Guru Kontrak Datangi Kejari Waikabubak, Ada Apa?
Guru-guru yang bertugas di wilayah Sumba Barat ini menemui Kepala Kejaksaan Negeri Waikabubak, Adji Ariono.
Penulis: Petrus Piter | Editor: Alfons Nedabang
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Petrus Piter
POS-KUPANG.COM | WAIKABUBAK - Pasca penangkapan Yosep Weo - staf UPT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT oleh Satgas Saber Pugli - puluhan guru kontrak mendatangi Kejaksaan Negeri Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Senin (15/1/2018).
Guru-guru yang bertugas di wilayah Kabupaten Sumba Barat ini menemui Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Waikabubak, Adji Ariono, S.H.
Adji Ariono didampingi Kasi Pidana Khusus, Soleman Bolla, S.H dan Kasi Intelijen, Iswan Noor, S.H.
Guru yang hadir di antaranya, Titin Umbu Nay dan Agnes Ratu Koreh.
Para guru mengaku sudah menyerahkan uang untuk biaya pengiriman berkas perpanjangan kontrak ke UPT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT.
Setiap guru menyetor Rp 250.000.
Titin Nay dan Agnes Koreh mengaku terpaksa menyerahkan uang karena diminta Yosep Weo.
"Kami terpaksa menyerahkan uang tersebut karena menyangkut nasib kami pak. Kami kuatir kalau tidak kasih uang, bisa saja berkas tidak dikirim," ujar Titin dan Agnes.
Berbeda dengan Titin dan Agnes, guru kontrak yang bertugas di SMK Negeri Kurtepe, Kecamatan Loli sudah mengumpulkan uang dan hendak menyerahkan ke Yosep Weo.
Saat mereka tiba di kantor UPT mendapat kabar Yosep Weo sudah ditangkap jaksa. Uang yang dibawah langsung diamankan Kejaksaan Negeri Waikabubak.
Kajari Waikabubak, Adji Ariono menegaskan perbuatan Pungli melanggar undang-undang.
Negara sudah melarang para pejabat negara melakukan Pungli apalagi terjadi pada guru-guru kontrak.
"Berapa gajinya? Dari mana mencari uang untuk memberikan kepada pak Yosep yang berdalil biaya pengiriman berkas? Semua kegiatan pemerintahan sudah ada biaya yang disiapkan negara," kata Adji Ariono.
Ia mengimbau para guru tidak boleh memberikan uang lagi tanpa peruntukan yang jelas.
Selain itu, pemberian uang harus dilandasi aturan hukum yang jelas pula.
"Kebetulan yang terjadi kali ini baru guru-guru SMU/SMK yang berkarya di Kabupaten Sumba Barat. Harapan dua kabupaten lainnya tidak boleh teradi," ujarnya.(*)