Tak Ada Siswa yang Bodoh, Cek Lagi Cara Ajarnya!
Masih pada Juli, Noval Ilham Arfiansyah dan Tangguh Achmad Fairuzzabady juga berhasil memperoleh medali perak dan perunggu Olimpiade Matematika di Sin
Atau, bisa jadi siswa tak suka dengan metode ajar gurunya. Kebanyakan guru mengajar dengan metode ceramah sehingga siswa merasa bosan.
Bisa juga, fasilitas sekolah kurang menunjang. Minim perpustakaan atau alat ajar, bisa jadi di antaranya.
Kenali Kebutuhan Siswa
Dari fenomena-fenomena di atas, Sumarsono berpendapat setiap anak butuh dukungan untuk bisa mendapatkan potensi terbaik.
Menurut Sumarsono, setiap anak punya kekhususan. “Anak biasanya mencari support dari luar dengan ikut bimbingan belajar (bimbel)," kata dia.
Sumarsono menambahkan, sebagian siswa ikut program belajar karena memang memiliki masalah belajar dan ingin mengatasinya.
Namun, kata Sumarsono, anak yang pintar di sekolah juga bisa saja tetap mengikuti bimbel untuk menambah lagi kepandaian.
“Anak sukses maupun tidak sukses sama-sama ingin mengetahui kemampuan mereka yang masih terpendam," ungkap Sumarsono.
Dari semua fenomena tersebut, Sumarsono pun menggagas sistem tailor-made yang dikembangkan di lembaganya.
"Sistem ini sudah banyak diterapkan sekolah dan lembaga pendidikan di luar negeri, tapi belum familiar di Indonesia," tutur Sumarsono.
Silabus dalam sistem ini dibuat berdasarkan kebutuhan dan tujuan anak. Di dalamnya tercakup mata pelajaran dan target nilai yang ingin dicapai siswa.
“Tujuan anak ikut tambahan pelajaran macam-macam, (seperti) ingin masuk sekolah favorit, ingin masuk perguruan tinggi negeri, atau ingin kuliah di luar negeri,” sebut Sumarsono.
Selain silabus tersebut, sistem tailor-made juga merancang pola ajar yang menghibur. Saat murid sudah merasa nyaman dengan pendidik, mereka akan terbuka dengan sendirinya dan lebih mudah menerima pengajaran.
Ibarat tabung keilmuan, kata Sumarsono, kenyamanan ini membuat tabungnya terbuka sehingga ilmu mudah masuk.