BPTP NTT Harus Menjadikan Pertanian Lahan Kering sebagai Centre of Excelent di Indonesia
Jadi kalau bicara pertanian lahan kering, yah jagonya harus dari peneliti/penyuluh dan petani NTT, karena mereka yang memiliki modal empirik"
Penulis: Paul Burin | Editor: Ferry Ndoen
Laporan Wartawan Pos Kupang.Com, Paul Burin
POS KUPANG.COM, KUPANG - Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP), Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA menyatakan itu di Kupang, Jumat, (11/5/2018) terkait peran BPTP Balitbangtan NTT dikancah pembangunan pertanian nasional.
"Jadi kalau bicara pertanian lahan kering, yah jagonya harus dari peneliti/penyuluh dan petani NTT, karena mereka yang memiliki modal empirik" demikian Harrys.
Lebih jauh dikatakan apabila pertanian lahan kering dimajukan dengan teknologi yang adaptable dengan kondisi lahan kering maka pertanian lahan kering akan maju dan petani akan meningkat pendapatannya dan kesejahteraan.
"Salah satu bagian yang penting adalah perbenihan. Dengan kondisi lahan kering iklim kering akan menghasilkan benih yang berkualitas" imbuhnya.
Lebih jauh dijelaskan dalam perkembangannya pertanian Indonesia mengalami empat fase pertumbuhan, yaitu era tahun 1970-1980 penelitian atau pengkajian berfokus tunggal misalnya penelitian komoditas padi maka hanya padi yang diteliti. Era kedua tahun 1980-1990 era pertanian integrasi, misalnya tanaman-ternak. Era ketiga tahun 1990-2000 merupakan era bioindustri disitu ada zero waste. Era terakhir era Agro Techno Park yang semuanya sampai inkubasi bisnis dikembangkan.
Ke depan BPTP NTT bersinergi dengan semua stakeholders termasuk Pemda Provinsi dan Kabupaten mengembangkan pertanian yang sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah. (*)