El Tari Memorial Cup 2017

Kisruh Final ETMC 2017 Berlanjut, Saksi PSN Ngada Mengaku Kasih Uang

Kisruh babak final kejuaraan sepakbola El Tari Memorial Cup (ETMC) 2017 di Ende yang merupakan kualifikasi Liga 3 Zona NTT belum usai.

Editor: Alfred Dama
pos kupang/romualdus pius
Penonton berhamburan di Stadion Marilonga, Ende setelah terjadi kericuhan saat laga final El Tari Memorial Cup 2017, Rabu (9/8/2017) 

POS KUPANG.COM, KUPANG -- Kisruh babak final kejuaraan sepakbola El Tari Memorial Cup (ETMC) 2017 di Ende yang merupakan kualifikasi Liga 3 Zona NTT belum usai.

Meski Perse Ende dinyatakan sebagai pemenang dalam final di Stadion Marilonga, Ende, Rabu (9/8/2017) itu, namun persoalan ini masih berlanjut.

PSN Ngada yang dinyatakan kalah di final setelah kisruh pada menit ke-59, membawa kasus ini kepada pengurus PSSI Pusat. PSN Ngada memiliki bukti sejumlah kejanggalan termasuk adanya saksi yang mengaku kasih uang kepada pihak tertentu.

Hal ini diakui Manajer PSN Ngada, Ferdy Burah saat ditemui di Kupang, Senin (14/8/2017).

"Kalah adalah hal biasa. Tapi ada sesuatu yang harus diselesaikan demi masa depan sepakbola di NTT. Kami bawa sejumlah bukti untuk diajukan di PSSI. Kasus ini adalah lanjutan dari dua tahun lalu saat El Tari Memorial Cup di Maumere. Ada saksi kami yang siap memberikan keterangan. Dia antar uang berapa, di mana dan kepada siapa, dia akan ungkap semua," kata Ferdy.

"Kami bawa bukti lengkap dengan fakta lapangan. Kalah dan menang bagi kami itu biasa. Tapi kami minta PSSI NTT dibekukan karena mereka kerja tidak benar. Nanti tahun depan siapa lagi yang jadi tuan rumah, dia lagi yang menang. Ini sudah tidak benar untuk pembinaan sepakbola di NTT," tambah Ferdy Burah.

Ferdy mengatakan, sejak awal pihaknya sudah menduga akan terjadi sesuatu saat final.

"Biasanya kami dikasih 4.000 karcis untuk penonton PSN. Namun saat final, kami dikasih hanya seribu karcis. Saat mau main, kami minta jaminan keamanan dulu baru bermain, mereka bilang aman. Petugas keamanan mengatakan, mereka bisa atasi. Kenyataannya seperti ini. Jadi sebenarnya sudah ada skenario besar yang dimainkan panitia dan Asprov PSSI NTT untuk memenangkan Perse Ende," kata Ferdy, didampingi Pelatih PSN Ngada, Kletus Ghabe, dan Nong Shebo.

Ferdy, Kletus dan Nong menceritakan kronologi kejadian hingga Perse Ende ditetapkan sebagai juara.

"Terlepas dari pemain kami salah atau tidak, telah terjadi kericuhan hingga penonton masuk ke dalam lapangan. Dengan pertimbangan keamanan, waktu itu kami dikawal oleh aparat TNI menuju banch. Namun karena mereka terus melempari kami, aparat bawa kami ke loker room. Waktu itu kami menunggu untuk diberitahu kalau situasi sudah aman, kami siap melanjutkan pertandingan," kata Ferdy.

Ferdy menyesalkan pernyataan pengawas pertandingan, termasuk Sekretaris PSSI NTT, Lambertus Ara Tukan dan Ketua Pertandingan, Johni Lumba, bahwa mereka sudah dibujuk berulang-ulang, namun tidak mau melanjutkan pertandingan.

"Saya mau tanya, siapa yang datang dan bujuk kami. Aparatur pertandingan siapa yang menemui kami di loker room," kata Ferdy.

Ferdy dan Kletus mengungkapkan, saat itu mereka menemui Lambert Tukan dan Bonaventura Djenadut, sebagai pengawas pertandingan untuk meminta penjelasan mengenai status pertandingan. Namun, lanjut Ferdy, saat itu Lambert Tukan dan Bona Djenadut tidak mengeluarkan satu pun pernyataan.

"Mereka ada semua waktu itu. Saya minta mereka jelaskan kondisi pertandingan. Saya minta dia omong. Dia diam saja. Waktu itu kami menunggu untuk diberitahu kalau suasana sudah aman, kembali bermain. Harusnya mereka beritahu kepada kami, apa bisa dilanjutkan atau tidak. Kami tidak pernah diberitahukan. Harusnya ada 30 menit pertama dan kedua. Tiba-tiba mereka bilang PSN Ngada tidak mau bermain sehingga Ende dinyatakan sebagai pemenang," jelasnya.

Ferdy mengatakan, waktu itu yang datang Wabup Ende, tapi dia bukan panitia. "Dia hanya datang untuk menenangkan kami agar melanjutkan pertandingan. Kami siap bermain dan menunggu. Namun tidak ada satupun aparatur pertandingan yang menghubungi kami di ruang ganti," tambah Ferdy.

Menurut mereka, bagi PSN Ngada, final ETMC 2017 belum selesai. "Ini konspirasi tingkat tinggi dari panitia hingga asprov. Kondisi tidak layak, mereka tetap mainkan babak final. Wasit garis lari sudah di dalam lapangan. Menit ketujuh sudah ada lemparan pertama. Tapi mereka bilang pertandingan tetap dilanjutkan," ujarnya.

Terkait laporan ke PSSI Pusat, Ferdy mengatakan, hal itu dilakukan untuk mengklarifikasi fakta-fakta yang terjadi. "Tuntutan kami, melakukan investigasi. Kalau memang hasil sesuai dengan fakta yang diberikan, maka harus bekukan Asprov PSSI NTT. Dasarnya memang mereka tidak mengerti aturan. Mungkin baca tapi tidak paham. Apa yang terjadi di lapangan itu menurut yang mereka pahami, tetapi bertentangan dengan aturan. Itu yang perlu di perbaiki," tegasnya.

Sidang Komisi Disiplin
Laporan PSN Ngada ke PSSI Pusat ternyata mendapat respon positif dari PSSI Pusat. Sesuai rencana, hari ini, Sabtu (19/8/2017), akan digelar sidang komisi disiplin dan wasit di Sekretariat PSSI di Jakarta. Asisten Investigasi Departemen Sport Intelegent PSSI, Alma Costa yang dihubungi dari Kupang membenarkan hal itu.

Alma mengatakan, ia akan mendampingi tim PSN Ngada dalam sidang ini. Alma menjelaskan, fakta dan pengaduan yang dibawa PSN Ngada akan disidang baru kemudian diputuskan langkah apa yang mesti diambil. "Kalau tuntutan mereka membekukan PSSI NTT, kita lihat dari rekomendasi sidang nanti. Yang jelas, ada prosedur yang mesti kita taati," kata Alma. (eko)

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved