Kapolres Belu Yandri Irsan Nyatakan Belum Ada Kedaulatan Jaringan Telkomsel di Perbatasan RI-RDTL
Jaringan telekomunikasi dan jaringan internet di Kabupaten Belu, Perbatasan RI-RDTL telah menimbulkan keresahan di masyarakat
Penulis: Fredrikus Royanto Bau | Editor: Agustinus Sape
Laporan Wartawan Pos Kupang, Edy Bau
POS-KUPANG.COM, ATAMBUA—Sering terganggunya jaringan telekomunikasi dan jaringan internet di Kabupaten Belu, Perbatasan RI-RDTL telah menimbulkan keresahan di masyarakat. Tak terkecuali Kapolres Belu, AKBP Yandri Irsan.
Saat ditemui wartawan di kantornya, Selasa (8/8/2017), Yandri mengatakan, terganggunya akses jaringan telekomunikasi di Atambua dan Kabupaten Belu secara keseluruhan pada saat tertentu menjadi tanda Indonesia belum berdaulat atas jaringan telekomunikasi dan internet di wilayahnya sendiri.
“Kalau kedaulatan negara sudah. Kedaulatan signal (jaringan telekomunikasi dan internet, red) ini yang belum. Akhir-akhir ini jaringan dari Timor Leste sering masuk sampai Kota Atambua. Terlebih pada malam hari sering terganggu,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, jika akan berkunjung ke perbatasan negara di Motaain, ponselnya selalu dimatikan agar tidak terkena roaming. “Sinyal kita di Atambua jadi lemah.
Sebelum sampai di Silawan-Motaain, saya matikan HP saya karena otomatis terkena roaming dan saya rasakan tidak ada kedaulatan. Masa terkena roaming di wilayah kita sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, kondisi ini belum disadari oleh pemerintah pusat dan juga oleh Telkomsel sebagai penyedia layanan.
“Ini yang belum disadari pusat. Dan, saya sudah sampaikan langsung beberapa waktu lalu,” katanya.
BBM Bersubsidi
Selain soal jaringan telekomunikasi, Kapolres Yandri juga menyampaikan soal kondisi di perbatasan RI-RDTL terkait bahan bakar minyak (BBM).
Menurutnya, BBM bersubsidi yang ada di Kabupaten Belu turut dinikmati warga Timor Leste karena ada kendaraan dari Timor Leste yang mengisi BBM bersubsidi di SPBU –SPBU dalam Kota Atambua dan sekitarnya.
Setiap hari, lanjutnya, selalu saja ada mobil bernomor polisi Timor Leste yang mengisi BBM dengan harga yang sama pada SPBU di Atambua.
Hal ini, lanjutnya, harus segera dicarikan solusinya karena subsidi BBM itu untuk rakyat Indonesia, tapi malah dinikmati oleh warga negara lain.
“Saya sampaikan juga soal maraknya penyelundupan BBM bersubsidi ke Timor Leste dan juga adanya mobil dari Timor Leste yang mengisi BBM dengan harga yang sama pada SPBU-SPBU di Atambua,” pungkasnya. (*)