Berita Tamu Kita
Maria Srikandi Mayangsari : Kembangkan UMKM Hingga Bisa ke Rusia
Antara UMKM dengan potensi pariwisata merupakan satu kesatuan yang tampil timbal balik seperti simbiosis mutualisme.
Penulis: Servan Mammilianus | Editor: Apolonia Matilde
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Servan Mamilianus
POS-KUPANG.COM|LABUAN BAJO- Potensi pariwisata di Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), butuh partisipasi semua pihak dalam pengembangannya. Dunia Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor yang turut memberi kontribusi berarti bagi kemajuan pariwisata.
Antara UMKM dengan potensi pariwisata merupakan satu kesatuan yang tampil timbal balik seperti simbiosis mutualisme. Keduanya saling memberikan keuntungan dan saling mendukung. Dunia pariwisata bisa berdampak pada banyaknya produk dari UMKM yang laku terjual, demikianpun sebaliknya UMKM mampu memajukan pertumbuhan dunia pariwisata itu sendiri.
Di Labuan Bajo saat ini, kehadiran UMKM mulai tumbuh di antara semaraknya kunjungan wisatawan sebagai dampak dari potensi wisata alam yang dimiliki oleh daerah di ujung barat Pulau Flores itu.
Baca: Puluhan ASN di Maumere Ikut Apel dari Jalan Raya! Ini Penyebabnya
Maria Srikandi Mayangsari adalah salah satu pegiat UMKM yang konsen pada tenun ikat khas NTT di Labuan Bajo. Bahkan sejumlah wisatawan datang ke Labuan Bajo hanya karena ingin melihat langsung usaha tenun khas NTT miliknya, selain untuk berwisata santai ke sejumlah obyek wisata.
UMKM tenun ikat yang dikembangkannya juga mengantaranya ke Korea, Jepang bahkan ke Rusia.
Pos Kupang, berkesempatan menemui Candy di rumahnya di Labuan Bajo pada Hari Kamis (27/9/2018). Berikut hasil wawancara dengannya.
Anda adalah salah satu pegiat UMKM di Labuan Baj. Usaha apa yang anda kembangkan ?
Tentu usaha saya berkaitan erat dengan dunia pariwisata. Saya bergerak di usaha ole-ole khas NTT yang lebih fokus pada tenun ikat NTT.
Apa-apa saja produk yang Anda jual ?
Semuanya berkaitan dengan tenun khas NTT yang diaplikasikan ke berbagai produk mulai dari kaki sampai rambut. Misalnya sepatu, sandal, rok, celana, baju, tas, gelang, topi, jepit rambut, bando, dompet dan produk lainnya. Semua yang berkaitan dengan fashion termasuk aksesoris. Semua produk itu berbahan dasar kain tenun ikat NTT.
Tenun ikat dari kabupaten mana saja yang Anda gunakan ?
Kalau yang saya dapatkan langsung dari pengrajin saya, merupakan tenun ikat khas Manggarai, Sumba, Ende dan Sikka. Sedangkan tenun khas dari daerah lainnya saya beli dari pemasuk langganan. Prodak yang saya jual itu ada dua jenis, ada yang full tenun dan ada yang modifikasi
Bagaimana Anda menjalankan usaha itu ?
Saya bekerja sama dengan beberapa pengrajin, sebanyak sembilan orang pengrajin yang saya gunakan. Saya membantu mereka sehingga mereka bisa mendapat KUR dari bank tanpa jaminan karena pakai nama saya. Dari sembilan orang itu terdiri dari pengrajin tenun ikat sebanyak tiga orang; penjahit pakaian, tas non kulit dan beberapa produk lainnya sebanyak dua orang; pengrajin makanan laut dua orang dan dua orang pengrajin souvenir patung komodo.
Baca: Anggota Dewan Minta Eks Kantor Bupati Matim di Toka Segera Difungsikan
Bagaimana Anda memasarkan produk tersebut?
Setelah saya mendapatkan produk dari pengrajin, saya memasarkannya lewat dua toko yang saya miliki di Labuan Bajo. Selain itu saya pasarkan secara online termasuk lewat media sosial. Penjualan secara online lebih banyak mendapat perhatian para pembeli dan banyak yang laku terjual. Ada tiga aplikasi online yang saya gunakan, termasuk belanja.com.
Apakah pemasaran secara online menjangkau sampai ke pembeli di luar negeri?
Iya, benar sekali. Produk saya yang ke luar negeri paling banyak ke Malaysia, Australia dan Belanda. Mereka sangat tertarik dengan produk berbahan baku kain tenun ikat NTT. Sedangkan di dalam negeri paling banyak dikirim ke pembeli di Jakarta, Surabaya dan Medan. Sebagian kecil ke beberapa kota lainnya.
Berapa kisaran harga jual dari semua produk anda tersebut?
Harganya variatif, paling murah Rp 30 ribu dan paling mahal Rp 30 juta bahkan lebih. Produk yang paling mahal itu merupakan tenunan ikat usia tua, peninggalan puluhan sampai seratus tahun lalu. Tenunan lama itu belum menggunakan unsur kimia. Paling banyak tenunan tua itu dari Sumba.
Sejak kapan Anda membangun UMKM?
Saya buka sejak tahun 2015 lalu tetapi mulai menerapkan pemasaran secara online sejak tahun 2016. Saya merupakan binaan dari Bank Mandiri dan Telkom serta mendapat bantuan dari Bank NTT. Mereka merupakan sinergi BUMN. Bantuan dukungan promosi terbesar diperoleh dari ibu Yani Panigoro, pemilik PT Komodo Escape Prawara.
Apa keuntungan lain dari usaha di bidang tenun ikat NTT ?
Saya diikutsertakan dalam kegiatan expo ke luar negeri. Saya sudah ke Jepang pada Bulan Oktober 2017 lalu; ke Korea pada Maret 2018 dan ke Rusia pada Mei 2018. Saya pergi karena saya merupakan salah satu pelaku usaha binaan dari sinergi BUMN.
Baca: Jumlah Korban Meninggal Gempa Sulteng Mencapai 1.203 Orang
Apa yang anda dapat dari kegiatan expo itu?
Saya memasarkan semua produk saya selama expo di beberapa negara tersebut. Tentu bukan persoalan berapa banyak produk yang laku dan uang yang diperoleh dari kegiatan itu. Tetapi hal utama dari kegiatan itu adalah agar semakin banyak orang yang kenal dan tahu tentang produk tenun ikat NTT di luar negeri.