Ternyata Bayi Belajar Rasa Sejak Dalam Kandungan Ibu
Ternyata bayi belajar rasa sejak dalam kandungan ibu. Kalau ibu hamil tidak makan jenis makanan dengan rasa tertentu, nanti bayi yang dilahirkan juga
POS KUPANG.COM, KUPANG -- "Ternyata bayi belajar rasa sejak dalam kandungan ibu. Kalau ibu hamil tidak makan jenis makanan dengan rasa tertentu, nanti bayi yang dilahirkan juga tidak suka rasa makanan yang tidak dimakan ibunya saat hamil. Begitupun ASI, rasanya tergantung makanan yang ibu makan."
Demikian dikatakan dokter spesialis anak, Dr Irene K L A Davidz, Sp.A, M.Kes ketika tampil sebagai pemateri pada kegiatan Simposium Awam bertema 'Membentuk Anak Sehat, Cerdas dan Beraklak Mulia' di Neo Hotel Kupang, Sabtu (16/7/2016) siang. Pada simposium yang diikuti tatusan dokter, perawat, bidan serta mahasiswa kedokteran ini, dokter Irene membawakan materi dengan judul "Nutrisi untuk tumbuh kembang anak".
Selain dokter Irene, juga tampil sebagai pemateri dokter spesialis anak, dr Frans Taolin, Sp.A yang membawakan materi berjudul "Imunisasi mendukung tumbuh kembang anak". Sedangkan sebagai narasumber utama, Dr. dr Ahmad Suryawan, Sp.A (K) yang membawakan materi berjudul, "Pengasuhan dan Pendidikan Anak Berbasis Perkembangan Otak Anak".
Menurut dokter Irene, ibu hamil dan ibu menyusui harus makan makanan bergisi dengan varian yang banyak. Supaya anak tidak rewel dan tidak pilih-pilih makanan nantinya.
Selain itu, dokter Irene juga menyinggung soal ASI ekslusif selama enam bulan. Supaya bayi tumbuh sehat dan pintar karena ASI mengandung gizi yang lengkap. Dianjurkan setelah enam bulan baru bayi boleh diperkenalkan dengan bubur atau makanan. Meskipun ASI masih boleh diberikan meski lebih dari enam bulan bahkan hingga tiga tahun sekalipun.
Sementara dokter Frans Taolin, Sp.A mengatakan, imunisasi penting bagi anak. Pemberian imunisasi oleh tenaga medis dan dokter pun harus sesuai SOP. Kalau vaksin yang diberikan sudah habis masa waktunya, hal itu sama artinya dengan memberi imunisasi dari vaksin yang palsu. Karena sudah tidak bermanfaat bagi tubuh anak.
Pada kesempatan ini, dokter Taolin juga menyinggung soal kasus vaksin palsu yang kini lagi menjadi isu menarik. Juga diterangkan mengenai ciri-ciri vaksin palsu atau vaksin yang sudah abis masa tenggangnya.
Simposium juga mendapat banyak tanggapan dari para peserta yang hadir. Dimana para peserta menyampaikan pertanyaan dan menyeritakan pengalaman mereka menangani pasien. Bahkan dokter Ramayasa dari Puskesmas Oepoi mengatakan, pernah ada pasien anak sudah diimunisasi campak tapi tetap terserang penyakit campak. (mar/ira)