Meneladani Hidup Yesus
Dalam Alkitab kita membaca betapa Yesus seringkali mengalami cobaan selama hidupnya.
Penulis: PosKupang | Editor: Dion DB Putra
POS KUPANG.COM - Pada hari ini umat kristiani di seluruh dunia memasuki trihari suci yang akan memuncak pada hari raya Paskah. Paskah yang dirayakan oleh seluruh umat kristiani setiap tahun bukan sekadar seremoni untuk mengenang peristiwa kesengsaraan, kematian di kayu salib hingga kebangkitan Yesus dari alam maut. Tapi lebih dari itu sebagai permenungan akan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Yesus untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata umat manusia saat ini.
Dalam Alkitab kita membaca betapa Yesus seringkali mengalami cobaan selama hidupnya. Mulai dari ia lahir di kandang Betlehem. Kesengsaraan Yesus berlangsung hingga dewasa. Ia disiksa, dicambuki hingga akhirnya ia mati di kayu salib dan pada hari ketiga ia bangkit dari kuburnya.
Ada begitu banyak pelajaran penting yang perlu kita tarik dari kehidupan Yesus. Pertama, Yesus sangat konsisten akan kebenaran dan iman. Imannya begitu kuat kepada BapaNya di Surga, walaupun begitu berat ancaman yang dihadapinya.
Sikap konsisten Yesus ini seharusnya menjadi sikap kita juga. Dalam pergumulan hidup setiap hari, kita seringkali dihadapkan dengan berbagai persoalan hidup. Dan dalam pelbagai pergumulan itu, iman kita diuji. Bahkan terkadang goyah karena tidak mampu menghadapinya.
Saat kita berada di antara kelompok mayoritas, kita kerap menunjukkan sikap seperti Petrus yang menyangkal Yesus saat menghadapi pasukan-pasukan dari Yahudi. Kita sering malu atau tidak berani menunjukkan jati diri kita kalau kita berbeda dengan orang di sekitar kita dalam hal iman.
Bahkan yang lebih ekstrem, ada orang yang tak memiliki rasa malu dan tak takut beralih kepercayaan, ketika aliran kepercayaan lain di luar yang diimaninya mengiming-imingi kehidupan yang jauh lebih baik dari kehidupan yang sedang ia hadapi.
Kedua, sebelum diadili, Yesus membasuh kaki murid-muridnya. Sikap Yesus ini menunjukkan kerendahan hati, sikap melayani seorang pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita temukan pemimpin yang tidak menunjukkan sikap sebagai pelayan, tapi menunggu dilayani. Ketika sudah menjadi pemimpin, sering berperilaku sebagai 'raja.' Semua minta dilayani. Dan ketika apa yang dibutuhkannya tidak dilayani dengan baik, ia tidak segan-segan menegur bahkan menindak bawahannya.
Sikap yang sama juga terjadi pada para pemimpin politik. Ketika belum terpilih atau saat masih menjadi calon, yang bersangkutan selalu turun ke tengah masyarakatnya, baik diundang maupun tidak diundang. Ia hidup dan berbaur bersama-sama dengan masyarakatnya. Tapi begitu sudah terpilih, mulai jual mahal. Jarang turun ke tengah masyarakat. Acara-acara penting yang membutuhkan kehadirannya justru sering didelegasikan kepada stafnya dengan berbagai dalih.
Karena itu, perayaan Paskah tahun 2016 ini hendaknya menjadi momentum untuk merefleksi diri sekaligus mengubah kebiasaan buruk kita selama ini dengan meneladani hidup Yesus. Sikap teladan ini penting agar kita juga bisa mengambil bagian dalam keselamatan Yesus yang bangkit dari kuburnya.*