Bom di Surabaya
Kisah Bu Wenny, Korban Bom Teroris yang Kehilangan 2 Putranya: Mama Telah Memaafkan Pelaku
Wenny, yang terbaring dan sesekali duduk di tempat tidur dari rumah sakit, menangisi dan menciumi darah dagingnya yang kini sudah terbujur kaku.
Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
POS-KUPANG.COM - Kepergian Vincentius Evan Hudojo (11 tahun) dan Nathanael Ethan Hudojo (8) masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga.
Keduanya adalah korban bom bunuh diri di Gereja Santa Maria Tak Bercela Surabaya, Minggu (13/5/2018).
Sang bunda Wenny, yang juga menjadi korban dan saat ini menjalani perawatan di rumah sakit, memaksakan hadir melihat wajah kedua buah hatinya untuk terakhir kalinya.
Baca: Bocah 3 Tahun Ini Meninggal dalam Kecelakaan Tunggal di Namosain. Begini Ceritanya
Diketahui, Wenny terkena pecahan bom di perut dan kakinya, hanya diberi dokter waktu empat jam sebelum kembali ke rumah sakit.
Wenny, yang hanya bisa terbaring dan sesekali duduk di tempat tidur yang dibawa dari rumah sakit, menangisi dan menciumi darah dagingnya yang kini sudah terbujur kaku.
Seperti dilansir TribunStyle.com, meski kondisinya belum stabil, Wenny memaksakan untuk tetap hadir melihat wajah anak-anaknya untuk terakhir kalinya pada Rabu (16/5/2018).

Wenny hanya diberikan waktu sekitar empat jam untuk keluar dari rumah sakit dan melihat kondisi kedua anaknya.
Dalam foto yang beredar di media sosial, Evan dan Nathan tampak sudah bersih.
Mereka terlihat tampan mengenakan jas dan tertidur di ranjang tempat ia disemayamkan.
Wenny memeluk dan mengusap jenazah kedua anaknya sangat erat.
Baca: Pelaku Bom Surabaya Tak Mati Syahid di Jalan Allah, Tapi di Jalan ini. Begini Penjelasan Dalam Islam
Seorang pengguna Instagram dengan nama akun Rita Wahyu pun menceritakan suasana yang terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela tersebut.
"KASIH MENGALAHKAN SEGALANYA
Di misa harian dan doa untuk para korban di Gereja Santa Maria Tak Bercela, 15 Mei 2018, saat homilil Romo Kurdo mengatakan bahwa Bu Wenny, mama dari Evan & Nathan, sudah bisa mengampuni saat dikunjungi Romo Kurdo.
Sebelumnya para suster dan para romo bergantian menemani, mendoakan dan memberikan dukungan moral kepada Bu Wenny.
Bahkan Bu Wenny mengatakan ingin meneladani Bunda Maria.
Bu Wenny mengatakan kedua putranya meninggal lewat peristiwa pemboman ini.
Lalu dia melanjutkan mengatakan bahwa Bunda Maria pun juga sama.
Puteranya (Tuhan Yesus) juga meninggal, namun Bunda Maria bisa mengampuni mereka yg menganiaya Puteranya.
Mari doakan selalu Bu Wenny beserta seluruh keluarganya sehingga mereka dapat kuat dan tetap beriman dalam menghadapi peristiwa ini.
Mohon hentikan pemberitaan yg sebaliknya.
Mari mengampuni, mari bersama mewujudkan Indonesia damai.
Terima kasih. Tuhan Yesus memberkati."
Dalam beberapa kesempatan, Wenny pun terlihat menangis sangat kencang, walau tetap berusaha tegar.
Badannya sama sekali tak terlihat lemas.
Ia kuat dan juga tabah mengusap pipi Evan sambil mencium wajah anaknya untuk terakhir kali.
Suaminya, Erry mendampingi dan beberapa kali terlihat mengusap tubuh Nathanael.
Meski terlihat berusaha tabah, namun seketika tangis pun kembali pecah di sekitar tempat Evan dan Nathan disemayamkan.
Ia masih tegas berbicara dan bahkan menyampaikan jika tak punya dendam dan memaafkan pelaku bom yang menewaskan kedua anaknya.
Wenny juga memberi pesan menyayat hati, "Sudah jangan menangis lagi, jangan suka marahin anak, nanti menyesal."
Melansir dari Surya, paman Evan dan Nathan, Jo Prajoko menceritakan saat pagi sebelum tragedi itu terjadi, dialah yang mengantar Evan, Nathan, Wenny, dan Evelin untuk beribadah di Gereja Santa Maria Tak Bercela.
Setelah mereka turun dan berjalan menuju gereja suara ledakan bom terdengar.
"Waktu itu oma ikut mengantar Evan, Nathan, Wenny, dan Evelin.
"Setelah mobil berjalan meninggalkan mereka, sekitar 10-15 meter dari gereja, bomnya meledak" katanya.
Setelah bom itu meledak, Ia menoleh ke belakang. Ia melihat kaca mobilnya retak akibat getaran bom.
"Setelah melihat kaca mobil retak saya pun turun, dan bilang kepada oma 'ini bom'," ucap Jo.
Lalu jo bergegas ke lokasi ledakan yang ternyata berada di halaman Gereja Santa Maria Tak Bercela.
"Sesampainya di halaman, saya melihat anak-anak sudah tergeletak," terangnya.
Jo lemas saat melihat keluarganya terluka. Ia sontak menggendong Evan. Sementara Nathan, dibopong oleh seorang security gereja.
"Meski lemas saya harus menolong anak-anak," singkatnya.
Baca: Berusia 129 Tahun, Koku Istambulova Melihat Usianya yang Panjang Sebagai Hukuman Tuhan
Jo mengatakan, Evan mengalami luka di bagian kepala, sedangkan Nathan mengalami luka di bagian kaki.
Wenny sendiri tak langsung tahu tentang kematian dua buah hatinya.
Ia yang juga mengalami luka baru diberi kabar pada Senin (14/5) malam.
Evan meninggal dunia beberapa jam setelah ledakan bom bunuh diri, Minggu (13/5/2018) pagi.
Menurut Direktur RS Bedah Surabaya dr Priyanto Swasono MARS, Evans datang dalam kondisi terluka parah saat dibawa ke RS Bedah Surabaya, Jalan Raya Manyar.
"Ada luka bakar, luka patah, dan luka lainnya," kata Priyanto.
Selanjutnya, jenazah Evan dirujuk ke RS Bhayangkara untuk diautopsi.
Sang adik Nathanael dinyatakan meninggal oleh tim Manajemen Rumah Sakit Bedah Surabaya, Jalan Manyar, Minggu sekitar pukul 20.12 WIB.
"Kabar duka, baru saja px korban bom a.n. Nathanael dinyatakan meninggal dunia pukul 20.12 setelah menjalani operasi. Teriring doa untuk korban dan keluarga yg berduka," tulis Manajemen RS Bedah Surabaya.
Konfirmasi juga disampaikan oleh Novie, Marketing Supervisor RS Bedah Surabaya. Nathanael meninggal dunia di ruang ICU RS Bedah Surabaya.
"Benar, disampaikan pasien atas nama Natahanel meninggal dunia pukul 20.12 WIB," kata Novie saat dihubungi.
Sebelum diumumkan meninggal dunia, Nathan, disebutkan dalam kondisi stabil usai menjalani operasi amputasi kaki kanannya. Namun, menurut Direktur RS Bedah Surabaya dr Priyanto Swasono, pasca operasi tekanan darah Nathan drop.
"Dia banyak kehilangan darah akibat luka-lukanya sehingga tekanan darahnya drop," ungkap dr Priyanto.
Sementara itu, ibunda Evan dan Nathan, Wenny, yang juga menjalani perawatan di RS Bedah Surabaya, menjalani operasi pada pukul 16.00 WIB.

Akun facebook Moses Agus Purwono juga menulis tentang Bu Wenny yang rela kehilangan kehilangan dua putranya sebagai korban bom bunuh diri di Surabaya.
Berjudul, The Power Of Love: Mama Telah Memaafkan Pelaku Bom, Selamat Jalan Evan dan Nathan Anakku, Moses Agus Purwono memposting kisah Bu Wenny berikut ini.
Dengan hati yang hancur dan penuh duka dan luka sembari menahan sakit Ibu Wenny berbisik dan mengusap kedua anaknya yang dikasihinya : "Mama Telah Memaafkan Pelaku Bom, Selamat Jalan Evan dan Nathan Anakku." Inilah the power of love yang sesungguhnya dari Ibu Wenny.
Bayangkan dengan rasa hancur hati dan penuh duka dia harus menatap kedua putra terkasihnya : Nathanael Ethan Hudojo dan Vincentius Evan Hudojo yang kini terbujur kaku. Tapi tak ada dendam atau benci atas tragedi yang dialaminya. Ucapan itu keluar dari hati yang sebenarnya mengalami kehancuran hati, kepedihan dan duka yang teramat dalam.
Kasih seorang Ibu Wenny ini luar biasa. Dia menunjukkan kasihnya bukan hanya kepada kedua anaknya tetapi dia memberikan kasih dan pengampunan untuk para teroris biadab tersebut. Kasih dan pengampunan yang lahir dari hati yang hancur sesungguhnya telah mengalahkan kebencian dan permusuhan yang dilakukan para pelaku teror.
Inilah kasih sejati, kasih yang mencerminkan kasih agape, kasih sang Juruselamat yang diimaninya yaitu Kristus yang rela mati karena cintanya kepada manusia yang berdosa. Kristus bahkan memerintahkan umatnya untuk mengasihi musuh, ini perintah yang paling sulit dalam posisi Bu Wenny, dia dengan tabah mentaati dan melakukannya. Sungguh, inilah iman dan kasih yang luar biasa dari Ibu Wenny.
Ibu Wenny bersama ponakannya Evelin kondisinya masih dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Bedah Surabaya. Masih ada serpihan yang belum diangkat oleh dokter dari tubuhnya yaitu di bagian kaki dan pinggang. Nampak tangannya terlihat ada luka-luka saat dia melayat kedua putranya terkasih.
Sempat terbersit harapan ketika salah satu putra bungsunya sempat dirawat dan keadaannya juga sempat stabil. Keluarga berharap dan para netizen memanjaatkan doa agar pemulihan terjadi. Tapi Tuhan berkehendak lain.
Gagalnya fungsi hati dan organ vital lainnya di tubuh mungil Nathan membuat kondisinya yang tadinya kelihatan membaik seketika langsung memburuk. Nathan menghembuskan nafasnya tanpa didampingi Ibunya yang juga masih dalam perawatan intensif.
Pasti ada banyak perasaan yang berkecamuk dalam hatinya. Dan pengakuan jujur sempat terungkap ketika dia sempat mempertanyakan,”Mengapa Tuhan membiarkan anakku diambil?”. Ini adalah jeritan yang keluar dari hatinya yang jelas tidak siap menghadapi kenyataan kehilangan kedua anaknya sekaligus.
Bergulat dengan rasa pedih dan luka hati sementara dia menghadapi realita para pelaku pengeboman itu begitu sadis dan biadabnya melakukan aksi bom bunuh diri sehingga membuat mereka yang mau beribadah di Gereja turut menjadi korban.
Lagi dengan cerianya kedua anaknya mau beribadah bersama Papa dan Mamanya, apalagi dalam momen itu sebenarnya sebagian komunitas Gereja di Indonesia sedang merayakan Mother’s Day atau Hari Ibu.
Sedangkan bagi Nathan dan Evan, ini menjadi momen sukacita mereka mau beribadah di Rumah Tuhan, mau menyanyi memuji Tuhan dan mendengarkan Sabda Tuhan. Tapi belum menginjak ruangan gereja mereka sudah kena terjangan bom yang dahsyat dari para teroris.
Pergulatan batin pastilah sangat berat. Ibu Wenny sempat sadar ketika habis ledakan dan ketika dalam perawatan dia sempat mengusap kepala anaknya. Ada harapan dan pergumulan batin yang dihadapinya terus berkecamuk saat itu
Dengan kondisi luka secara fisik dan batin, dengan memendam duka yang dalam Ibu Wenny berusaha tabah. Bayangkan penderitaan bertubi-tubi yang harus dihadapinya. Luka secara fisik mungkin masih bisa ditangani tapi luka hati yang dalam dari seorang Ibu adalah penderitaan yang sangat berat dan tak terungkapkan.
Dari foto yang beredar, Ibu Wenny terlihat tabah dan sangat tenang kendati batinnya bisa jadi bergejolak dan tidak siap menghadapi penderitaan yang memilukan ini. Tidak ada yang bisa memahami persamaan Ibu Wenny kecuali Tuhan yang diimani dan dipercayainya.
Kondisinya tidak mudah. Ibu Wenny masih dalam perawatan akibat luka terkena serpihan bom, dia bersikeras untuk mendatangi rumah tempat persemayaman jenazah dari kedua putranya. Melihat wajah kedua anaknya yang nampak tenang dan damai di pembaringannya. Akhirnya dokter mengijinkan dengan pendampingan khusus.

Dengan menahan rasa sakit dia yang berada dalam ranjang rumah sakit berusaha bangkit sembari mengusap kepala anaknya. Ada doa yang dipanjatkannya dengan penuh ketabahan dan keikhlasan kepada Bapa di Surga yang diimaninya telah menyediakan tempat yang terbaik di Rumah Bapa.
Kondisi Wenny yang masih lemah membuat dia hanya mendapat waktu empat jam dari rumah sakit untuk melihat jasad kedua anaknya di ruang pendingin jenazah Adijasa, Surabaya. Suasana haru dan duka pun terlihat dan menyentuh hati termasuk penulis pribadi.
Tak ada lagi kebersamaan dan gandengan tangan bersama Evan dan Nathan saat nantinya sembuh dan ke Gereja di hari Minggu. Tak ada lagi keceriaan dan kehadiran dari kedua putranya yang dikasihi oleh Ibu Wenny bersama suaminya. Kehilangan itu sangatlah dirasakan apalagi mereka masih kecil.

Teruntuk Bu Wenny, kedua putramu telah berada di pangkuan Bapa di Sorga. Mereka telah berjumpa dengan Kristus dan tenang bersama dengan Bapa di Sorga. Doa kami, kiranya Tuhan akan memulihkan dan membebat serta menyembuhkan luka terutama luka dan duka hati yang dialami Ibu bersama Bapak dan keluarga.
Tuhan akan menjadi Gembala yang baik di tengah lembah kekelaman yaitu lembah dukacita dan air mata. Tuhan sang Gembala Agung akan terus mendampingi Ibu Wenny bersama Bapak, tak akan dibiarkannya kalian berdua. Nanti sebagaimana keyakinan kita umat Kristiani bahwa kelak ada perjumpaan di Sorga yang kekal suatu saat nanti dan kita akan bersama dalam kekekalan.

Dalam surga kekal, tidak ada lagi derita, air mata, penderitaan dan air mata. Tak akan ada lagi teror dan bahaya di Surga bersama Bapa. Yang ada adalah kehidupan yang penuh sukacita dan bahagia selamanya, kehidupan yang abadi bebas dari semua penderitaan dan kita akan bereuni dengan keluarga yang kita kasihi di dalam Tuhan. Amin. (*)