Inilah Wajah Para Pekerja yang Menantang Risiko

Berprofesi sebagai pekerja harian lepas (PHL) Dinas Kebersihan DKI Jakarta merupakan pekerjaan penuh resiko baik

Editor: Rosalina Woso
Nursita Sari
Para petugas PPSU Kwitang membersihkan lumpur di Kali Ciliwung belakang Kantor Kelurahan Kwitang, Senen, Jakarta Pusat, Selasa (17/5/2016). 

POS KUPANG.COM, JAKARTA -- Berprofesi sebagai pekerja harian lepas (PHL) Dinas Kebersihan DKI Jakarta merupakan pekerjaan penuh resiko baik dari sisi keselamatan dan kesehatan. Hal itu bukan mengada-ngada karena para pekerja dengan sebutan pasukan oranye itu sehari-hari mesti menangani sampah.

Risiko keselamatan dan kesehatan sama mengancam baik pekerja yang bertugas di daratan maupun di perairan.

Di darat misalnya, Wakil Kepala Dinas Kebersihan DKI, Ali Maulana Hakim menceritakan pernah ada kasus PHL Dinas Kebersihan (Dinsih) tersambar mobil saat bekerja subuh atau dini hari. Maklum, disaat sebagian orang masih terlelap, PHL Dinsih sudah turun ke lapangan membersihkan sampah.

Tidak bisa menunggu siang karena bisa mengganggu warga. Suatu ketika, seorang PHL itu mesti tersambar kendaraan yang kebanyakan melaju kencang pada dini hari.

"Yang terakhir yang nabrak lagi mabok, pulang pagi. Jam pagi itu mobil kan lagi kencang," kata Ali, di acara pemberian asuransi gratis kecelakaan bagi ribuan PHL Dinsih, melalui program sebuah perusahaan asuransi, di kantor Dinsih DKI di Jakarta Timur, Selasa (18/10/2016).

Kasus lain, Danang (35) seorang PHL Dinsih DKI mesti menerima banyak jahitan di bagian tangannya. Hal itu disebabkan saat mengangkat sampah tanpa disadari ada pecahan beling di dalamnya. Danang perlu istirahat lama akibat kejadian yang menimpanya pada Agustus 2016 lalu.

"Sembilan jahitan dan kena di urat. Kejadiannya Agustus dan proses penyembuhannya hampir dua minggu," ujar Danang, di kesempatan yang sama.

Mengurusi sampah di perairan, risikonya juga sama. Dinsih DKI menangani sampah di Kepulauan Seribu dengan mengangkutnya menggunakan kapal ke Jakarta untuk dibuang di Bantargebang.

Ali mengatakan, para pekerja menghadapi risiko jika menghadapi cuaca buruk bisa tenggelam.

PHL yang bekerja di kali dan gorong-gorong juga berhadapan dengan hal yang sama.

Hal tadi baru sebatas berbicara mengenai sisi keselamatan. Bicara kesehatan, sampah yang merupakan sumber penyakit bisa mengancam keselamatan kerja.

Mau tak mau mesti ditangani dengan baik kalau tak mau jatuh sakit.

Dilindungi BPJS

Sejak Januari sampai Oktober ini, lanjut Ali, sudah 28 PHL yang mengajukan klaim asuransi BPJS. Beberapa di antaranya kasus meninggal dunia, cacat, dan sakit parah.

Ali mengatakan para pekerja PHL di DKI sudah dilindungi BPJS Ketenaga Kerjaan dan Kesehatan. Ali bersyukur sebuah perusahaan asuransi, Jagadiri, mau memberikan asuransi selama tiga bulan sampai Januari 2017.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved