Berita Timor Rote Sabu

Jembatan Termanu di Amfoang Dibakar Pemuda Mabuk Saat Rayakan Lebaran Idul Fitri

embatan kayu sepanjang 160 meter di perbatasan Kecamatan Fatuleu Barat dan Kecamatan Amfoang Barat Daya, dibakar sekelompok pemuda mabuk, Rabu (6/7/20

Penulis: Julius Akoit | Editor: Alfred Dama
POS KUPANG/JULIANUS AKOIT
Kondisi jembatan termanu 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Aris Ninu

POS KUPANG.COM, OELAMASI -- Jembatan kayu sepanjang 160 meter di perbatasan Kecamatan Fatuleu Barat dan Kecamatan Amfoang Barat Daya, dibakar sekelompok pemuda mabuk, Rabu (6/7/2016), sekitar pukul 03.00 wita dini hari.

"Yang bakar itu pemuda mabuk. Mereka biasa palak orang yang lewat di jembatan tersebut," jelas salah satu warga Desa Manubelon, melalui telepon genggam, Sabtu (9/7/2016) malam.

Warga baru tahu peristiwa tersebut, setelah rombongan keluarganya asal Kupang pulang pesta syukuran pernikahan di Desa Manubelon.

"Ini kejadian yang keempat kali. Kami lapor polisi. Tapi polisi masa bodoh saja. Cuma datang lihat, lalu pulang diam-diam saja. Polisi malas usut. Padahal ini satu-satunya jembatan yang menjadi pintu gerbang utama masuk ke beberapa kecamatan di Amfoang," jelasnya.

"Memang benar, jembatan Termanu dibakar oknum warga. Cuma saya tidak tahu siapa mereka itu? Saya dan polisi masih cari tahu," jelas Kades Manubelon, Yunus R. Noel, saat dihubungi Minggu (10/7/2016) siang melalui telepon genggamnya..

Kades Yunus membenarkan peristiwa membakar jembatan kayu Termanu itu sudah terjadi empat kali. Pertama dibakar tahun 2011, lalu diulangi tahun 2012 dan 2013.

"Dan terakhir itu Rabu dinihari. Meski tidak terbakar sampai ambruk. Tapi itu sangat berbahaya. Beruntung diketahui cepat, sehingga api bisa segera dipadamkan," kisah Kades Yunus.

Tentang kronologi, lanjut Kades Yunus, hari Selasa (5/7/2016) malam ada pesta syukuran pernikahan salah satu anggota polisi di Desa Manubelon. Kemudian Rabu (6/7/2016) dini hari sekitar pukul 03.00 wita, rombongan keluarga asal Kupang pulang kembali ke Kupang.

"Tiba di jembatan Termanu, mereka lihat jembatan dikepung lidah-lidah api. Mereka bantu memadamkan api dengan daun-daun kayu mentah dan air sungai. Seandainya terlambat, pasti jembatan ambruk karena bantalannya bukan dari aspal tetapi terbuat dari kayu," tutur Kades Yunus.

Salah satu tokoh pemuda di Amfoang, Simon Seffi, yang dimintai komentarnya secara terpisah, mengaku sangat kesal.

"Saya kira itu tindakan kriminal yang tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sebab jembatan adalah fasilitas umum dan sangat strategis milik negara. Kalau jembatan itu putus, yang rugi warga puluhan desa di Amfoang akan terisolir. Sebab itu satu-satunya jembatan penghubung ke daratan Amfoang," kata Seffi kesal.

Ia meminta polisi mengusut tuntas kasus ini. Sebab sudah terjadi empat kali. Pelakunya harus ditangkap dan dihukum agar memberi efek jera sehingga tidak ada lagi yang mengulangi tindakan biadab tersebut.

Sebelumnya, bulan Februari 2015 lalu, Jembatan Termanu ambruk diterjang banjir bandang. Akibatnya selama 4,5 bulan warga puluhan desa di Amfoang terisolir. Sebab jembatan kayu ini merupakan satu-satunya urat nadi transportasi darat dari Kupang menuju Amfoang maupun sebaliknya.*

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved