Rika Endang Triyani : Dongeng untuk Menanam Kebaikan

Pengantar Redaksi: Sosok "Rika Endang Triyani, Dongeng untuk Menanam Kebaikan" (Kompas, Kamis, 2 Juni 2016)

Editor: Rosalina Woso
KOMPAS/DWI BAYU RADIUS
Rika Endang Triyani, Pendongeng. 

Tahun 2003, saat bekerja di satu kantor majalah, Rika harus mendongeng di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jabar. Dia sudah memberi tahu atasannya untuk pergi selama tiga hari, tetapi tidak diizinkan. Dia bersikeras berangkat. Jika tidak, keadaan pasti kacau karena Rika bertugas memimpin acara.

"Pengundang sudah siap menerima kami di Lembang. Saya mengikuti passion (gairah), jadi tetap saja datang," katanya.

Tentu saja setibanya di Jakarta, atasan Rika sudah menunggu dengan kesal. Tanpa perlu berpikir panjang, dia memilih keluar setelah bekerja selama hampir setahun. "Kawan-kawan bilang, 'bodoh banget sih kamu', ha-ha-ha. Enggaklah, kalau begitu saja susah, bagaimana ke depannya," kata perempuan yang juga pernah menjadi karyawan bursa saham itu.

Dia merasakan manfaat mendongeng amat besar. Suri teladan dapat terpatri dalam sanubari anak-anak, tanpa melalui ceramah yang menjemukan. Membuang sampah di tempatnya, sopan santun, persahabatan tulus, akhlak terpuji, dan pelajaran sekolah, semua itu bisa disampaikan dengan cara yang menyenangkan.

"Anak-anak juga ingat lebih lama kalau diajarkan dengan dongeng. Mereka bilang, 'kata kakak yang mendongeng harus seperti itu'," kata Rika sambil tersenyum.

Berawal sebagai relawan

Rika mendongeng dimulai semasa kuliah pada 1997. Rika bergabung dengan Kelompok Pencinta Bacaan Anak (KPBA). Kelompok itu membiasakan anak-anak gemar membaca dan mendengarkan dongeng. Dia menjadi relawan yang mengarahkan anak-anak dan mendatangkan pendongeng berpengalaman.

"Teman-teman bilang, 'ilmu kamu sudah banyak. Ayo, tularkan manfaatnya'," katanya.

Rika banyak belajar dari Suyadi, yang lebih dikenal dengan Pak Raden. Dia dekat dengan Pak Raden yang dikenalnya sejak 1998. Rika beruntung dapat bekerja dalam banyak kesempatan dengan maestro dongeng itu.

Pengalaman paling berkesan dialami Rika ketika mendampingi Pak Raden pada festival dongeng di Jakarta, pada 2002. Seusai acara, sejumlah anak datang. Namun, betapa kecewa mereka karena tiba terlambat. Wajah anak-anak itu begitu memelas.

"Mereka mengeluh, 'ya, sudah habis'. Begitu melihat anak-anak itu, Pak Raden langsung mengajak mereka mendekat. 'Ayo ke sini anak-anak', kata Pak Raden," tutur Rika. Pak Raden menyuruh Rika kembali mengambil tas berisi boneka dan membukanya. Rika juga membantu mengumpulkan anak-anak.

Muka mereka kembali cerah setelah disuguhi tiga dongeng. Rika pun memetik pelajaran yang paling berharga. Pak Raden menyampaikan pesan seraya menatap perempuan itu lekat-lekat. "Beliau bilang, 'Rika, kalau kamu mendongeng, bayaran paling besar adalah senyum dan tawa anak-anak'," ujar Rika.

Bayangkan jika anak-anak itu pulang, lanjut Pak Raden, betapa sedihnya mereka karena harus pulang tanpa mendapatkan manfaat. "Saya seperti tertampar. Mendongeng itu harus tulus. Pak Raden sungguh mengajarkan banyak sisi kemanusiaan kepada saya," katanya. Pak Raden juga menganggap Rika sebagai anaknya.

Sosok lain yang berperan besar bagi Rika adalah Margaret Read MacDonald. Pendongeng kawakan dari Amerika Serikat itu mengajarkan kepada Rika untuk mencuri perhatian penonton tanpa properti mentereng. "Luar biasa bagaimana nenek itu bisa menghanyutkan anak-anak ke dalam dongengnya dengan modal mik dan ekspresi saja," ujar Rika.

Bersama beberapa temannya, Rika membentuk Komunitas Dongeng Kota Hujan (KDKH) pada 2013. Fokus komunitas ini adalah Kota Bogor, Jawa Barat, meski tak menolak jika diundang mendongeng di daerah lain. Dia juga mengikuti komunitas Ayo Dongeng Indonesia.

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved