Ini Alasan Esthon-Chris Membangun NTT dari Desa
Calon Gubernur (Cagub) NTT, Ir. Esthon L Foenay menyatakan komitmennya untuk membangun NTT dari desa karena desa memiliki potensi yang sangat banyak.
Penulis: Frans Krowin | Editor: Kanis Jehola
Laporan Wartawan Pos-Kupang.Com, Frans Krowin
POS-KUPANG.COM, LEWOLEBA - Calon Gubernur (Cagub) NTT, Ir. Esthon L Foenay menyatakan komitmennya untuk membangun NTT dari desa. Pihaknya akan melakukan itu, karena desa memiliki potensi yang sangat banyak.
"Kalau potensi di desa-desa itu dijamah oleh pemerintah, maka wajah desa tentu akan berubah. Sebab desa-desa di NTT umumnya memiliki kekayaan yang luar biasa."
Baca: Sedih! Pemkot Masih Cari Dana Bantu Korban Angin Puting Beliung
Hal tersebut disampaikan Calon Gubernur NTT, Ir. Esthon Foenay, saat melakukan kampanye dialogis di Lewoleba, Kabupaten Lembata, Senin (12/5/2018).
Saat itu, Esthon didampingi Gabriel Beri Binna dan Yohanis Nubatonis. Beri Binna merupakan Ketua Tim Pemenangan Paket Esthon-Chris dalam Pemilihan Gubernur 2018 ini yang juga kader Partai Gerindra yang kini menjadi Wakil Ketua DPRD NTT. Sementara Yohanis Nubatonis merupakan mantan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
Baca: Pemuda Naikoten I Swadaya Kerja Jalan Dalam Pasar Kasih
Esthon mengatakan, selama ini pembangunan di NTT masih berjalan timpang. Infrastruktur yang menghubungkan desa-desa belum dibangun secara optimal. Sampai saat ini, kondisinya masih jauh dari harapan.
Buruknya infrastruktur tersebut, lanjut dia, berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat. Ekonomi kaum wong cilik sulit berubah menjadi baik. Pasalnya, infrastruktur tak menunjang pemasaran komoditi yang dimiliki oleh masyarakat.
Konsekuensinya, lanjut dia, pendapatan petani relatif kecil. Ikutannya, adalah kebutuhan rumah tangga tak dapat dipenuhi secara baik. Itu berarti kesejahteraan masyarakat seperti yang diidamkan sulit diwujudkan.
Berangkat dari keadaan tersebut, lanjut mantan Wakil Gubernur NTT ini, maka dirinya bersama Calon Wakil Gubernur NTT, Kristian Rotok, bertekad untuk membangun NTT dari desa. Pasalnya, hanya dengan cara itu, NTT bisa keluar dari predikat sebagai propinsi termiskin ketiga di Indonesia.
Esthon menyebutkan, ia bersama Kris Rotok mengabdi sebagai birokrat selama 32 tahun. Selama rentang waktu tersebut, baik dirinya maupun Kris Rotok tak pernah ternodai dari perbuatan tercela maupun tindakan melawan hukum.
"Sampai sekarang ini, kami berdua masih bersih. Kami tidak pernah melakukan suatu perbuatan yang melawan hukum. Bahkan selama bekerja sebagai PNS, kami juga tidak pernah melakukan tindakan yang bertujuan memperkaya diri. Itulah kepribadian kami," ujar Esthon disambut aplaus meriah. (*)