STFK Ledalero Rayakan Dies Natalis ke Kepada - 47
Kisah Lewi si pemungut cukai yang kita dengar dalam bacaan Injil tadi merupakan kisah tentang belas kasih
Penulis: Aris Ninu | Editor: Rosalina Woso
Laporan Wartawan Pos Kupang, Aris Ninu
POS KUPANG.COM, MAUMERE -- Kisah Lewi si pemungut cukai yang kita dengar dalam bacaan Injil tadi merupakan kisah tentang belas kasih dan kerahiman Allah yang tak terbatas.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua I P. Dr. Otto Gusti Nd. Madung SVD dalam khotbahnya pada perayaan ekaristi memperingati Dies Natalis STFK Ledalero ke-47 di Aula St. Thomas Aquinas Ledalero pada Sabtu (13/2/2016) sore.
Pater Otto menamvahkan, ada dua gugatan Yesus dalam kisah itu. Pertama, gugatan terhadap kapitalisasi rahmat. Seolah-olah rahmat bisa dibeli dengan korban atau persembahan. Padahal, belas kasih dan kerahiman Allah merupakan donum (hadiah) cuma-cuma dari Allah kepada manusia.
Kedua, lanjut Pater Otto, gugatan terhadap kriminalisasi teologis. Penderitaan sering dianggap sebagai kutukan Allah. Konsekuensinya, para korban tidak ditanggapi dengan solidaritas, melainkan dengan kutukan.
Menurut Pater Otto, Yesus menolak kedua praktik ini. Yesus berempati dan bahkan mau makan bersama dengan para pendosa karena mereka menderita. Solidaritas Yesus mendorong Lewi untuk meninggalkan cara hidup yang lama. Oleh karena itu, kita juga dipanggil untuk solider dan berpihak kepada mereka yang paling menderita. Sebab, tatapan Allah bukan pertama-tama ditujukan kepada dosa, melainkan kepada penderitaan."
Perayaan ekaristi dipimpin oleh Ketua Sekolah P. Drs. Bernard Raho SVD bersama dengan puluhan imam konselebrantes lainnya. Perayaan ekaristi bertemakan "Ikutlah Aku!" itu dimeriahkan oleh koor Persatuan Mahasiswa Awam (PMA) STFK Ledalero pimpinan Br. Minggus Lim SVD.
STFK Ledalero merupakan peningkatan dari Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero yang didirikan oleh Serikat Sabda Allah (SVD) sebagai tindak lanjut atas ensiklik Maximum Illud Paus Benediktus XV pada 30 November 1919.
Sekalipun kegiatan perkuliahan sudah dimulai sejak tahun 1935 dengan 13 orang mahasiswa, takhta suci di Roma baru mengesahkan sekolah ini pada tanggal 20 Mei 1937. Pada tahun 1969, nama sekolah ini diubah secara resmi menjadi Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Katolik (STF/TK) sebagai bagian dari Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero.
Tanggal 29 November 1984, nama sekolah diubah lagi menjadi Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero dengan status "diakui" berdasarkan SK Mendikbud Nomor. 0604/0/1984.
Sejak saat itu, STFK Ledalero dengan jurusan Filsafat Agama dan Program Studi Filsafat Agama Katolik ini menyelenggarakan pendidikan yang semakin terbuka baik bagi para mahasiswa/i calon imam maupun bukan calon umum.(*)