Perlukah Mengucapkan Terima Kasih dalam Hal Kecil? Cuitan Selebtwit Ini Jadi Sorotan
Perdebatan dihadapkan pada perspektif yang menganggap seseorang tak perlu mengharapkan balasan.
Penulis: Efrem Limsan Siregar | Editor: Efrem Limsan Siregar
"Nambahin gua takutnya mbak (bocah) tadi Tuna Rungu (emoji) I always try to think 'khusnudzon' for all," tulis @yonpurba.
Jika memang gadis itu diduga tuna rungu, pengguna lainnya mengatakan tuna rungu pun seharusnya dapat memberikan gestur tubuhnya.
"Senyum dan anggukan kepala itu udh menunjukkan terima kasih (emoji)," tulis @pretty_firstayu.
Baca: Angin Kencang Terjang Kantor Gubernur NTT, Plafonnya Roboh
Sebagai pembanding, seorang pengguna lain, Kokok Dirgantoro, memberi contoh kasus ketika berpapasan dengan bule.
Ia pernah menahan pintu beberapa kali untuk memberi jalan masuk kepada anak bule.
Sepengalamannya, setiap kali ia membukakan, ia selalu menerima ucapan terima kasih dari si anak dan orangtuanya.
"Kalo orang kita sendiri kadang gak ngucapin apa-apa. Mungkin tampangku dianggap pas utk pembuka pintu," tulis @kokokdirgantoro.
Contoh serupa juga dialami pengguna lainnya ketika bertemu keluarga dari Timur Tengah.
"Pernah ada sekeluarga orang Timur Tengah mau naik lift. Saya menunggu bareng mereka. Pas lift datang, sudah penuh. Tinggal saya, si bapak dan anaknya belum masuk. Karena mereka sekeluarga, saya tawarkan Bapak itu untuk masuk, terus dia jawab. "No, u come first" akhirnya si Bapak naik lift berikutnya," tulis @Zulmye.
Baca: Ini Kata Pelaku Pelecehan: Saya Minta Maaf kepada Istri, Ibu, dan Perawat Seluruh Indonesia
Akun @lickeah menganggap kejadian yang dialami Alexander tadi sebagai bukti bahwa Indonesia mengalami krisis 'terima kasih'.
Meski begitu, bagi sebagaian warganet, ketika membantu seseorang, mereka mengatakan tak pernah, bahkan tak mengingat kapan terakhir kali direspon oleh ucapan terima kasih.
Bagi yang lainnya, ucapan terima kasih memang perlu disampaikan meski bukan kewajiban.
"Jangan lupa, 'maaf' dan 'tolong' juga," tulis @dhietyakartika.