Wajib Mencintai Uang Rupiah

Kira-kira begitulah spirit dan pesan yang kita tangkap dari acara peresmian pilot project "BI Jangkau" di Pos Lintas Batas

Penulis: PosKupang | Editor: Dion DB Putra
net
Uang rupiah 

POS KUPANG.COM -- Sebagian warga negara Indonesia (WNI) lebih suka menggunakan mata uang negara asing seperti dolar Amerika Serikat (AS) atau euro. Itu seolah bagian dari gaya hidup orang-orang tertentu yang merasa memiliki prestise sendiri jika memegang dolar ketimbang rupiah.

Kebanggaan yang bisa dimengerti dalam konteks globalisasi, pasar yang sudah terbuka. Namun, kecenderungan mengutamakan mata uang asing daripada uang rupiah tidak boleh dipandang remeh.

Kira-kira begitulah spirit dan pesan yang kita tangkap dari acara peresmian pilot project "BI Jangkau" di Pos Lintas Batas Negara, Motaain, Kabupaten Belu, Senin (17/7/2017) lalu. Bank Indonesia (BI) memilih Motaain, satu di antara tapal batas antara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).

Kita kutip kembali pernyataan Deputi Gubernur Indonesia Bidang Sistem Pembayaran, Sugeng dalam acara itu. Dikatakannya, transaksi di wilayah perbatasan harus menggunakan mata uang rupiah sebagai simbol kedua kedaulatan NKRI. Rupiah beredar di perbatasan negara menunjukkan Indonesia masih eksis.

"Dengan program BI Jangkau maka kita tunjukkan bahwa rupiah beredar di daerah perbatasan. Indonesia eksis terbukti dengan rupiah yang beredar. Kita tidak ingin mengulangi hilangnya Pulau Sipadan (ke tangan Malaysia, Red) karena rupiah tidak beredar di sana," kata Sugeng.

Pesan yang sangat dalam maknanya. Kita semua tahu bahwa tetangga kita Timor Leste menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat. Jika mata uang dolar AS yang beredar luas di perbatasan, harga diri dan identitas kita sebagai bangsa terusik bahkan "terjajah" karena asing yang berkuasa.Yang paling menderita tentunya WNI yang bermukim di tapal batas negara tersebut.

Sudah pada tempatnya pemerintah melalui Bank Indonesia menancapkan program BI Jangkau di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste. Paling tidak kebiasaan menggunakan uang rupiah akan mempekokoh citra diri kita sebagai bangsa Indonesia yang berdaulat secara ekonomi. Kita tidak boleh dikuasai oleh negara luar mengingat alat tukar yang resmi di republik ini adalah rupiah bukan uang dari luar seperti dolar AS atau euro.

Mencintai rupiah pun harus menjadi sikap seluruh WNI. Bisa dibayangkan kalau atas nama globaliasi dan keterbukaan pasar internasional, masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan mata uang asing ketimbang rupiah. Yang akan rugi adalah kita sendiri. Penggunaan mata uang asing harus dalam konteks yang tepat bukan sekadar gagah- gagahan. Khusus di wilayah perbatasan pesannya jauh lebih kuat agar kedaulatan kita tidak tergerus dan tergilas. Semoga. *

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved