Kamis Putih 2018
Pastor di Belu Perbatasan RI-RDTL Basuh dan Cium Kaki Anak SD
Romo Kris membuka pakaian kebesarannya sebagai seorang imam, lalu membasuh kaki keduabelas anak SD yang menjadi pelakon para rasul Yesus.
POS-KUPANG.COM|ATAMBUA - Perayaan Kamis Putih mengenang perjamuan malam terakhir dan pembasuhan kaki para rasul oleh Yesus mengajarkan dua wujud cinta kasih Kristus. Yakni penyerahan diri dan pelayanan tanpa pamrih.
Sebagaimana ditandaskan Uskup Atambua, Mgr. Dr. Dominikus Saku, Pr dalam misa suci di Gereja Katedral Santa Maria Immaculata Atambua, Timor, NTT pada Kamis (29/3/2018).
Dalam kotbahnya pada misa kudus yang dihadiri sekitar puluhan ribu umat katolik itu, Uskup Domi mengajar tentang makna cinta kasih Kristus yang diwujudkan dengan penyerahan diriNya sendiri sebagai kurban demi menebus dosa umat manusia.
Pemberian diri yang paling berharga kepada umatNya, kepada gerejaNya adalah hidupNya sendiri.
Baca: Pria di Manggarai Terjatuh Usai Terdengar Letusan Senjata, Ternyata Ini yang Terjadi
“Tuhan membagikan kehidupanNya, memberikan kekuasaanNya dan keilahianNya supaya umat memperroleh kehidupan itu dan masuk dalam kehidupanNya sendiri,” urai Sang Uskup kepada umat gembalaannya.
Lebih lanjut ia menegaskan, hostia kudus atau ekaristi dinamakan bekal perjalanan kita menuju kepada kehidupan yang kekal.
Dan itulah sebabnya St. Yohanes dalam Injilnya mengajar, “Bekerjalah bukan untuk makanan yang akan binasa, melainkan untuk makanan yang lestari, yang bertahan untuk kehidupan yang kekal.”
Selain penyerahan diri, cinta kasih juga terungkap dalam semangat pelayanan.
Melayani sesama ala Yesus Kristus berarti tidak hanya dalam bentuk kata-kata dan cita-cita melainkan dalam tindakan nyata berbuat baik bagi sesama.
Sebagaimana yang dicontohkan Yesus Kristus sendiri.
Baca: Peziarah Asal Belu Kecewa Tak Diberangkatkan ke Larantuka
Ia rela mengambil peran seorang hamba yang mencuci kaki tuannya, Yesus pun mencuci kaki para rasulNya sendiri.
Suatu keteladanan yang dapat dibiasakan mulai dari hal-hal yang dianggap sederhana dalam keseharian hidup di rumah.
Misalnya orang tua berkorban bagi anak-anaknya, para guru berkorban dan melayani dengan sungguh para muridnya.
Demikian pula para pegawai berkorban menjadi pelayan bagi masyarakat banyak.
Dengan contoh-contoh ini sang uskup menghimbau agar cinta kita tulus bagi sesama dan dengannya kita pun sanggup mencintai Allah yang mencipta dan menyelamatkan kita.

Romo Kris Basuh dan Cium Kaki Anak SD
Sebelumnya pada pagi hari tepat pukul 08.00 wita di gereja yang sama diadakan perayaan ekaristi (misa) khusus bagi anak-anak sekolah dasar (SD) dipimpin oleh Romo Kris Fallo, Pr dihadiri ribuan anak dan orang tuanya.
Mengenang peristiwa perjamuan terakhir Yesus dengan para rasulNya, Romo Kris melakonkan pembasuhan kaki.
Baca: Pemilik Kapal Masih Abaikan Standar Keselamatan Peziarah
Dalam perayaan ekaristi itu Romo Kris membuka pakaian kebesarannya sebagai seorang imam, lalu membasuh kaki keduabelas anak SD yang menjadi pelakon para rasul Yesus.
Tidak hanya mencuci, dia juga mencium kaki anak-anak itu. Sebuah adegan mengenang pembasuhan kaki rasul-rasul oleh Yesus Sang Guru Ilahi.
Di jaman Yesus orang yang hendak masuk ke dalam rumah, dicuci kakinya di depan pintu oleh seorang hamba.
Jadi mencuci kaki itu sebetulnya tugas seorang hamba.
Namun Yesus yang adalah Guru dan Tuhan mengambil peran seorang hamba dengan mencuci kaki para rasulNya.
Ini menjadi teladan bagi para pengikutNya, agar selalu saling melayani dengan sungguh sebagaimana seorang hamba melayani tuannya.
Baca: Gadis 17 Tahun di Sumba ini Diperkosa Pemilik Kios Usai Beli Sampo
“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu,maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu.
Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperrti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Injil Yohanes 13:14-15)
Bagi anak-anak baptisan Yesus, teladan Sang Guru Ilahi ini mengajak mereka agar bersikap sopan dan taat kepada orang dewasa seperti para guru dan orang tua.
Dasarnya adalah cinta kasih. Mengasihi sehabis-habisnya, bahkan juga mencintai musuh. (Eustachius Mali/Seksi Dokumentasi dan Publikasi Katedral Atambua)