Kisah Mualaf Belanda yang Jadi Komandan Pertama Para Pasukan Elit Baret Merah

Ia dan pasukannya diterjunkan melalui pesawat layang, lalu mendarat di wilayah konsentrasi pasukan Jerman.

Editor: Rosalina Woso
zoom-inlihat foto Kisah Mualaf Belanda yang Jadi Komandan Pertama Para Pasukan Elit Baret Merah
Angkasa
Idjon Djanbi

Berbagai hobi menantang dilakoninya, dari mendayung perahu kayu, balapan mobil, bermain sepakbola, berkuda bola (polo) bahkan mendaki gunung.

Kegiatan ini kerap kali membuat kakek dan neneknya kewalahan mengawasinya.

Meski demikian, ia dikenal cerdas.

Prestasi akademis di sekolahnya lumayan baik.

Beberapa gunung di Eropa telah ia daki, antara lain Gunung Snowdon dan Ben Nervis (Inggris), Mont Blanc (Swiss), beberapa gunung di Jerman Selatan.

Gunung-gunung di Indonesia pun tak luput dari perhatiannya, seperti Lawu, Merapi, dan Bromo.

Lingkungan keluarga petani membentuk minatnya pada bidang agraria.

Ia menjadi pengusaha ekspor impor bidang agraria dan holtikultura (tanaman hias) tahun 1935-1940.

Perang Dunia II

Pecahnya Perang Dunia II tahun 1939, membuat Visser tidak bisa pulang ke Belanda karena telah dikuasai Jerman.

Di usia 25 tahun ia terpanggil masuk dunia militer untuk membela Belanda.

Baca: Publik Heboh Tebak-tebakan Saat Mbah Mijan Sebut Penyanyi Inisial A Diincar BNN, Siapa Ya?

Baca: Penyanyi Dangdut ini Mengaku Berhasil Turunkan Berat Badan Hingga 30 Kg, Gini Lho Resepnya

Tahun 1940 ia masuk dinas militer sukarela Tentara Sekutu yang berperang melawan Jerman.

Tugas pertamanya sebagai tentara adalah menjadi sopir Ratu Wilhelmina.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved