Merenda UNWIRA Sebagai "Center of Excellence"

Unwira Kupang kini mematrikan diri sebagai perguruan tinggi yang memenuhi standar nasional.

Penulis: Benny Dasman | Editor: Benny Dasman
zoom-inlihat foto Merenda UNWIRA Sebagai
ISTIMEWA
Pater Dr. Philipus Tule, SVD

---------------------------------------------------------------------------------------------
Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang kini terus menunjukkan kematangannya. Dalam kurun waktu 36 tahun (1982-2018), Unwira eksis tampil sebagai salah satu perguruan tinggi swasta yang dipercaya masyarakat. Memberikan warna khas pada pendidikan tinggi di Nusa Tenggara Timur (NTT), bahkan di kawasan Timur Indonesia.

Sejalan dengan komitmen untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu, Unwira tak henti-hentinya berkreasi untuk melakukan terobosan baru. Pembenahan dalam seluruh proses pendidikan yang dijalankannya. Menghasilkan karya-karya besar yang kreatif, inovatif, serta relevan dengan kebutuhan masyarakat agar para lulusan siap memasuki pasar kerja.

Ke depan, di saat memasuki revolusi industri keempat, Unwira komit mengembangkan tiga jenis keunggulan sebagai trade mark-nya: keunggulan akademik, keunggulan karakter lulusan, dan keunggulan citra lembaga. Ini sebuah tantangan menyusul semakin kerasnya persaingan antara perguruan tinggi swasta dan negeri. Lebih dari itu, tuntutan pemerintah dalam pengelolaan perguruan tinggi pada era disruptif yang sangat menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi yang canggih, dan pergeseran paradigma ilmu-ilmu berkaitan dengan kebutuhan nyata masyarakat lokal.

Apa langkah-langkah konkritnya? Ini jawaban Rektor Unwira, Pater Dr. Philipus Tule, SVD, ketika diwawancarai wartawan Pos Kupang, Benny Dasman, di ruang kerjanya, Kamis (15/2/2018). Dalam gaya tutur!
------------------------------------------------------------------------------

Akreditasi Institusi
Unwira, yang memiliki tujuh fakultas, satu program studi magister manajemen, dan 20 program studi S1, sudah terakreditasi secara institusi di tingkat nasional oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dengan mengantongi nilai B. Tertuang dalam SK BAN-PT Nomor 2670/SK/BAN-PT/Akred/PT/XI/2016.
Akreditasi ini berlaku hingga tahun 2021. Unwira pun mematrikan diri sebagai perguruan tinggi yang memenuhi standar nasional.

Sebagai universitas swasta di tingkat lokal tapi berdaya saing global, saya tidak tak mau Unwira menjadi perguruan tinggi kelas dua atau hanya menghasilkan lulusan masal kelas dua. Unwira harus menjadi institusi yang diperhitungkan di tingkat lokal dan nasional, bahkan internasional. Banyak lulusan Unwira bekerja di luar negeri, seperti di Timor Leste dan berbagai negara lainnya.

Memasuki ambang usianya yang keempat dasawarsa (1982-2022), saya akan terus memacu Unwira untuk menjaga keunggulan kompetitifnya. Menghasilkan lulusan kelas satu. Karena itu, akreditasi tidak hanya secara institusi tetapi juga untuk 21 program studi (prodi) di Unwira. Sebanyak 12 prodi terakreditasi B, sembilan prodi lainnya terakreditasi C. Saya berharap pada akreditasi berikutnya, prodi yang saat ini bernilai B naik level ke A. Sementara yang nilai C naik ke B.

Kalau bukan tahun ini, dalam masa kepemimpinan saya, diharapkan ada prodi yang akreditasinya meningkat. Ya, minimal satu atau dua prodilah yang naik level. Itu sudah bagus.

Akreditasi ini memantik kepercayaan masyarakat terhadap Unwira. Buktinya, jumlah mahasiswa terus meningkat setiap tahun. Saat ini jumlah mahasiswa Unwira 7.666 orang. Padahal dalam proyek 10 tahun lalu, jumlah mahasiswa sebanyak ini baru dicapai pada tahun 2022. Luar biasa. Ini bukti kepercayaan masyarakat terhadap Unwira sangat tinggi.

Seiring untuk menjaga keunggulan kompetitif, saya menginginkan agar pengajaran ilmu-ilmu sosial, politik, ekonomi, manajemen, filsafat, tehnik dan eksakta di Unwira harus bersifat kontekstual dan berbudaya lokal, berbasis penelitian dan eksperimen di berbagai laboratorium yang dimiliki.

Kini, semua pengajaran ilmu-ilmu sosial dan ilmu lainnya terus mengalami pergeseran pendekatan. Pergeseran ini telah berdampak pada penyesuaian kurikulum sehingga program pendidikan di Unwira tetap relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Jadi, dosen jangan hanya menggunakan teori-teori besar saat kuliah tetapi harus didukung/ditunjang dengan kearifan lokal yang diteliti dan diinterview. Ini yang disebut proses pembelajaran berbasis RISET. Ini yang Unwira kembangkan ke depan. Jadi, bukan pada aktivitas kuliahnya. Penekanannya pada konten, metode dan komitmen. Ini tantangan ke depan untuk dosen dan mahasiswa.

Lulusan Berkualitas
Terwujudnya out put Unwira yang berkualitas, apabila ditunjang kualitas dan kualifikasi tenaga dosen. Kini, Unwira terus berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kualifikasi dosen melalui program peningkatan jenjang pendidikan S2 dan S3.

Jumlah dosen Unwira saat ini 215 orang (17 dosen S3, 188 dosen S2, ratio 1:35). Ke depan, kita proyeksikan, kualifikasi jenjang pendidikan S3 dosen mencapai 25 orang. Saat ini, 13 dosen sedang studi S3. Tahun ini sekitar 5-10 dosen menyelesaikan studi S3-nya.

Proyeksinya, pada tahun 2020 nanti, Unwira sudah mempunyai 25-26 orang dosen S3 dan proyeksi mahasiswanya mencapai 8.500 orang, dengan ratio 1:30 (ideal 1:20). Saat ini kita sedang rekrut tenaga dosen baru menggantikan dosen-dosen yang pensiun. Seleksi para dosen baru diperketat dengan yang berijazah atau lulusan universitas luar negeri dan bisa berbahasa Inggris dengan baik.

Ke depan, dalam masa kepemimpinan saya, harus ada tiga atau empat orang dosen yang mengurus professorship. Jangan melihat itu sebagai ambisi pribadi tetapi sebagai ambisi lembaga (Unwira). Harus ada yang menjadi profesor. Ini semua dalam rangka menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Dosen-dosen pun harus meningkatkan kualifikasi pribadinya dengan mengikuti seminar-seminar nasional maupun internasional. Ini untuk menunjang peningkatan mutu akademik para dosen dan mahasiswa. Dosen-dosen juga diutus untuk mengikuti seminar bertaraf nasional baik sebagai peserta maupun sebagai pemateri, sekaligus membangun kerja sama dengan pihak eksternal.

Dalam rangka peningkatan mutu lulusan, Unwira mengembangkan kurikulum berdasarkan SN DIKTI berbasis kerangka kualifikasi nasional Indonesia atau KKNI. Ini disebut sebagai kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Standar akademiknya ditetapkan BAN PT.

Ada sembilan standar yang operasionalnya diterapkan pada 2019 mendatang. Namun, kami di Unwira sudah merincikan sembilan standar itu menjadi 42 standar. Ini sudah melampaui dari yang ditetapkan BAN PT. Tentunya 42 standar ini sangat khas dengan karakteristik Unwira. Semua itu untuk menunjang program penjamin mutu. Penilaiannya berdasarkan Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPM).

Untuk penjaminan mutu internal, Unwira terbilang kuat karena kami memiliki Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M). Jadi, secara internal Unwira sendiri melakukan akreditasi dan secara eksternal oleh BAN PT. Jadi, LP3M serta para praktisi di lingkungan kampus bergandengan merumuskan model pembelajaran berbasis riset, selain mempunyai kegiatan pengembangan bakat atau ekstrakurikuler di luar kegiatan utama belajar mengajar.

Semua ini sebagai strategi untuk menghasilkan out put Unwira yang berkualitas. Kita menyiapkan out put yang bermutu untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia masyarakat Indonesia. Para lulusan Unwira, tidak hanya berkarya di NTT tetapi juga di luar negeri.

Saat ini sekitar 200 mahasiswa dari Timor Leste kuliah di Unwira. Ada alumni Unwira dari Timor Leste sudah menjadi menteri. Ini sangat membanggakan. Begitu pun misionaris kita tamatan Unwira, ada yang berkarya di luar negeri. Kita membangun jejaring dengan lembaga di mana para alumni ini bekerja.

Kembangkan Teknologi Informasi
Dalam era revolusi industri generasi keempat saat ini, tuntutan teknologi semakin tinggi di dunia kampus. Unwira sebagai kampus yang mengedepankan kualitas harus siap dan tanggap, kalau tidak akan tertinggal. Ini untuk menyikapi tuntutan pemerintah agar para lulusan pendidikan tinggi melek teknologi.

Saya berharap lulusan perguruan tinggi ini sudah melek teknologi. Gunakan teknologi itu untuk meraih kesuksesan dan berbagai capaian prestasi.

Penguasaan teknologi telah menjadi keterampilan yang melekat bagi setiap sarjana. Tanpa keterampilan dalam penguasaan teknologi akan menjadikan lulusan perguruan tinggi sebagai penonton. Bukan sebagai pelaku yang memanfaatkan teknologi.

Saat ini, kami di Unwira, laporan beban kerja dosen setiap semester disampaikan melalui online. Ke depan, penerimaan mahasiswa baru juga kita lakukan melalui online.

Obsesi kita Unwira harus memiliki dan mengelola teknologi informasi (IT) secara teknikal (IT Function) dengan mengantongi hak cipta sendiri. Misalnya, Unwira Tech. Itu yang kita kembangkan nanti. Jadi, dosen dan mahasiswa harus kuasai IT. Rujukannya pada SIMAK (sistem informasi akademik).

Rencana strategis ini didukung penuh yayasan, selain membangun fasilitas perkuliahan serta sarana dan prasarana. Sejak tahun 2014, Unwira secara bertahap membangun gedung kampus dua berlokasi di Penfui.

Ke depan kita sudah mempunyai master plan kampus yang luar biasa seluas 20 hektare di Penfui. Kita sudah merampungkan pembangunan beberapa unit gedung kampus tempat perkuliahan mahasiswa untuk lima fakultas. Sedangkan dua fakultas lainnya masih kuliah di kampus Merdeka-Kupang.

Saya juga berobsesi membangun pemondokan mahasiswa. Tanah milik SVD di dekat kampus baru di Penfui masih luas. Bisa saja di tempat itu kita bangun rusunawa milik SVD. Juga kantin dan unit usaha lainnya. Jika mahasiswa terkonsentrasi, gampang kita melakukan pastoral kategorial. Ini identitas kita yang tak boleh hilang. Nanti seluruh kegiatan belajar mengajar dipusatkan di Kampus Penfui atau setidak-tidaknya 70 persen kegiatan kampus dipusatkan di Penfui.

Kampus lama di Merdeka kita kelola untuk menyelenggarakan program pasca sarjana serta seluruh kegiatan administrasi dan rektorat. Ke depan, didukung yayasan, kita kembangkan program-program studi magister (S2). Saat ini baru satu program magister. Ke depan kita dorong agar Unwira menghadirkan program magister filsafat, magister hukum dan magister FISIP. Itu obsesi kita.

Penelitian dan Publikasi Ilmiah
Fokus kita ke depan adalah penelitian dan publikasi. Tugas pokok seorang dosen ada tiga domain, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dosen diwajibkan melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di sekitarnya.

Sayangnya, dua poin terakhir ini masih sering dianggap sebagai sebuah `pekerjaan sampingan'. Seorang dosen lebih fokus pada tugas rutinnya sebagai pengajar serta pembimbing mahasiswa ketimbang melakukan inovasi baru melalui kegiatan penelitian.

Semakin banyak riset yang ditelurkan oleh para dosen di suatu perguruan tinggi, dipastikan mendorong perbaikan peringkat reputasi bagi institusi tersebut. Logikanya, saat seorang peneliti melakukan publikasi di berbagai jurnal ilmiah, otomatis peneliti tersebut akan memasukkan nama institusi dari mana dia berasal. Sehingga nama perguruan tinggi tersebut menjadi semakin dikenal.

Unwira harus intens mempublikasikan hasil-hasil penelitian, tidak saja pada jurnal- jurnal nasional yang sudah terakreditasi tetapi juga level internasional. Ini rencana kita ke depan. Mewujudkan hal ini, kita menjalin bekerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri (Asia dan Eropa), selain dengan perguruan tinggi yang tergabung dalam wadah Aptik (Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik).

Juga dengan universitas- universitas terkemuka milik Serikat Sabda Allah (SVD) di luar negeri. Misalnya, Universitas Nanzan Nagoya-Jepang; Fu Jen University, Taipeh; San Carlos University, Cebu City-Filipina; Holy Name University di Tagbilaran City, Bohol, Filipina; dan Divine Word University di Madang, Papua New Guinea. Selain kita belajar dari mereka, kita juga mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian.

Kita juga merintis kerja sama dengan The Australian National University (Universitas Nasional Australia) di Canberra dan dengan Chung Yuan Christian University di Taipeh. Bulan Juni mendatang kita tanda tangan MoU dengan dua universitas ini, juga dengan National University of Singapore.

Konkritnya, kita melakukan penelitian dan publikasi bersama selain menggelar seminar bersama.

Unwira juga menjadi anggota Association of South East and East Asia Catholic Colleges and Universities (ASEACCU), dengan lembaga USAID (From The American People) Higher Education Leadership and Management.

Singkatnya, yang menjadi rencana utama saya selama 3-4 tahun ke depan ini adalah mengaktifkan penelitian dan publikasi, baik pada jurnal-jurnal prodi atau fakultas maupun dalam bentuk buku. Apalagi kita punya Unwira Press. Ini yang harus kita kembangkan dan manfaatkan. Sekarang kita punya ARTEKS (jurnal teknik arsitektur). Jurnal ini sudah masuk jejaring internasional. Kita bangga. Kita juga harus giat menggelar pelatihan untuk para penulis.

Penelitian dan publikasi ini harus menjadi obsesi semua stakeholder di Unwira. Kemenristek Dikti siapkan begitu banyak dana penelitian. Tinggal kita menangkap peluang itu untuk menunjang pembelajaran berbasis riset. Tren kuat pada abad ke-21, proses harus diwujudkan dalam bentuk seminar tetapi juga dalam bentuk aktivitas di kelas.

Dengan demikian, salah satu metode dalam "Student Centered Learning" (SCL) adalah mengintegrasikan riset dalam proses pembelajaran (pembelajaran berbasis riset), yang kelak akan berbuah berupa publikasi akademik, baik oleh dosen maupun mahasiswa. Hasil publikasi akademik itu pun bakal bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Juga dapat diterapkan demi perubahan dan pembangunan masyarakat NTT.

Mulai 18 September 2017 lalu, Unwira bersama 12 perguruan tinggi lain di Indonesia, juga menjalin kerja sama dengan Badan Keahlian DPR RI. Kegiatannya, menyusun dan membahas naskah akademik setiap draft undang-undang. Setiap perguruan tinggi diminta menyiapkan enam orang dosen untuk disertakan dalam Badan Keahlian DPR RI. Ini salah satu cara agar lembaga legislatif itu kuat. Untuk Unwira, kita sudah siapkan dosen-dosen S3.

Muara dari kerja sama ini untuk memberi nilai plus kepada para lulusan. Selain melalui program peningkatan keterampilan penggunaan teknologi informasi (IT), bahasa Inggris dengan menyediakan kursus dan membentuk lulusan yang memiliki jiwa entrepreneur dengan menjadikan mata kuliah kewirausahaan dalam kurikulum dan praktek berbisnis secara nyata.

Alumni
Permintaan masyarakat untuk lulusan pendidikan berkualitas internasional pun menjadi tantangan tersendiri bagi Unwira. Menjawabi tantangan itu, Unwira terus mengembangkan kerja sama dengan berbagai lembaga pemerintah dan swasta.

Kerja sama luar negeri yang sedang dijalankan saat ini adalah Ceremony Comunity Outreach Program (COP) atau KKN. Wujudnya dalam bentuk pengabdian masyarakat, melibatkan mahasiswa dan dosen asing.

Program ini, misalnya, terfokus untuk masyarakat yang termarginalkan. Itu salah satunya. COP tahun 2018 ini melibatkan 10 orang dosen dan mahasiswa asing (5 orang dari Korea Selatan, 3 dari Taiwan dan 2 orang dari Singapura).

COP mempunyai nilai dan makna yang besar di mana mahasiswa mendapatkan pembelajaran baru dari masyarakat. Dengan demikian, ketika menjadi alumni dan bekerja sudah mendapat referensi berharga.

Almuni kita tersebar di mana-mana, bahkan hingga luar negeri. Kita tinggal aktifkan wadah ikatan alumni sebagai langkah untuk membangun jejaring kerja sama dengan para pengguna jasa Unwira.

Membangun jejaring sangat penting untuk menyiapkan pasar bagi penyerapan lulusan di pasar kerja dan sebagai sumber referensi untuk pembenahan mutu akademik. Para pengguna jasa dapat memberi masukan untuk kemajuan Unwira. Misalnya, pemikiran tentang kurikukum. Kita, misalnya, mengundang alumni di Timor Leste yang sudah menjadi menteri untuk berbagi pengalaman dan memberi masukan tentang perkembangan terkini di dunia perguruan tinggi. Ada juga alumni yang berkarya di Jerman, Belanda, Afrika, Amerika Latin dan negara lainnya. Kita bangun jejaring dengan lembaga tempat mereka bekerja untuk kerja sama dan sebagainya.

Unwira juga selalu berpartisipasi secara nyata dalam pelaksanaan pembangunan, melalui kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk pembangunan fisik, pendidikan dan pelatihan.

Pusat Keunggulan
Sebagaimana arah perguruan tinggi umumnya, target Unwira ke depan adalah mewujudkan keseimbangan antara konsep teoretis global dengan studi empiris atau studi kasus-kasus lokal. Ini sebagai prinsip belajar dan mengajar pada abad ke-21. Dosen Unwira hendaknya memanfaatkan ilmu pengetahuan yang telah ada untuk mempromosikan Pembelajaran Berbasis Siswa (Student Centered Learning).

Pun mahasiwa harus mengembangkan pemahaman dan berusaha menerapkan pengetahuan itu dalam konteks dunia nyata. Mahasiswa belajar lebih efektif, bila mereka sadar bagaimana mereka belajar serta tahu memonitor dan merefleksi tentang apa yang dipelajari.

Semua itu menuju pada apa yang disebut "Center of Excellence" (pusat keunggulan). Ini sebagai obsesi bersama, Yayasan Pendidikan Katolik Arnoldus (Yapenkar), semua staf, pimpinan serta segenap civitas akademika Unwira. Pembangunan kampus baru di Penfui, pengiriman sekelompok dosen untuk melanjutkan studi S2 dan S3, pengadaan sarana dan prasarana fisik yang memadai untuk menampung pertambahan mahasiswa yang terus meningkat, mutlak dilakukan.

Saya mengundang semua dosen, karyawan, sahabat, para donator, alumni dan para mitra untuk bersatu padu, aktif dan mendukung Unwira dalam mewujudkan "Center of Excellence" sebagai sumbangsih keilmuan yang nyata untuk membangun Flobamorata. Agar Unwira tetap menjadi menara ilmu pengetahuan.

Semoga semua orang berpartisipasi bersama kami dengan berbagai cara: dengan dukungan moral dan spiritual, dengan karya amal, donasi, beasiswa, dan lain-lain.

Mari kita terus bekerja keras dan berharap ke depan Unwira lebih maju, jaya dan berkelimpahan. Ut Vitam Habeant Abundantius! (advertorial)

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved