Berita Kota Kupang
Enam Rumah Tenun Dari BI Untuk NTT
Selama lima tahun terakhir Bank Indonesia berhasil membangun enam rumah atau galeri tenun di NTT.
Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Rosalina Woso
Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Adiana Ahmad
POS-KUPANG.COM|KUPANG--Selama lima tahun terakhir Bank Indonesia berhasil membangun enam rumah atau galeri tenun di NTT.
Enam rumah tenun tersebut dibangun di enam kabupaten yakni di Kelompok Cinta Budaya di Rote, Rumah Tenun Sabu di Kelurahan Mira Khadi, Kabupaten Sabu Raijua, Rumah Tenun Alor di Kelurahan Ternate Kabupaten Alor dan Rumah Tenun Timor di Kelurahan Nekmese
Dalam rilis resmi yang diterima Poskupang.com, Jumat (13/7/2018), menyebutkan, tenun ikat merupakan hasil budaya yang mencerminkan kekhasan NTT. Seiring meningkatnya permintaan pasar terhadap tenun ikat NTT, Bank Indonesia memandang strategis melakukan pengembangan tenun ikat NTT menjadi penggerak ekonomi lokal melalui pemberdayaan kelompok perempuan.
Dengan semangat tersebut, KPw BI Propinsi NTT melalui Prigram Sosial Bank Indonesia (PSBI) telah membangun enam rumah tenun yang tersebar di beberapa wilayah di NTT yakni Cinta Budaya di Rote, Rumah Tenun Sabu di Kelurahan Mira Khadi, Kabupaten Sabu Raijua, Rumah Tenun Alor di Kelurahan Ternate Kabupaten Alor dan Rumah Tenun Timor di Kelurahan Nekmese yang telah berdiri sejak tahun 2014.
KPw NTT juga membangun rumah/ galeri tenun dengan desain mengikuti bentuk rumah-rumah adat Sumba di Kampung Raja Prailiu, Kabupaten Sumba Timur yang peletakan batu pertama dilakukan oleh Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo pada tahun 2015 dan diresmikan oleh Deputi Gubernur BI, Rosmaya Hadi dan Gubernur NTT pada tahun 2018.
Saat ini KPw BI NTT juga sedang melaksanakan pembangunan Galeri Tenun di Atambua yang dimulai sejak tahun 2017 dan ditargetkan selesai tahun ini.
Selain rumah tenun, BI memberikan dukungan melalui bantuan peralatan tenun, pelatihan penguatan kelembagaan, kewirausahaan dan perluasan akses pasar.
Jumlah penenun yang saat ini tergabung di enam rumah tenun mencapai 222 orang. Saat ini beberapa pelaku usaha rumah tenun juga sudah menjadi inspirasi dengan menjadi instruktur di beberapa tempat di NTT maupun daerah lainnya.
Untuk memperkuat akses pasar dan pembelajaran, mereka dilibatkan dalam setiap kegiatan pameran seperti Karya Kreatif Indonesia, Indonesia Syariah Economic Festival (ISEF), Sunda Kecil Expo, Inacraft dan berbagai jenis pameran lainnya. Omzet yang diperoleh dalam setiap keikutsertaannya dalam pameran mencapai ratusan juta rupiah.
Dampak dari adanya galeri atau rumah tenun, pertama, aktivitas menenun yang bersifat individual dan terbatas dikerjakan di rumah dengan tempat seadanya, kini bisa dilakukan di tempat yabg lebih nyaman sehingga membuat para penenun lebih fokus bekerja.
Dengan berkumpul dan bekerja secara bersama-sama para pengrajin tenun bisa saling belajar, berkompetisi, saling memperkuat modal sosial.
Mereka sudah bisa mengakses kredit untuk pengembangab usaha dengan jumlah Rp 250 juta per kelompok.
Aktivitas menenun baik dalam bentuk kain, selendang maupun selimut dengan semua prosesnya yang dilakukan secara manual menjadi destinasi baru bagi wisatawan.
Dari sisi pendapatan ada peningkatan. Sebelum ada rumah tenun, rata-rata pendapatan bulanan pelaku tenun hanya berkisar Rp 1-6 juta. Namun saat ini, pendapatan para penenun antara Rp 20 juta sampai Rp 100 juta.
Secara sosial, hadirnya rumah tenun dan galeri memacu semangat generasi muda untuk semakin mencintai dan terlibat dalam proses menenun. Rumah tenun juga menjadi tempat belajar anak-anak sekolah yang melakukan kunjungan dan belajar tentang sejarah yang tersirat dalam berbagai motif dan corak tenunan NTT. (*)