Pemulung Kupang Berharap Bantuan Layanan BPJS Kesehatan dari Pemerintah
pekerjaan yang mereka tekuni sangat rentan terkena penyakit. Selain mengharapkan bantuan layanan BPJS Kesehatan
POS KUPANG.COM- Para pemulung yang mengais rejeki di berbagai tempat sampah di Kota Kupang mengharapkan bantuan layanan BPJS Kesehatan dari Pemerintah Kota Kupang untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Apalagi pekerjaan yang mereka tekuni sangat rentan terkena penyakit. Selain mengharapkan bantuan layanan BPJS Kesehatan, para pemulung juga mengharapkan layanan BPJS Ketenagaankerjaan.
Hal ini disampaikan Yohanes Dhosa, seorang pemulung yang sehari-hari 'berkantor' di Kompleks Perumahan Lopo Indah Permai, Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kupang, Kamis (12/5/2016) lalu.
Yohanes, yang memulung sejak tahun 1992 ini, mengaku hingga saat ini dirinya belum pernah mendapat bantuan apa pun dari Pemkot Kupang, termasuk beras untuk rakyat miskin (raskin).
Yohanes mengaku dalam keluarga tak hanya dirinya yang memulung, tetapi juga istrinya, Erna Dhosa, serta empat anak-anak laki-lakinya, dua di antaranya masih sekolah dasar.
"Pekerjaan kami ini sangat rentan terhadap penyakit sehingga membutuhkan bantuan dari pemerintah untuk mendapatkan layanan BPJS Kesehatan, terutama untuk membayar iuran. Kalau mengharapkan kami membayar iuran sendiri, tentu tidak bisa. Untuk makan saja kami kesulitan," tutur Yohanes yang menyebut dirinya sebagai orang pertama yang memulung di Kupang.
Dia mengakui, pemulung lainnya di Kota Kupang juga dipastikan belum mendapat bantuan layanan BPJS Kesehatan daan Ketenagaakerjaan dari pemerintah setempat seperti dirinya, padahal mereka adalah bagian dari penduduk Kota Kupang. "Kami ini sepertinya dianaktirikan, dilupakan pemerintah," ujarnya.
Yohanes dan keluarganya kini tinggal di gubuk sederhana seluas 3 x 4 meter di Kolhua. Beratap daun lontar, berdinding seng-seng berkas berlubang. Dapur berada di luar gubuk, di bawah pohon, tak berdinding, beratap alang-alang.
Terdapat tungku masak dan peralatan dapur, juga barang rongsokan. Di sinilah sang istri, Erna, 'meracik' kembali makanan sisa yang masih layak dimakan, memasak umbi-umbian, jagung, dan sayur-mayur hasil dari kebun di sekitar gubuk.
Lahan kebun itu milik orang lain yang berbaik hati kepada mereka. Om Yan, demikian sapaannya, diizinkan membangun gubuk di lahan itu dan menggarapnya. Untuk menambah penghasilan, Om Yan memelihara babi kepunyaan orang lain dengan sistem bagi hasil. Makanan sisa yang dicari setiap hari untuk makanan babi. Hasilnya cukup lumayan. (benny dasman)