Berita Ekonomi Bisnis
Rupiah Melemah Bisa Jadi Peluang Pariwisata NTT Untuk Datangkan Wisman
Lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dapat dimanfaatkan sebagai untuk datangkan wisman di NTT
Penulis: Hermina Pello | Editor: Hermina Pello
Laporan Wartawan POS-KUPANG.COM, Hermina Pello
POS-KUPANG.COM | KUPANG-Lemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar Amerika Serikat (AS) saat ini bisa menjadi peluang pengembangan sektor pariwisata di NTT untuk mendatangkan wisatawan asing.
Apalagi dalam waktu dekat akan ada kegiatan IMF di Bali pada 8-14 Oktober 2018.
Ada dua sisi dari lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sekarang ini.
Di NTT dampaknya belum signifikan karena sebagian besar kebutuhan masyarakat seperti beras dan lainnya merupakan produksi daerah dan produksi dalam negeri.
Hal ini juga bisa dilihat dari inflasi, di mana Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan rilis bahwa NTT mengalami deflasi pada Agustus 2018 .
Kepala BI Perwakilan Provinsi NTT, Naek Tigor Sinaga yang dikonfirmasi Kamis (6/9/2018) mengatakan, kebijakan secara nasional sudah diambil oleh Gubernur Bank Indonesia.
Sementara daerah, lanjutnya, sampai saat ini belum berdampak signifikan. Lemahnya nilai tukar rupiah ini bisa dilihat dari dua sisi.
Pertama, ada peluang untuk meningkatkan ekspor, karena itu daerah bisa didorong untuk membantu ekonomi daerah dengan meningkatkan ekspor, misalnya perkebunan dan lainnya sehingga bisa menambah peluang pendapatan.
Kedua, meningkatkan pariwisata di NTT.
"Bank Indonesia telah mendorong untuk pengembangan pariwisata di NTT dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah. Dengan mendorong dan genjot pariwisata NTT, maka ada kontribusinya. Dengan lemahnya nilai tukar rupiah ini, kita bisa dorong turis berlibur dan datang ke NTT karena mereka akan merasa atraktif di sini," kata Tigor.
Ia menjelaskan, Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi NTT dan pemerintah daerah telah berupaya untuk mendorong pariwisata di NTT, terutama dengan Pemkab Manggarai Barat, di mana dalam waktu dekat akan ada kegiatan IMF di Bali, tanggal 8- 14 Oktober 2018.
"Ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan," ujarnya.
Menurut dia, peluang pengembangan pariwisata di NTT akan semakin bagus, apalagi gubernur NTT yang baru dilantik.
"Gubernur sangat paham konsep-konsep pengembangan pariwisata sehingga diharapkan NTT akan lebih maju lagi," kata Tigor.
Sementara di sisi lainnya, kata Tigor, dampak terhadap masyarakat dengan lemahnya nilai tukar rupiah ini pada barang-barang impor misalnya bahan baku untuk industri. "Kita ekspor produk rimer tapi impor bahan penolong," ujarnya.
Hal berikutnya yang harus diwaspadai adalah tiket pesawat.
"NTT dengan kondisi provinsi kepulauan, sangat berdampak pada harga tiket pesawat karena semua kebutuhan, misalnya spare part, maintenance dibeli pakai kurs dolar AS," ujarnya. (*)