Berita Gempa Lombok

Mengapa Gempa Lombok Bisa Bermagnitudo Besar? Simak Penjelasannya

Ahli geofisika, Paul Caruso dari Survei geologi Amerika Serikat (USGS) mengatakan, dua gempa besar mengguncang Lombok hanya sepekan

Editor: Kanis Jehola
KOMPAS.com/ANTARA FOTO/AHMAD SUBAIDI
Warga mengangkat sepeda motornya dari reruntuhan rumah pascagempa di Desa Wadon, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Senin (6/8/2018). 

POS-KUPANG.COM - Ahli geofisika, Paul Caruso dari Survei geologi Amerika Serikat (USGS) mengatakan, dua gempa besar yang mengguncang Lombok dalam waktu hanya sepekan disebabkan oleh tabrakan dua lempeng tektonik.

Menurutnya, pusat kedua gempa bumi terjadi di sepanjang patahan dan ada dua lempeng tektonik bertabrakan, di mana salah satu lempeng menimpa lempeng yang lain.

"Di daerah ini (Lombok) ada zona subduksi, di mana salah satu lempeng berada di bawah lempeng lain dan terjadi tabrakan," kata Paul kepada Live Science, dilansir Senin (6/8/2018).

Baca: Pramono Sebut Kemungkinan Satu Parpol Lagi Merapat ke Koalisi Jokowi

"Lempeng Australia bergerak ke bawah lempeng Sunda dan lempeng Australia bergerak ke utara saat ada di bawah lempeng Sunda," imbuhnya.

Ia menuturkan, kawasan Indonesia yang dilingkari Cincin Api Pasifik atau poros potensi bencana, membuat Indonesia rawan gempa bumi dan gunung berapi.

Cincin api digambarkan berbentuk tapal kuda yang garis imajinernya mengikuti tepi Samudera Pasifik dan mengikuti kawasan dengan lempeng tektonik bertabrakan.

Selain Indonesia, kawasan lain yang memiliki zona subduksi adalah lepas pantai Washington, Kanada, Alaska, Rusia, dan Jepang.

Diberitakan Kompas.com pada 2011, wilayah Indonesia terletak di tiga lempeng tektonik aktif, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Hindia Australia. Jika terjadi interaksi antara lempeng, maka proses tersebut akan menyebabkan gempa bumi.

Sejak gempa bermagnitudo 7 yang terjadi pada Minggu (5/8/2018) mengguncang Lombok dan getarannya dirasakan sampai Bali dan Jawa Timur, tercatat sudah ada 230 kali gempa susulan hingga Selasa (7/8/2018) pukul 7.00 WITA.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan, dari 230 gempa susulan ada 16 gempa yang dirasakan kuat.

Diberitakan sebelumnya, gempa pada 5 Agustus 2018 disebut BMKG sebagai gempa utama dari rangkaian gempa yang terjadi pada 29 Juli 2018. (*)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved