Ada Mahasiswa di Kupang Kecewa Tak Bisa Ikut Pemilu

Sebelumnya telah bertemu dengan pihak KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) di area tempat tinggalnya untuk mengkonfirmasi

Penulis: Gecio Viana | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/GECIO VIANA
Foto bersama mahasiswa-mahasiwi Kota Kupang yang tidak dapat mencoblos pada pemilu 27 Juli 2018 di Penfui Kupang, Senin (25/6/2018) malam 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gecio Viana

POS-KUPANG.COM l KUPANG--Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2018 yang akan dilaksanakan, sejumlah mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di NTT merasa kecewa karena tidak dapat mengikuti pencoblosan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang ada di Kota Kupang, Senin (25/6/2018) malam.

Hal itu disampaikan Adelbertus Baran Tobiona (22), mahasiswa Undana Kupang yang berasal dari kabupaten Lembata kepada POS-KUPANG.COM di Penfui Kupang, ia mengungkapkan kekecewaan yang sangat besar karena tidak dapat berpartisipasi dalam menentukan gubernur NTT lima tahun kedepan.

"Ini merupakan catatan bagi pemerintah, menjelang pemilu hal-hal seperti ini dapat disosialisasikan di masyarakat lebih khusus di kalangan mahasiswa supaya sebagai warga negara yang baik kita pun dapat menggunakan hak pilih," ungkap mahasiswa yang kos di area Penfui Kupang tersebut.

Ia mengaku, sebelumnya telah bertemu dengan pihak KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) di area tempat tinggalnya untuk mengkonfirmasi apakah bisa ikut mencoblos di pemilu nanti, akan tetapi, lanjut Adelbertus, dirinya dipastikan tidak dapat mengikuti pemilu.

"Saya sempat tanya ke KPPS, bilangnya nama tidak terdaftar karena tidak ada surat pindah dan nama ada di DPT (Daftar Pemilih Tetap) di Lembata," jelas mahasiswa yang juga Ketua Umum KMK Bunda Segala Bangsa FKIP Undana Kupang tersebut.

Ungkapan kekecewaan juga dilontarkan Elisabeth Daulima (20), mahasiswi jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Undana Kupang, ia mengaku, sangat kecewa karena tidak dapat memilih di pesta demokrasi tahun ini, padahal dirinya berkeinginan besar untuk mencoblos di TPS.

"Satu suara berharga sekali kalau sampai ada ribuan mahasiswa yang datang kuliah di Kupang dan tidak bisa ikut pemilihan, percuma saja kita kuliah dan belajar di organisasi kalau penerapannya kosong," ungkap Elisabet dengan nada kesal.

Persiapan pemilu yang cukup lama, kata Elisabet, sebenarnya harus dimanfaatkan oleh penyelenggara pemilu untuk melakukan sosialisasi dan langkah teknis supaya bisa mengakomodir seluruh mahasiswa yang kuliah di daerah luar.

"Persiapan pemilu kan lama juga, seharusnya pemerintah harus memprediksi jumlah pelajar yang akan melanjutkan studi di luar daerah asal, semestinya ada sosialisasi di kampus," jelas mahasiwi yang kost di area Penfui Kupang ini.

Dirinya berharap ada kebijakan dari KPU NTT bagi mahasiswa dari daerah luar yang kuliah di Kupang dimana hanya membawa e-KTP bisa berpartisipasi dalam pemilu.

"Omong tolak golput (Golongan Putih) tapi kami ini secara langsung Golput," tambah Elisabet yang juga Ketua Umum KMK St Arnoldus Janssen

Sementara itu, Kamila Ignasia Seran (20), mahasiswi yang berasal dari kabupaten Malaka kepada POS-KUPANG.COM mengatakan, untuk pemilihan gubernur NTT kali ini dia memastikan tidak mengikuti pemilu karena ia berasal dari daerah luar kota Kupang.

" Kalau saya kemungkinan tidak coblos karena dari Kupang ke Betun itu jaraknya sangat jauh, jadi selang satu hari saya bisa ke Betun untuk mencoblos," ungkap mahasiswi Fakultas Pertanian Undana tersebut.

Ia mengaku, sangat berkeinginan besar untuk mencoblos akan tetapi kurang memahami prosedur dan tata cara mengikuti pemilu jika berada di daerah di luar daerah asal yang namanya telah terdaftar di DPT.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved