Tahun 2017 Lembata Surplus Jagung, Tahun Ini Bagaimana?

ada tahun 2017 lalu, Kabupaten Lembata mengalami surplus jagung.Kondisi itu terjadi saat ada penurunan luas lahan panen.

Penulis: Frans Krowin | Editor: OMDSMY Novemy Leo
POS KUPANG/FRANS KROWIN
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Lembata, Mathias Beyeng. 

Laporan Wartawan Pos-Kupang.Com, Frans Krowin

POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA – Pada tahun 2017 lalu, Kabupaten Lembata mengalami surplus jagung.

Kondisi surplus itu terjadi saat ada penurunan luas lahan panen. Penurunan luas lahan itu terjadi di Kecamatan Nagawutun.

Demikian Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Mathias Beyeng melalui Kepala Seksi Perencanaan, Maria Heti Luo Mosa, kepada Pos-Kupang.Com di Lewoleba, Jumat (6/4/2018).

Baca: Ini Tujuan Besarnya Mahasiswa PBL II FKM Undana Bikin Kebun Gizi di Desa Oeltua

Baca: Bukti Kekuatan Cinta, Lamaran Pria Ini Baru Dijawab 16 Tahun Kemudian, Ini Hasilnya

Baca: 6 Manfaat Sikat Gigi Dalam kehidupan Sehari-Hari

Dikatakannya, pada tahun 2016 luas lahan garapan untuk tanaman jagung  13 ribu hektare. Luasnya lahan yang sudah disiapkan para petani, tidak ditunjangi dengan curah hujan yang memadai.

Saat itu, lanjut Maria, hasil panen tak seperti yang diharapkan. Tak sedikit petani yang mengalami gagal panen, karena jagung yang ditanam mengalami gagal tumbuh. Kondisi itu terjadi karena hujan tahun itu relatif kurang.

Di Kecamatan Nagawutun, misalnya, petani memanen hasil yang tak seberapa. Saat itu, curah hujan memang teramat sedikit sehingga jagung tidak bisa dipanen.

“Bukan hanya gagal panen, tetapi tanaman jagung juga gagal tumbuh akibat hujan yang kurang itu,” tuturnya.

Lantaran khawatir akan minimnya curah hujan, tutur Maria, pada tahun 2017 lalu, petani di kecamatan tersebut tidak maksimal menggarap lahan.

Mereka tak mau mengulangi tahun sebelumnya, dimana lahan yang disiapkan demikian luas, sementara curah hujan sangat kurang.

Baca: Murah! Pencuri Ini Menjual Emas 5 Gram Seharga Rp 500.000

Baca: Nah Loh! Cawabup dari Paket WM Ini Bilang Sarjana di Ende Masih TBC, Apa Maksudnya?

Baca: Saat Intim, 4 Hal ini Jadi Kekuatiran Pasangan, Apa Saja?

Sesuai data yang ada padanya, pada tahun 2017 lalu, luas lahan garapan di Lembata hanya 12.936 hektare dari tahun sebelumnya mencapai lebih dari 13. Ribu hektare.

Meski tahun lalu luas lahan lebih rendah dari tahun sebelumnya, namun saat itu Lembata surplus jagung. “Meski luas lahannya berkurang tapi secara keseluruhan petani di daerah ini mengalami surplus jagung,” ujarnya.

Pihaknya optimis dalam musim panen tahun 2018 ini, hasil yang dipanen petani akan jauh lebih banyak. Sebab curah hujan tahun ini di atas rata-rata.

Hanya saja, lanjut dia, sampai dengan saat ini petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL) di setiap kecamatan, belum mengirimkan laporan ke Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lembata, tentang perolehan hasil pertanian tahun ini.

Belum adanya laporan itu, kata Maria, karena saat ini belum semua petani memanen jagung dari lahan miliknya.

Baca: Misteri Lukisan karya Leonardo Da Vinci, Last Supper, Perjamuan Terakhir Yesus dan Muridnya

Baca: Heboh! Pria Sarjana Hukum Ini Membajak Sawah di Malaka, Ini Alasannya!

Baca: Heboh! Bukti Fisik Kebangkitan Yesus Kristus Ditemukan Pada Kondisi Kain Kafan PenguburanNya

Oleh karena itu ia harus menunggu laporan itu sebelum melaporkannya ke jenjang yang lebih tinggi.

“Saat ini kami sedang menunggu laporan dari bawah. Kalau laporan itu sudah kami terima, berarti kita sudah bisa tahu seperti apa hasil pertanian tahun ini. Kami optimis hasil pertanian kali ini lebih baik dari sebelumnya,” ujar Maria. (*)

 
 

 
Area lampiran

 
 

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved