Umur 23 Tahun, Wanita asal Sumba NTT Sudah Jadi Dosen! Wajib Baca Kisahnya.

Setelah diwisuda, ia mengajar pada prodi pendidikan bahasa inggris, Universitas Kristen Artha Wacana Kupang dengan umurnya yang masih 23 tahun.

Penulis: Lexy Manafe | Editor: Ferry Ndoen
pos kupang.com, lexy manafe
Erny Selfina Nggala Hambandima dosen asal Sumba yang jadi dosen di usia 23 tahun 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Lexy Manafe

POS-KUPANG.COM|KUPANG-Bisa mengejar impian dan cita-cita merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi setiap orang.

Seperti yang inilah yang dirasakan Erny Selfina Nggala Hambandima.

Tak pernah terlintas dalam benak gadis cantik dengan segudang prestasi ini bisa menjadi dosen di usia muda.

Status dosen muda yang saat ini ia jalani, tak semudah yang dibayangkan. Untuk mencapai cita-citanya, tak sedikit pengorbanan yang ia korbankan.

Alumnus Universitas Kristen Artha Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, yang merupakan tempat ia mengajar sekarang ini, menceritakan bagaimana perjuangannya bisa menjadi dosen, di usianya yang masih muda.

Ia mendaftarkan diri sebagai mahasiswi pada program studi bahasa inggris, Universitas Kristen Artha Wacana Kupang pada tahun akademik 2003/2004 dan di wisuda pada tanggal 4 september 2008.

Setelah diwisuda, ia kemudian mengajar pada program studi pendidikan bahasa inggris,Universitas Kristen Artha Wacana Kupang dengan umurnya yang masih 23 tahun.

Ia menceritakan, bagaimana perjuangannya sebagai mahasiswa.

"Setiap pagi, saya harus bangun pukul 05.00 bersiap diri untuk berangkat ke kampus dengan menumpang angkutan umum dari Oepura dan harus berganti kendaraan umum di halte bus dan terkadang saya harus berdesak-desakan,berebutan tempat duduk dalam bemo menuju kampus sambil menahan diri," kisahnya.

Berbekal uang transport dan uang saku seadanya terkadang ia harus berusaha untuk menahan lapar dan dahaga karena uang yg diberikan oleh orangtuanya tidak mencukupi biaya fotocopy dan tugas yang harus ia selesaikan.

Walaupun banyak kendala yang ia hadapi tapi ia tak pernah putus asa.

"Saya selalu berkata dalam hati kalau saya harus mendapatkan gelar sarjana dan Tuhan pun menjawab doa saya," ungkap dosen yang pernah mengambil pendidikan S2 di Undana.

Pada tahun 2011, ia disponsori oleh orangtua angkatnya Mr. Angus Mortimer dan istrinya, Leslie Kemmis, untuk diundang ke Darwin - Northern Territory selama tiga minggu.

Selama pengalamannya di sana, ia mengalami sendiri kultur budaya asing belajar banyak tentang kehidupan yang ada di tempat tersebut.

"Saya mengunjungi beberapa tempat seperti Charles Darwin University, perpustakaan Parliament House Darwin, Darwin Wild Park dan juga kesempatan yang tidak saya lupakan adalah saya di undang ke sekolah St. Phillip College di Alice Springs-Australia untuk melihat langsung proses belajar mengajar di dalam kelas," ungkap gadis berlesung pipi ini.

Di sana ia bisa membandingkan kesamaan dan perbedaan budaya yg sebelumnya ia pelajari secara teori dalam mata kuliah Cross Cultural Understanding dan akhirnya ia bisa melihat langsung dan berinteraksi dengan komunitas bahasa Inggris di Australia.

Pada tahun 2013 ia bersama beberapa rekan sejawatnya dipercayakan menjadi relawan untuk melayani anak-anak terlantar untuk kursus bahasa inggris yg bertempat di rumah singgah naikoten.

Oktober 2015 dan Februari 2017 ia pernah dipilih menjadi tenaga pelatihan untuk para migran dari Timur Tengah yang berada di Kota Kupang.

Kemudian pada Juli 2017 tahun lalu, ia diundang untuk mengikuti The 15th ASIA TEFL Asia International Conference & 64th TEFLIN International Conference yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta yang diikuti oleh 13 negara untuk mempresentasikan hasil penelitiannya.

"Pengalaman ini cukup berharga di mana saya bertemu penulis-penulis dan peneliti yang hebat. Banyak hal yg bisa saya belajar dari hasil penelitian mereka dan menjadi satu kontribusi yang baik bagi pengembangan diri saya ke depan," kata wanita keturunan Sumba dan Sabu ini.

Erny, sapaan akrab dosen cantik ini, menambahkan, menjadi dosen adalah untuk melayani, bukan untuk dilanyai.

"I am here to serve. Not to be served," ungkap wanita kelahiran Kupang, 7 September 1984 ini. (*)

Sumber: Pos Kupang
Tags
dosen
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved