Dirut Bulog Budi Waseso Tak Mau Bekerja Berdasarkan Penugasan Menteri. Ini yang Bakal Dilakukannya
Menurut Budi Waseso ada sejumlah regulasi yang justru menghambat Bulog dalam menjalankan fungsinya.
POS-KUPANG.COM|JAKARTA - Direktur Utama Perum Bulog Komjen (Purn) Budi Waseso mengatakan, dirinya telah memetakan sejumlah permasalahan di Bulog semenjak menempati pucuk pimpinan.
Salah satu permasalahannya dari segi regulasi. Ia mengatakan, ada sejumlah regulasi yang justru menghambat Bulog dalam menjalankan fungsinya.
"Semakin ke sini makin banyak permasalahan.
Termasuk regulasi-regulasi yang melemahkan Bulog.
Kita tidak bisa bekerja maksimal karena ada regulasi-regulasi ini," ujar Budi kepada Kompas.com, Kamis (31/5/2018).
Bulog memiliki fungsi menstabilkan harga dan menjaga ketersediaan barang di lapangan.
Baca: Yang Punya Usaha Bisa Deteksi Dini Kondisi Usaha Melalui Aplikasi EWS KUKM
Baca: Suami Istri Ditemukan Bersimbah Darah, Siapa Pelakunya, Faktanya Sungguh Mengejutkan

Namun, kata Budi, selama ini Bulog bekerja atas dasar penugasan Kementerian Pertanian.
Bulog sifatnya hanya menunggu perintah untuk bergerak menyuplai pangan maupun mengendalikan harga.
Semestinya, kata dia, Bulog bisa melakukan sesuatu hal tanpa harus menunggu perintah.
Termasuk kapan Indonesia perlu mengimpor beras atau tidak.
"Padahal kan kita yang tahu gudang kita berapa kemampuannya, kondisi pasar kayak apa, kan kita yang tahu," kata Budi.
Jika regulasinya menghambat gerak Bulog, kata Budi, maka dirinya tak bisa berbuat apa-apa selain menunggu penugasan.
Fungsinya sebagai stabilisator harga dan memastikan ketersediaan barang tidak tercapai karena tidak adanya regulasi yang mendukung.
Baca: 100 Peserta Ikut Parade Darat Di Ende
Baca: Ladies, Jangan Lakukan 3 Hal Ini Pada Dirimu Untuk Pria, Meski Kamu Telah Mencintainya
Selain itu, Bulog juga harus memastikan produsen maupun konsumen tidak dirugikan dengan harga di pasaran.
Gabah petani tidak boleh diberi harga rendah, sementara konsumen juga jangan diberi harga mahal.
Regulasi lainnya yang Budi kritisi terkait penyimpanan beras dan kewenangan Bulog dalam melihat atau mendisposal barang yang sudah tidak layak pakai.
"Sampai hari ini kan tidak ada. Makanya saya inventarisir permasalahan di setiap direksi yang selama ini menghambat tugas Bulog.
Nanti kita pilah mana yang jadi prioritas," kata Budi.
Ke depannya, Budi ingin ada regulasi yang mendukung tugas Bulog sebagai penanggungjawab sembilan bahan pokok sekaligus menjaga stabilitas harga.
"Faktanya kita tidak punya regulasi yang kuat seperti itu. Ini yang harus dievaluasi dan diperbaiki," lanjut dia.
Baca: Jemaat Klasis Kupang Barat Dilatih Buat Abon dan Sate Ikan
Baca: Ratusan Siswa Seminari Weetabula Ikut Pelatihan Dan Simulasi Pencegahan Kebencanaan
1,42 Juta Ton untuk Lebaran
Sebagai persiapan menjelang lebaran, Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog (Perum Bulog) Budi Waseso mengatakan, ketersediaan bahan pangan baik yang berada di lapangan maupun yang dicadangkan di gudang sangat cukup.

Sehingga, kebutuhan beras masyarakat ketika lebaran dapat terjamin.
Untuk cadangan beras persediaan yang saat ini berhasil diserap oleh bulog sejumlah 1,42 juta ton per Rabu (30/5/2018).
"Per hari kemarin (Rabu), stok beras 1,42 juta ton buat lebaran.
Jadi sudah sangat cukup untuk menghadapai lebaran. Kita pasti menjamin karena stok yang ada sekarang dangn yg ada di lapangan sangat mencukupi. Pasti aman," ujar Budi Waseso ketika ditemui Kompas.com di kantornya, Kamis (31/5/2018).
Baca: Tory : Pelaku Penculikan Anak Lakukan Pelanggaran HAM Berat, Ini Hukuman yang Pantas Bagi Pelaku
Menurut Budi, selama ketersediaan beras baik di lapangan maupun di gudang masih mencukupi, impor masih belum dibutuhkan.
Termasuk, realisasi impor sebanyak 1 juta ton yang belakangan ini kerap diberitakan.
Adapun fungsi dari dilakukannya impor beras, Buwas menjelaskan, bukan untuk dipasarkan, tetapi hanya untuk cadangan pangan saja.
"Urgensi dari impor bukan untuk di lepas ke masyarakat, tidak begitu.
Ukurannya gini, Bulog ini kan perusahaan menyerap (beras) dari dalam negeri, kalau menyerap dalam negeri ini kita butuh 1 juta (ton), tiba-tiba kita nyerap dalam negeri cuma bisa 500.000 (ton), makannya kita harus impor 500.000 lagi," jelasnya.
Baca: Hadapi Gempa Bumi, Warga Sumba Diminta Bangun Rumah Tahan Gempa
Cadangan atau stok beras tersebut akan digunakan ketika terjadi permasalahan yang datangnya tiba-tiba dan di luar kontrol Bulog.
"Seperti bencana alam, misalnya," tambah dia.
Menurutnya, impor sebanyak 1 juta ton ini sudah cukup tepat jika disandingkan dengan kebutuhan beras masyarakat Indonesia sejumlah 2 juta ton per bulan.
"Kita menyiapkan stok ini kan hanya untuk kebutuhan masyarakat satu hingga dua bulan saja.
Ini juga nggak membahayakan, kan sifatnya cadangan, tidak akan bergerak di pasar," tukas dia. (pos-kupang.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul, Cerita Budi Waseso soal Aturan yang Lemahkan Bulog