LIPSUS
Warga Jakarta Untung tapi Peternak dan Pedagang Sapi di NTT Rugi
Penurunan Harga Daging Sapi dari Rp 120.000 menjadi Rp 80.000 menguntungkan masyarakat Jakarta namun merugikan petani dan pedagang di NTT.
Penulis: omdsmy_novemy_leo | Editor: omdsmy_novemy_leo
Laporan Wartawan Pos-Kupang.com, Novemy Leo
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Kebijakan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menurunkan harga daging sapi di Jakarta dari Rp 110.000 hingga Rp 120.000/kilogram menjadi hanya Rp 80.000/ kilogram akan menguntungkan masyarakat Jakarta. Sebaliknya peternak dan para pedagang antarpulau sapi di NTT akan mengalami kerugian.
Demikian diungkapkan pedagang antarpulau ternak sapi, H. Mahmud Aklis, Selasa (7/6/2016). Menurut Aklis, selama ini di Kupang ada dua cara pembelian ternak sapi hidup, yakni cara timbangan dan cara borongan. Jika sistem borongan, harga pembelian tinggi Rp 33.000 sampai Rp 34.000/kg, namun kesusutannya kurang.
Sementara dengan cara timbangan, harga beli murah Rp 30.000 Rp 32.000/kg, tapi dampak kesusutannya lebih tinggi karena biasanya petani memberi makan sapi sampai kenyang baru dijual kepada pedagang.
"Saya belinya dengan sistem borongan dari Pasar Camplong. Lalu saya kirim ke Jakarta melalui kapal Tol Laut dari Pelabuhan Tenau Kupang," kata Aklis, Direktur CV Generasi Baru, Kupang.
Tiba di Jakarta, jelas Aklis, ternak itu dijual ke pedagang atau penjagal sapi dengan harga Rp 41.000 - Rp 42.000/kg. Kemudian diteruskan kepada pedagang hingga akhirnya ke masyarakat atau pasar dalam bentuk daging sapi dengan harga Rp 110.000 - 120.000/kg.
"Dari harga jual kepada penjagal di Jakarta itu saya hanya untung sekitar Rp 1.000/kg. Untungnya sedikit. Daripada jadi pedagang narkoba karena mau untung besar, tapi kita hidup tidak tenang," kata Aklis.
Aklis menjelaskan, pengiriman ternak sapi dari NTT biasanya menggunakan kapal Tol Laut Nusantara 1 yang disubsidi pemerintah. Ada juga sejumlah kapal kargo pengangkut ternak sapi milik swasta tanpa subsidi pemerintah.
Namun harga angkut ternak sapi pada kapal kargo swasta lebih mahal. Selisih antara kapal Tol Laut subsidi dengan kapal kargo non subsidi Rp 350.000/ekor atau sekitar Rp 1.000/kg dari harga sapi.
Harga itu belum termasuk biaya pengawas atau pleder, biaya makan minum sapi selama di kapal, biaya bongkar muat di Surabaya dan biaya ekspedisi dari Surabaya ke Jakarta.
Aklis menjelaskan, jika menggunakan kapal Tol Laut, harga angkut satu ternak sapi Rp Rp 330.000, surat-surat Rp 50.000, biaya tenaga pengawas selama di kapal Rp 1.500.000/orang.
"Jumlah pengawas tergantung jumlah ternak yang diantarpulaukan jika 100 ekor maka harus ada tiga pengawas, jika hanya 50 ekor dua pengawas. Mereka nanti yang memberi makan minum sapi selama di kapal, lalu tiket pulang pergi pengawas," jelas Aklis.
Jika diangkut menggunakan kapal kargo, demikian Aklis, biayanya lebih tinggi lagi, karena di kapal itu tidak punya kandang dan ternak harus dibongkar di Surabaya lalu dikirim ke Jakarta.
Biaya angkut Rp 600.000/ekor, bikin kandang dan pengawasan selama di kapal Rp 750.000, biaya bongkar di Surabaya Rp 150.000 - Rp 200.000, biaya pengawas Rp 1.500.000/orang. Ekspedisi dari Surabaya ke Jakarta Rp 350.000.
"Kapal kargo lebih mahal karena kapal tidak langsung masuk ke Jakarta, tapi ke Surabaya. Dari Surabaya, ternak sapi didrop ke Jakarta melalui kereta api, sehingga harga angkutnya lebih mahal dibandingkan kapal Tol Laut," kata Aklis.