Rutan Mako Brimob Rusuh
Brimob Asal NTT Bripka Prencje Tewas Ditusuk, Begini Kata-kata Perpisahan Putranya
Putra Bripka Marhum Prencje yang diketahui bernama Mohammad Fadillah itu pun tampaknya terpukul oleh peristiwa tersebut.
Penulis: Fredrikus Royanto Bau | Editor: Fredrikus Royanto Bau
Akibat penikaman itu, Marhum sempat dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Brimob untuk diselamatkan.
Sebelum akhirnya dinyatakan meninggal dunia oleh dokter piket.
Sementara jenazah TS berada di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Akibat Ulah Napi Teroris
Kasus penusukan terhadap Bripka Prencje ini terjadi ketika masih dalam suasana Kerusuhan di Rumah Tahanan (Rutan) Markas Komando (Mako) Brimob, Kepala Dua, Depok.
Kerusuhan ini menelan korban jiwa lima anggota Densus 88 yang merupakan anggota pasukan elit Indonesia tewas di tangan tahanan teroris. Sementara dari pihak napi hanya satu orang yang tewas.
Seperti dikutip Kompas.id, insiden di Mako Brimob, Selasa (8/5/2018) malam, diduga diawali oleh tahanan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) asal Sumatra Selatan (Sulsel) Wawan Kurniawan alias Abu Afif.
Berdasarkan informasi dari sumber di kepolisian, Wawan yang tengah menjalani sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Selasa (8/5/2018), dibesuk keluarganya yang juga membawa makanan untuk Wawan.
Namun, pengawal dari kepolisian melarang pemberian makanan itu dan Wawan marah.
Sudah jamak diketahui di kalangan aparat, termasuk di lembaga pemasyarakatan bahwa tahanan atau nara pidana (napi) teroris kerap kali mendapatkan barang-barang selundupan yang dilarang aparat dari keluarga atau penjenguk, termasuk melalui makanan.
Barang tersebut, sekalipun tidak berbahaya, tak jarang berupa surat atau catatan, dari sesama anggota jejaring terorisme yang diindikasi cukup berisiko ketika menjadi cara mereka menebar pemahaman ekstrem/radikal.
Oleh karena itu, aparat bersikap lebih tegas. Kemarahan Wawan berlanjut setelah persidangan dan kembali ke tahanan di Mako Brimob.
Sekitar pukul 17.00 WIB, Wawan menuntut untuk dipertemukan dengan petugas untuk memprotes soal larangan pemberian makanan tadi.
Namun, petugas yang ingin ditemui Wawan sedang tidak di tempat, dan Wawan diminta bertemu keesokan harinya.
Namun, Wawan rupanya tidak puas. Sekitar pukul 20.00 Wawan memprovokasi tahanan lain untuk membuka paksa sel mereka.