulan Juli, Agustus, September, Oktober.
Penghasilan dari MC itu cukup besar. Apakah selain memenuhi kebutuhan rumah tangga, Anda juga membuka usaha?
Saya tidak ada usaha. Penghasilan dari MC saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Saya sedang bangun rumah sekarang. Itu hasil kerja saya dari MC selama di Malaka. Tahun 2015, saya bangun rumah untuk orangtua saya di Atambua. Itu juga dari hasil kerja MC.
Dari hasil job MC, saya juga harus mempersiapkan kebutuhan yang bisa mendukung saya punya pekerjaan, beli jas, baju, celana dan sepatu, dasi.
Anda sering mandapat tawaran untuk MC. Selain kemampuan dasar yang dimiliki, apakah ada tips lainnya?
Saya punya prinsip adalah melayani secara total. Mau pesta besar atau kecil harus melayani secara total karena saya jual jasa dan saya dibayar. Kalau penampilan saya bagus, pasti saya laku dong.
Selain itu, apalagi yang biasa Anda lakukan?
Kita harus berdoa juga supaya mendapat kekuatan dari Tuhan. Kita tidak bisa andalkan kemampuan kita sendiri. Dengan doa pasti rezeki datang juga.
Anda seorang tenaga kontrak daerah juga. Bagaimana Anda membagi waktu?
Iya. Saya menjadi tenaga kontrak (teko) karena saya melihat teko sebagai pekerjaan pokok. Soal bagi waktu, saya tetap menjalankan tugas pokok sebagai protokoler bupati.
Kalau saat jam kantor, ada tawaran, saya biasa minta izin kepada pimpinan saya. Kalau pimpinan mengizinkan, saya layani. Sejauh ini pimpinan saya sangat baik dalam memberikan kesempatan untuk saya agar bisa melayani permintaan dari orang di luar tugas pokok saya.
Bagimana dukungan keluarga terhadap pekerjaan Anda sebagai MC?
Saya sudah berkeluarga. Jadi dukungan dari istri sangat luar biasa. Saya bisa tampil baik karena dukungan istri. Tentu kalau saya pulang harus tunjukan kepada istri hasil yang saya dapat.
Istri juga selalu membantu saya dalam menjaga kesehatan khususnya menjaga stabilitas suara. Istri biasa buatkan air panas dicampur jeruk dan madu.
Memang waktu saya lebih banyak untuk urusan kerja. Pagi sampai sore, saya di kantor terus malam kalau ada job saya harus keluar. Saya biasa gunakan waktu Sabtu dan Minggu bersama keluarga untuk kita refresing. (*)
Baca: Seperti di Bawa ke Nirwana, Ini Pengakuan Seorang Wanita yang Hidup Kembali Setelah Sempat Mat
Rajin Membaca
DUNIA MC (Master of Ceremony) berkaitan dengan komunikasi lisan. Wawasan mesti luas agar komunikasi semakin lancar. Penguasaan bahasa harus bagus dan memiliki perbendaharaan kata yang banyak.
Untuk memiliki wawasan yang luas tentu harus banyak membaca buku dan referensi lainnya. Hal itu yang dilakukan Agustinus Manek, S.Ag, seorang MC kondang di Kabupaten Malaka.
Ditemui di Betun, pria kelahiran Belu, 26 Agustus 1882 ini mengatakan, seorang MC harus banyak membaca untuk menambah pengetahuan sehingga komunikasi lancar saat memandu sebuah acara. "Selain talenta yang sudah dimiliki, seorang MC harus rajin membaca supaya menambah pengetahuan.
Saya sendiri punya banyak buku di rumah. Saya biasa gunakan kata-kata dari Khalil Gibran, penyair Libanon," kata Agus.
Suami dari Marce Marthalena Seran Nahak ini mengatakan, dengan membaca banyak referensi, seorang MC akan menambah kosa kata sehingga setiap acara tidak selalu menggunakan kata-kata yang sama. "Seorang MC harus banyak kosa kata. Karena kalau permintaan dalam seminggu full, tidak mungkin kita menggunakan kata-kata yang sama. Nanti orang bosan," kata Agus.
Agus mengatakan, setelah tamat SMKN, ia masuk Kongregasi Frater Bunda Hati Kudus Malang dan menjalani masa postulat beberapa tahun. Ia sempat dikirim ke Novisiaf Frater Bunda Hati Kudus Malang untuk menjalani masa kanonik selama dua tahun.
Memasuki tahun kedua atau saat menerima kaul kekal pertama, Agus mengundurkan diri dengan alasan mengurus orangtua dan adik-adiknya.
Setelah mengundurkan diri dari kongregasi, Agus Manek melanjutkan studi Sekolah Tinggi Pastoral (STP) St. Petrus Keuskupan Atambua hingga selesai. (jen)
Biodata
Nama: Agustinus Manek, S.Ag
TTL :Tala, 26 Agustus 1982
Istri : Marce Marthalena Seran Nahak, S.Ag
Anak : Damian Deveuster Manek
Riwayat Pendidikan:
SDI Tala, Kabupaten Belu
SMPN 2, Atambua
SMKN 1 Atambua, Jurusan Penjualan 2004
Sekolah Tinggi Pastoral (STP) St. Petrus Keuskupan Atambua
Pengalaman Karier
1. Dosen STP St. Petrus Keuskupan Atambua
2. Guru kontrak di SMP Sabar Subur Betun
3. Tenaga Kontrak Daerah Kabupaten Malaka sampai sekarang.