Breaking News

70 Ekor Sapi Mati Mendadak di Amarasi

Sepanjang bulan Januari 2017 sebanyak 70 ekor sapi milik peternak di Desa Pakubaun, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, mati mendadak.

Penulis: Julius Akoit | Editor: Alfred Dama
istimewa
Ilustrasi 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Julianus Akoit

POS KUPANG.COM, OELAMASI -- Sepanjang bulan Januari 2017 sebanyak 70 ekor sapi milik peternak di Desa Pakubaun, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang, mati mendadak.

"Orang bilang ratusan ekor. Tapi saya sudah suruh petugas turun ke desa dan melaporkan cuma 70 ekor sampai dengan posisi Sabtu (28/1/2017)," jelas Kadis Peternakan Kabupaten Kupang, Obed Laha, Sabtu (28/1/2017) malam.

Ia belum memastikan kematian ternak sapi itu disebabkan oleh apa. Cuma Laha menduga disebabkan penyakit ngorok.

"Sebab warga melaporkan kepada petugas, sapinya mengorok dengan suara keras selama beberapa jam lalu mati," kata Laha.

Ia mengaku sangat kesal karena kasus kematian ternak sapi ini sebemnarnya karena kesalahan pemilik ternak.

"Saat petugas ke kandang untuk memberi vaksin, pemilik ternak menolak dengan alasan yang tidak masuk akal. Sekarang sudah terserang wabah baru teriak minta tolong. Ya, sudah terlambat kok," tukas Laha kesal.

Camat Amarasi Timur, Jacob Banesi, yang dihubungi per telepon, mengakui adanya wabah penyakit yang menyerang ternak sapi milik warga Desa Pakubaun.

"Sapi yang mati mengeluarkan lendir dari mulut saat sedang mengorok. Beberapa jam kemudian langsung mati. Saya belum tahu data pastinya, berapa yang mati. Tapi dalam minggu ini ada puluhan ekor," jelas Banesi.

Ia menduga kematian ternak sapi itu akibat perubahan cuaca sangat drastis. Lantaran hujan terus-menerus selama hampir dua pekan terakhir.

"Saya punya sudah 4 ekor yang mati. Malam saya tidur, dengar suara ngorok. Saya ke kandang, lihat sapi sedang tidur sambil mengorok. Ada buih putih keluar dari mulut. Saya meraba badannya terasa panas. Lalu saya masuk tidur, Besok pagi-pagi saya ke kandang, dua ekor sudah mati kaku," jelas Om Sefnat lewat telepon genggamnya.

Sisa dua ekor, menyusul mati Rabu lalu. Padahal ia sudah pindahkan sapinya ke kandang yang lain.

"Saya pikir ada virus di kandang. Saya pindahkan. Tapi ternyata sama saja. Dua ekor mati lagi. Habis sudah ternak sapi paron saya," keluh Sefnat.

Ia mengaku sempat meminta bantuan tim doa, karena mencurigai sapi peliharaannya kena guna-guna.

"Beta kira orang suanggi beta pung sapi. Makanya beta minta tim doa bantu. Tapi dalam penglihatan cuma gelap gulita. Mungkin ada kuasa gelap menyerang," jelasnya.*

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved