Srini Maria Margaretha, "Ibu Sayur Organik" dari Lereng Merapi
Siang itu, gerimis mengguyur sebagian kawasan lereng Gunung Merapi
POS KUPANG.COM, MAGELANG -- Siang itu, gerimis mengguyur sebagian kawasan lereng Gunung Merapi. Udara seketika menjadi dingin dan berkabut. Namun cuaca itu tidak membuat Srini Maria Margaretha berdiam diri di dalam rumah.
Wanita setengah baya itu masih terlihat sibuk melayani sekelompok mahasiswa yang ingin berkonsultasi terkait penelitian perkebunan organik dengannya.
"Ya begini, setiap hari banyak yang datang ke rumah saya untuk belajar bersama tentang bercocok tanam dan ternak secara organik," tutur Srini harian ini bertandang ke rumahnya, Minggu (6/3/2016).
Warga Dusun Gowok Ringin, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, itu memang dikenal sebagai petani wanita yang gigih mengggerakkan para petani, khususnya petani wanita, sekitar lereng merapi untuk gemar bercocok tanam.
Rumah Srini tidak begitu besar. Hanya saja memiliki pekarangan sekitar 2.500 meter persegi mengelilingi rumah. Aneka macam tanaman sayuran, seperti sawi, pokcoy, peterseli, tomat, cabai, rosemary, lettuce, buncis, hingga buah-buahan seperti jeruk, srikaya, dan bit.
Di belakang rumahnya, ada belasan kambing dan sapi ternak miliknya sendiri dan milik mitra taninya. Tampak seorang pegawai yang sedang sibuk membersihkan kandang binatang ternak itu.
"Coba cium baunya, tidak bau kotoran kambing dan sapi kan?" ujar Srini saat kami mendekat kandang kambing dan sapinya.
"Kandang jadi tidak bau kotoran karena kami pakai sistem organik, rumput atau pakan ternak difermentasi dahulu sebelum diberikan ternak. Kotoran dan air kencing juga dipisah untuk nantinya diolah lagi menjadi pupuk tanaman," ungkapnya.
Menggunakan sistem organik, lanjut dia, memiliki banyak keuntungan. Tidak ada kotoran maupun limbah yang terbuang sia-sia. Semua bisa diolah lalu dimanfaatkan kembali. Di samping ramah lingkungan, pengelolaan ternak menjadi lebih hemat dari segi biaya dan tenaga.
"Kami tidak lagi ngarit (merumput) setiap hari karena rumput sudah difermentasi. Kami tidak lagi perlu bermacam-macam pupuk kimia yang harganya mahal. Semua pupuk kami olah dari bahan-bahan sekitar kami," tutur dia.
Sarjana pendidikan bahasa
Srini Maria Margaretha, merawat tanaman sayur dan buah organik di pekarangan rumahnya di Dusun Ringin, Desa Sengi, Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Belakangan Srini memang dikenal sebagai wanita yang handal dan gigih mengkampanyekan budaya bercocok tanam dan beternak organik. Dia tidak pelit ilmu sehingga para petani sekitar dan dari luar daerah kerap bertandang ke rumahnya untuk berkonsultasi.
Dari latar belakang pendidikan, sejatinya Srini bukanlah sarjana pertanian. Ia merupakan alumnus jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tidar Magelang.
Lulus kuliah, Srini pun menekuni profesi yang bertolak belakang dengan aktivitas bercocok tanam. Dia pernah menjadi guru TK di Kecamatan Muntilan dan guru SMA di Kota Magelang. Srini juga pernah menekuni bisnis multilevel marketing (MLM).