Dr. Moedji Raharto, Pakar Astronomi ITB : Bahaya Melihat GMT tanpa Kacamata
FENOMENA Gerhana Matahari Total (GMT) menjadi perbincangan yang ramai dibicarakan masyarakat Indonesia
POS KUPANG.COM -- FENOMENA Gerhana Matahari Total (GMT) menjadi perbincangan yang ramai dibicarakan masyarakat Indonesia, tak terkecuali di Kaltim, khususnya Kota Balikpapan yang bakal merasakan langsung dampak GMT.
Namun bagi masyarakat yang ingin melihat langsung peristiwa GMT perlu hati-hati dan waspada. Jangan melihat proses terjadinga GMT dengan mata telanjang. Jika itu dilakukan akan merusak, dan menggangu fungsi mata, bahkan bisa menyebabkan kebutaan.
"Bagi masyarakat yang tidak menggunakan kacamata tidak terlalu memaksakan diri melihat dengan mata telanjang. Karena sinar Matahari saat proses GMT sangat berbahaya bagi mata.
Mata kita diberikan refleks untuk memejamkan saat merespon cahaya yang menyilaukan. Gerhana ataupun tidak, cahaya Matahari sangat berbahaya jika ditatap oleh kedua mata dalam waktu lama. Dosis kekuatan cahaya Matahari melebihi kapasitas retina mata.
Mata kita juga memiliki lensa apabila intensitas cahaya yang masuk ke mata terlalu besar, maka lensa mata bisa terbakar. Karena energi yang dikonsentrasikan lensa menghasilkan panas sehingga jika kita memaksakan membuka mata lalu menatap Matahari terlalu lama, retina bisa jadi terbakar.
Seperti kaca pembesar yang bisa membakar kertas, jika dihadapkan dengan Matahari. Kita tidak merasa tahu-tahu bisa jadi buta, apalagi ini momentum GMT.
Mengingat dosis cahaya Matahari sangat kuat pada proses GMT, maka tidak disarankan masyarakat melihatnya dengan mata telanjang. Terkecuali saat momentum Matahari tertutup total, masyarakat justru bisa melihat dengan mata telanjang.
Pada saat momentum GMT, kita bakal menyaksikan korona yang indah, jika beruntung dapat melihat planet yang terang di sekeliling Matahari. Tapi perlu diingat kita harus tahu kapan momentum total tersebut. Jangan sampai kelewatan, mentang-mentang masih bagus kita tak sadar Matahari kembali terbuka.
Diimbau masyarakat dapat menyaksikan fenomena tersebut di tempat-tempat yang disediakan oleh pemerintah atau lembaga swasta yang tengah melakukan pengamatan atau penelitian. Jika dilakukan hal tersebut dirasa lebih aman, karena tentu akan ada peringatan dari pihak-pihak yang bersangkutan. (Tribun.Com)