Sadis! Rini Dibunuh Anak Pembantu, Kondisinya Mengenaskan usai Ditikam Berulang kali
Hujan sedang turun cukup deras ketika Dodi Pramudiana (20) menyusup ke rumah Rini Agustiningsih (30) di Kampung Ujung Kerawang, Jalan Komarudin, Cakun
POS KUPANG.COM, JAKARTA -- Hujan sedang turun cukup deras ketika Dodi Pramudiana (20) menyusup ke rumah Rini Agustiningsih (30) di Kampung Ujung Kerawang, Jalan Komarudin, Cakung, Jakarta Timur pada Sabtu (1/4) sekitar pukul 18.30.
Dodi rupanya memanfaatkan sepinya perkampungan saat itu dengan memanjat pagar belakang rumah Rini.
Ia berniat mencuri sejumlah barang milik majikan dari ibunya itu.
Tetapi, ketika sudah berada di dalam rumah, ia kepergok oleh Rini.
Dodi bingung bukan kepalang.
Barangkali ketakutan melingkupi dirinya, membayangkan bagaimana jika Rini melaporkan aksinya tersebut kepada orang tuanya.
Ia pun gelap mata dan mengambil sebilah pisau dapur.
Tanpa ampun, ia menyerang Rini.
Rini yang sempat berteriak meminta tolong pun tak berdaya setelah mendapat puluhan kali tikaman pisau.
Ia tewas bersimpah darah dengan luka yang cukup memprihatinkan.
Di luar rumah, sejumlah tetangga rupanya mendengar teriakan Rini.
Beberapa orang mencoba masuk ke dalam rumah melalui pagar depan, namun kondisi pagar terkunci.
Tetapi, tanpa sengaja, ketika seorang tetangga naik ke lantai dua rumahnya dan menengok bagian belakang rumah Rini, ia melihat seorang lelaki sedang berusaha lari.
Ia pun berteriak dan memancing warga mendekat ke arahnya.
“Sejak teriakan itu warga semakin banyak yang berdatangan. Sementara, seorang lelaki mencoba lari melalui atap rumah,” kata Ketua RT006/05 Dwi Setyo Budiono saat ditemui Warta Kota di kampung tersebut, Minggu (2/4).
Puluhan warga mencoba mengepung lelaki yang diduga pencuri itu.
Sementara, sebagian warga mencoba masuk ke dalam rumah untuk mengetahu kondisi Rini.
Betapa kagetnya mereka, setelah mendapati Rini sudah tak bernyawa dengan darah mengucur deras dari sejumlah bagian tubuhnya.
Warga pun semakin emosi dan terus mengepung lelaki itu.
Kata Budiono, pria yang kemudian diketahui adalah Dodi, yang juga warga setempat, sempat berlari di atas atap enam rumah warga.
Kondisi rumah di sana memang berhimpitan.
Namun, upaya Dodi melarikan diri lebih jauh kandas.
Ia jatuh saat melompat ke atap rumah lain. Ia pun tersungkur di atas plafon.
“Dia sempat bersembunyi di dalam plafon itu. Warga sambil berhati-hati mencoba menengok dari lobang atap bekas dia jatuh. Akhirnya benar ada orang di sana. Warga lain, dari dalam rumah, memukul secara acak menggunakan kayu ke atas plafon,” terang Budiono.
Di saat terjepit, Dodi masih coba melarikan diri dengan cara melompat ke lahan kosong di samping rumah itu.
Namun, ternyata di sana sudah ada sejumlah warga. Dengan mudah warga menangkapnya.
“Semuanya terkejut ketika melihat lelaki itu ternyata Dodi, anak dari pembantu Mbak Rini,” Budiono menambahkan.
Dodi pun hampir dihakimi massa yang sudah menahan emosi.
Beruntung, di kampung tersebut tinggal dua anggota kepolisian yang kemudian mengamankan Dodi dari amuk warga.
“Warga sini ada yang polisi. Beliau letuskan senjata api untuk menghalau warga agar tidak menghakimi pelaku. Entah apa jadinya kalau tidak ada beliau-beliau ini,” imbuhnya.
Tinggal sendiri
Kapolsektro Cakung Komisaris Polisi Sukatma mengatakan, korban merupakan pegawai negeri sipil Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (PNS BMKG) yang tinggal sendirian di rumahnya.
Adapun motif pembunuhan, kata Sukatma, karena pelaku kepergok ketika melakukan aksi kejahatan.
“Pelaku dan korban saling mengenal. Pelaku kemudian membunuh korban karena ingin menghilangkan jejak,” terangnya.
Sukatma menyebut, korban tewas lantaran menderita pendarahan hebat akibat ditikam pelaku berkali-kali.
“Sekitar 12 kali tusukan arah perut,dada,paha dan wajah yang mengakibatkan korban meninggal seketika,” terangnya.
Saat ini pelaku sudah diamankan di Mapolsek Cakung.
Hasil pemeriksaan sementara pembunuhan itu dilakukan dengan spontan.
Tidak ada rencana sebelumnya. Saat ini proses pengembangan sedang diilakukan.
Akibat ulahnya pelaku terjerat pasal 365 KUHP dan 338 KUHP, dengan ancaman 15 tahun penjara.
Supel
Pantauan Warta Kota pada Minggu, pagar rumah milik Rini telah dipasangi garis polisi berwarna kuning.
Suasana rumah pun tampak sepi karena memang rumah itu tak lagi berpenghuni.
Rini dikenal oleh para tetangga dekat sebagai sosok yang supel.
Seperti dikisahkan Paul (40), seorang tetangga, Rini semasa hidupnya memiliki jiwa sosial yang tinggi dan mudah bergaul dengan warga sekitar.
“Dia sejak kecil sudah di sini. Saya tahu dia dari kecil sampai menikah. Dia orangnya sangat baik. Suka membantu tetangga,” kata Paul yang tampak sedih dengan kepergian Rini. Baginya, Rini sudah seperti adiknya sendiri.
“Semua tetangga sangat sedih, kenapa Rini meninggal dengan cara seperti itu. Makanya warga marah sekali dan mau menghakimi pelaku. Untung ada polisi yang kebetulan tinggal di kampung ini juga,” imbuhnya.
Sementara itu, Dodi, pelaku pembunuhan, kata Paul selama ini tidak menunjukkan perilaku nakal di kampung mereka.
Dodi juga selalu menyapa jika melintasi para tetangga yang sedang berkumpul di depan rumah.
“Kenapa dia harus mencuri dan membunuh? Saya yakin kalau dia minta uang baik-baik, pasti Rini akan kasih. Apalagi dia anak dari pembantunya. Ini saya rasa sudah sangat keterlaluan,” Dodi geram.
Rini sendiri sejak beberapa tahun lalu tinggal sendirian di rumah warisan orang tuanya, lantaran sang suami sibuk dengan bisnisnya di Yogyakarta sementara ia tidak bisa seenaknya pindah karena ia seorang aparatur sipil negara.
“Ibunya juga dulu tinggal di sini. Tapi setelah sakit-sakitan, ibunya tinggal di rumah saudara di Yogyakarta. Jadi Mbak Rini memang tinggal sendirian di rumah itu,” Budiono menambahkan.
Menurut Budiono, dalam sebuah perbincangan, Rini pernah bilang padanya saat ini ia sedang menunggu
Proses mutasi ke Yogyakarta. “Jadi dia itu bilang ke saya, masih nunggu surat penetapan mutasi ke Yogyakarta. Dia juga bilang tidak ingin tinggal pisah dengan keluarga,” katanya.
Beberapa jam usai kejadian, jenasah Rini kata Budiono dibawa ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati.
“Selanjutnya oleh keluarga dibawa ke kampung halamannya di Purworejo (Jawa Tengah) untuk dimakamkan,” ungkapnya. (WARTA KOTA/Feryanto Hadi)