Breaking News

Setiap Hari Warga Sok dan Purang Mese Pikul Air dari Kali

Setiap hari kami pikul air dan pakaian begini. Jalan pulang pergi sekitar 5,5 kilometer. Kondisi jalan mendaki.

Editor: Kanis Jehola
POS KUPANG/ROBERT ROPO
PIKUL AIR -Merlina Nanut bersama kedua adiknya, Theres dan Meik, sedang memikul air dan pakaian ketika pulang dari Wae Laku, Minggu (14/8/2016). 

POS KUPANG.COM, BORONG - HARI Minggu (14/8/2016) pukul 11.00 Wita, Merlina Nanut, warga Sok Desa Compang Ndejing, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) bersama dua orang adiknya, Theres dan Meik, mendaki jalan setapak dari Kali Wae Laku menuju Kampung Sok.

Merlina Nanut memikul dua jeriken dan adiknya Theres memikul dua jeriken dan di atas kepalanya dijinjing sebuah ember berisikan pakaian. Sementara adiknya Meik juga membawa sebuah ember yang diletakkan di kepala. Ember itu juga berisikan pakaian. Ketiganya menyusuri jalan setapak dengan tanjakan yang sangat menantang. Jalan sangat menantang itu dengan panjang sekitar 1,5 Km.

Napas Nanut bersama kedua adiknya itu terengah-engah ketika menyusuri jalan setapak itu. Sekali-kali melangkah terlihat hentakan kaki mereka terhenti. Ketiganya terus melanjutkan perjalanan hingga tiba di pertigaan jalan Trans Flores kampung tersebut.

Nanut bersama kedua adiknya, Theres dan Meik beristirahat. Ketiganya duduk. Pakaian dan jeriken dilepas. Mereka menarik napas panjang. Keringat tampak bercucuran di wajah Nanut dan kedua adiknya. Baju mereka juga basah kuyup. Setelah sekitar 10 menit beristirahat, Nanut bersama kedua adiknya melanjutkan perjalanan yang masih tersisa kurang lebih satu kilometer menuju rumah mereka. Ketiganya menyusuri pinggiran jalan Trans Flores, di tengah teriknya matahari Kota Borong.

Sesampai di rumah ketiganya meletakkan jeriken di ruang dapur rumah mereka. Sementara adiknya Meik langsung menjemur pakaian di tali jemuran di samping rumah mereka. Nanut kemudian mempersilahkan Pos Kupang duduk di sebuah kursi yang diletakkan di bawah sebuah pohon.

"Aduh capek sekali Pak. Setiap hari kami pikul air dan pakaian begini. Jalan pulang pergi sekitar 5,5 kilometer. Kondisi jalan mendaki," kata Nanut kepada Pos Kupang.

Nanut mengatakan, wilayah Kampung Sok dan Purang Mese memang telah dipasang meteran air di setiap rumah warga. Namun air tidak mengalir. "Ada juga kran umum yang dibuka BLUD-SPAM Matim di bak umum di Kampung Sok tapi air kadang mengalir. Sekarang tidak mengalir sama sekali. Kami terpaksa ke Wae Laku sebagai salah satu alternatif untuk ambil air minum, mandi dan cuci meski airnya kotor bercampur kotoran ternak dan bahan kimia dari persawahan Wae Laku," kata Nanut.

Warga lainnya, Yosefina K Sarnum mengatakan, penderitaan warga Desa Compang Ndejing sudah lama sejak Matim terbentuk. Keluhan terkait air bersih sudah disampaikan berulangkali, baik ke Pemkab Matim, DPRD maupun ke media tetapi tidak ada hasil.

"Ada pasang meteran air tetapi air tidak pernah mengalir. Ada kran umum tetapi tidak jalan juga. Terpaksa ke Wae Laku. Kalau ada uang beli air di mobil tangki seharga Rp 50.000 per tangki. Jika beli air di drom harganya Rp 5.000 per drom," kata Sarnum seraya berharap Pemkab Matim memperhatikan penderitaan air bersih bagi warga Desa Compang Ndejing. (rob)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved