Hari Kartini
Dipaksa jadi Istri Keempat, Apakah RA Kartini Mencintai Suaminya? Ini Pandangannya tentang Cinta
Perasaan Kartini tetang cinta juga terungkap dalam surat-suratnya kepada sahabatnya tersebut.
POS-KUPANG.COM - Kartini banyak menulis tentang pandangan dan perasaannya yang kemudia dia kirimkan kepada sahabatnya di Eropa.
Setelah Kartini meninggal dunia, Mr JH Abendanon kemudian mengumpulkan dan menerbitkannya dalam sebuah buku berjudul "Door Duisternis tot Licht".
Buku tersebut kali pertama diterbitkan pada 1911.
Sebelas tahun kemudian atau pada tahun 1922, terjemahannya dalam bahasa Melayu, yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" diterbitkan Balai Pustaka.
Tak hanya mengenai kehidupan perempuan Jawa di zaman feodal dan penjajahan yang ditulis Kartini dalam surat-suratnya.
Perasaan Kartini tetang cinta juga terungkap dalam surat-suratnya kepada sahabatnya tersebut.
Buku "Door Duisternis tot Licht" yang kemudian diterjemahkan Agnes Louise Symmers menjadi "Letters of a Javanese Princess", mengungkap beberapa pandangan Kartini tentang cinta, termasuk perasaannya terhadap pria yang ada di sekelilingnya.
Apakah pandangannya tetang cinta tersebut menyangkut kenyataan bahwa dia dipaksa menjadi istri keempat Bupati Jepara, KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat? Hanya Kartini dan Tuhan yang tahu.
Berikut ini kutipan pandangan Kartini tentang cinta yang termuat dalam "Letters of a Javanese Princess" yang telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris. (E-book edisi lengkap unduh di sini).
Kutipan surat Kartini:

"Love! what do we know here of love? How can we love a man whom we have never known? And how could he love us? That in itself would not be possible. Young girls and men must be kept rigidly apart, and are never allowed to meet."
Cinta! Apa yang kita ketahui tentang cinta? Bagaimana kita dapat mencintai seorang pria yang tak pernah kita kenal sebelumnya? Bagaimana pria itu dapat mencintai kita? Tentu saja mustahil. Perempuan dan laki-laki muda dipisahkan, dan tak pernah diijinkan untuk berjumpa. (Jepara - 25 Mei 1899)
"How can a man and woman love each other when they see each other for the first time in their lives after they are already fast bound in the chains of wedlock?"
Bagaimana mungkin seorang pria dan wanita dapat mencintai satu dengan yang lain ketika mereka baru berjumpa pertama kali dalam kehidupan ini setelah mereka terikat dalam pernikahan? (Jepara - 6 November 1899)
"I shall never, never fall in love. To love, there must first be respect, according to my thinking; and I can have no respect for the Javanese young man. How can I respect one who is married and a father, and who, when he has had enough of the mother of his children, brings another woman into his house?"