Jika Tak Ada Bercak Maka Pernikahan Batal, Ini Makna Selaput Dara Saat Malam Pertama

Di masa lalu, darah di malam pertama menjadi tanda keperawanan seorang wanita. Sehelai kain putih dijadikan alas tidur kedua mempelai.

Editor: Rosalina Woso
Bangka Pos
Ilustrasi 

Perempuan atau ibu selalu melambangkan kesucian, ditempatkan secara sakral, dan dijaga kesuciannya.

Misal, istilah Ibu Pertiwi, atau Shinta Obong dalam kisah Ramayana.

Jika tak mau simbol ini rusak, perempuan harus bisa menjaga diri. Ingat, tambah Ieda, perempuan adalah yang di-"empu"-kan.

Ia mengajak merenungi, mengapa Tuhan memberi perempuan selaput dara, dan tidak selaput perjaka pada lelaki?

Karena, perempuan diberi Tuhan sebuah rahim. Di sinilah Tuhan meletakkan makhluk ciptaan-Nya.

Tuhan mau, anak yang di dalam rahim itu jelas orangtuanya, bin maupun bintinya.

Itulah maka dengan selaput dara ditutup-Nya jalan menuju rahim tempat sperma membuahi sel telur.

Ilustrasi
Ilustrasi (SHUTTERSTOCK)

Hanya suami sah yang berhak memasukkan sperma untuk membuahi sel telur, sehingga anak itu jelas bin dan bintinya.

Secara psikologis, bila seseorang tak jelas siapa bapaknya akan repot seumur hidupnya.

Kalau siapa ibunya, mudah dilacak, yakni siapa yang melahirkan dia. Tapi siapa bapaknya, tak ada saksi yang melihat.

Itulah maka ada selaput dara. Dari satu bapak saja kita tidak tahu benih mana yang membuahi, apalagi kalau "bapak"-nya lebih dari satu.

Dalam pernikahan, saat ijab kabul, wanita harus memiliki wali yaitu ayahnya sendiri.

Ucapan penyerahan putrinya harus langsung disambut ucapan penerimaan mempelai pria. Itulah estafet.

Allah menitipkan gadis itu ke ayahnya, lalu ayahnya menyerahkan ke suaminya.

"Perempuan tak boleh tidak terlindungi sepersekian detik pun, karena ia memiliki rahim tempat Tuhan mencipta," ujar Ieda.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved