Mengenali Kopeng, Potensi Alam dan Budaya yang Menggeliat di Lereng Gunung Merbabu

TERLETAK di lereng Gunung Merbabu, Andong, dan Telomoyo, Kopeng menyimpan banyak potensi alam dan budaya

Editor: Rosalina Woso
KOMPAS/KARINA ISNA IRAWAN
Pengunjung menikmati keindahan alam di obyek wisata Kopeng Treetop Adventure Park, Sabtu (11/2/2017). Sempat berhenti beroperasi sekitar tiga tahun, area permainan ketangkasan tersebut dibuka kembali pada Mei 2016. 

POS KUPANG.COM -- TERLETAK di lereng Gunung Merbabu, Andong, dan Telomoyo, Kopeng menyimpan banyak potensi alam dan budaya. Sejak masa kolonial Belanda, daerah dengan suhu udara yang dingin ini telah menjadi tempat wisata.

Setelah sempat meredup, Kopeng, perlahan, tetapi pasti, kembali menggeliat meraih masa depannya.

Dusun Tanon di Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, dulu hanya kampung kecil sunyi.

Kendati terpaut hanya 3 kilometer dari deretan vila dan tempat rekreasi Kopeng, penduduk Tanon tidak pernah menikmati remah-remah rezeki geliat pariwisata.

Namun, justru saat pijar pariwisata Kopeng memudar pada medio 2000-an, dusun ini menggeliat menjadi desa wisata melalui daya tarik tari-tarian rakyat.

Kepala Desa Ngrawan, Lungguh Wahono (50), Rabu (1/3/2017), mengatakan, dusun di kaki Gunung Telomoyo itu kian kondang setelah tangan dingin Trisno, pemuda setempat, merintis sekaligus mempromosikan Desa Wisata Menari sejak tahun 2007.

"Tidak hanya wisatawan lokal, banyak turis asing berkunjung ke Tanon. Berbagai paket kunjungan wisata disediakan, mulai dari pergelaran seni, outbound ndeso, hingga dolanan tradisional," ujar Lungguh.

Berkat pengembangan Dusun Tanon sebagai destinasi wisata tari, hingga tahun 2016 warga desa ini mampu meraup penghasilan Rp 250 juta per tahun. Jumlah pengunjung dari berbagai kota mencapai rata-rata 3.000 wisatawan per tahun.

Sebagian pendapatan diinvestasikan untuk membeli berbagai peralatan penunjang wisata, seperti flying fox, dan pembangunan fasilitas umum, seperti empat toilet umum, sanggar tari, perluasan lahan, dan betonisasi jalan akses menuju Dusun Tanon.

"Sebagian dari penghasilan wisata juga untuk pengembangan budidaya sayuran serta peternakan sapi dan kambing. Mereka bisa panen cabai, wortel, kentang, kol serta aneka rupa ubi-ubian. Sebagian dari panen warga dijual kepada wisatawan yang berkunjung," tutur Lungguh.

Trisno (35) mengatakan, sejak ratusan tahun silam, telah berkembang banyak seni tari keprajuritan di Tanon. Dia hanya menghidupkan dan mengemasnya menjadi daya tarik wisata yang mengangkat derajat warga.

Desa vokasi

Kepala Desa Kopeng Rebo Sarwoto menuturkan, dari berbagai catatan di pemerintah desa, wisata tetirah di Kopeng berawal dari kedatangan seorang Belanda bernama Booh Ma De Boor yang mendirikan tempat peristirahatan NV Huize Dennen Bosch pada 1922.

Tempat ini diperuntukkan untuk tetirah bangsawan Belanda atau ningrat pribumi.

Lambat laun, banyak warga Belanda lain membangun vila dan rumah peristirahatan di Kopeng. Pascakemerdekaan, hampir semua pejabat dan pesohor dari Jakarta pernah ke Kopeng.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved