Kemarau Panjang dan Ketahanan Pangan

Keresahan petani ini cukup beralasan karena secara normal di bulan Januari dalam siklus bertani justru

Editor: Dion DB Putra
Pos Kupang/Feliks Janggu
Salah satu padi warga Dusun Duli, Desa Reroroja, Kecamatan Magepanda yang mengering tidak bisa dipanen. Gambar diambil Minggu (13/9/2015) 

Oleh Gabriel Ola
Anak Petani, Tinggal di Maumere

POS KUPANG.COM - Musim kemarau berkepanjangan di wilayah Nusa Tenggara Timur saat ini membuat resah para petani, jangan-jangan tahun ini mengalami gagal panen. Bahkan sejumlah petani mungkin mengalami gagal tanam.

Keresahan petani ini cukup beralasan karena secara normal di bulan Januari dalam siklus bertani justru tanaman padi dan jagung teristimewa jagung pada posisi siap dikonsumsi, namun saat ini padi dan jagung sementara layu bahkan kering karena panas matahari.

Keberhasilan kehidupan petani memang sangat ditentukan oleh kebaikan alam (keseimbangan musim): terlalu panas tidak menguntungkan, terlalu hujan menjadi malapetaka. Seperti yang dialami saat ini para petani lagi galau menanti hujan untuk menyirami tanaman mereka.

Tanaman jagung milik petani sedang kering dan daunnya menguning seperti dilansir harian Pos Kupang (Selasa, 12 Januari 2016). "Sampai sekarang tidak turun hujan, kami mau tanam kacang juga tidak bisa, kami sudah tanam ubi hanya tumbuh di pohon saja. Mau tanam kacang pasti mati semua. Kami pasrah saja," ujar Tersia, warga Nele Urung, Kabupaten Sikka.

Harian yang sama menurunkan berita tanaman jagung di Moni, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, layu akibat panas matahari (Pos Kupang, 12 Januari 2016). Juga dilansir berita tentang tanaman jagung yang kering di Kabupaten Flores Timur di mana sejumlah petani bahkan mencabut tanaman jagungnya yang telah kering dan menanam ulang, namun jagung yang ditanam ulang pun mengalami nasib yang sama, yakni layu, kering bahkan mati. Tragis, keseimbangan musim lagi tak bersahabat dengan para petani.

Kondisi ini akan sangat mempengaruhi kehidupan ekonomi (pangan) masyarakat secara keseluruhan. Bukan hanya petani yang akan mengalami keterbatasan pangan di musim panen yang akan datang, tetapi masyarakat secara keseluruhan akan terkena imbasnya, teristimewa masyarakat kota. Karena masyarakat kota mendapat suplai kebutuhan jagung, sayur-mayur, umbi-umbian, pisang dan lain-lain dari para petani desa.

Kontribusi dari para petani terhadap kebutuhan masyarakat kota sangat signifikan bahkan dapat dikatakan ketergantungan masyarakat kota terhadap para petani sangat besar. Karena itu, gagal panen dan gagal tanam akan menjadi masalah krusial yang dapat mempengaruhi seluruh masyarakat. Petani menyiapkan kebutuhan masyarakat kota. Desa adalah lumbung kehidupan masyarakat kota. Tanpa petani yang menjual sayur dan hasil bumi lainnya, generasi kita akan mengalami gizi buruk. Karena itu, petani adalah komponen penting dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas.

Namun kondisi saat ini justru petani dalam posisi terpuruk karena berpotensi mengalami gagal panen. Petani yang menjadi andalan masyarakat kota dalam mensuplai kebutuhannya justru ke depan berpotensi mengalami kekurangan pangan.

Melihat kondisi ini, perlu dilakukan langkah-langkah antisipatif agar tidak terjadi kekurangan pangan yang berujung kelaparan, gizi buruk dan berimplikasi pada masalah sosial lainnya.

Ketahanan Pangan
Secara sederhana ketahanan pangan dimaknai atau diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang atau masyarakat mempunyai ketersediaan yang cukup terhadap kebutuhan pangan (makanan). Pada masyarakat tertentu, ketahanan pangan dikaitkan dengan ketersediaan beras (nasi) karena bagi mereka konsep makan adalah makan nasi. Artinya makan ubi, pisang, jagung dan lain-lain belum dikategorikan sebagai makan (makan pagi, makan siang atau makan malam). Padahal ubi, pisang, jagung memiliki kandungan karbohidrat seperti nasi.

Dalam konteks inilah kita perlu mengubah cara pandang masyarakat agar mereka dibiasakan mengonsumsi ubi-ubian dan pisang. Dengan demikian, kekurangann beras atau jagung dapat dialihkan ke makanan lain yakni ubi-ubian dan pisang. Perubahan jenis dan pola makan perlu dibiasakan agar pada saat mengalami musim paceklik akibat keterbatasan pangan dapat diatasi.

Upaya menjaga ketahanan pangan menjadi penting untuk dilaksanakan saat ini dan di masa yang akan datang. Tanggung jawab ketahanan pangan bukan hanya milik sektor pertanian, melainkan sektor-sektor lain juga berkontribusi sangat signifikan. Sektor peternakan, sektor perkebunan, sektor kehutanan, sektor jasa dan lain-lain sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Pada masyarakat tertentu hasil perkebunan sangat membantu menjaga ketahanan pangan (jual cengkeh untuk beli beras).

Karena itu, dalam rangka menjaga ketahanan pangan, petani perlu diarahkan agar menjaga ketahanan pangan, jangan mengandalkan sektor pertanian saja, melainkan tetap diupayakan sektor lainnya agar ketahanan pangan tetap terjaga. Sebagai contoh, orang beternak ayam dan menjual ayam untuk membeli beras, artinya peternakan juga sangat mendukung ketahanan pangan.

Untuk menjaga ketahanan pangan ada metode tanam yang perlu digalakkan kembali di tengah para petani yaitu sistem menanam tumpang sari di mana dalam satu kebun ditanami beberapa jenis tanaman. Selain padi dan jagung, tanam juga ubi kayu, ubi tatas, ubi ratih, ubi jalar, keladi, ubi (ohu: dalam bahasa Sikka) dan kacang-kacangan.

Saat ini metode sistem tanam tumpang sari telah ditinggalkan para petani. Empat puluh tahun yang lalu di kampung penulis sistem tanam tumpang sari sangat akrab dengan para petani. Ada ubi tertentu (ubi tatas, ubi ratih, ubi jalar, keladi, ohu) bahkan disimpan kurang lebih 1,5 tahun untuk menjaga ketahanan pangan. Caranya, pada saat digali untuk disimpan tidak boleh terkelupas/tergores kulit luarnya. Kalau tergores/terluka, maka akan terjadi pembusukan. Ini menjadi tugas PPL untuk kembali membangkitkan kearifan lokal dalam bertani.

Operasi Pasar Murah
Mengingat ini saat belum turun hujan yang dapat sedikit membantu memberikan kesuburan tanaman para petani, maka dapat diprediksi akan terjadi gagal panen, sementara stok pangan para petani dapat dipastikan akan semakin menipis. Lagi-lagi kasihan para petani! Kemarau panjang membawa petaka, ketahanan pangan menipis. Siapa gerangan yang akan membantu petani dalam menghadapi kondisi ini?

Dalam jangka panjang, penulis ingin mengajak para petani untuk kembali membangkitkan kearifan lokal berkaitan dengan sistem tanam tumpang sari. Sistem tanam ini telah terbukti menjaga ketahanan pangan. Di samping itu, pemerintah daerah dalam hal ini PPL, Badan Ketahanan Pangan dan Dinas Pertanian dan Perkebunan harus setia mendampingi para petani untuk memberikan motivasi dan pembinaan.

Untuk saat ini, perlu dilakukan langkah konkret dalam mengantisipasi keringnya tanaman para petani. Bupati Sikka, Drs. Yoseph Ansar Rera, telah menginstruksikan Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan dan Kepala Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Sikka untuk menyiapkan bibit jagung (Pos Kupang, 12 Januari 2016) guna ditanam pada kebun yang sudah disiapkan.

Di samping itu, hemat penulis, perlu ada Operasi Pasar Murah untuk membantu masyarakat yang mengalami penipisan stok pangan. Operasi ini perlu dilakukan agar masyarakat tidak mengalami kelaparan yang berdampak pada persoalan lain, seperti gizi buruk.

Mengubah Perilaku
Menjaga ketahanan pangan dapat dilakukan dengan mengubah perilaku masyarakat. Masyarakat yang senang berpesta pora menghabiskan uang berpuluh-puluh juta dalam waktu sekejap diarahkan untuk hidup lebih sederhana. Pesta yang bernuansa melestarikan budaya, menguatkan atau merekat-eratkan persaudaraan memang penting, namun perlu disederhanakan agar masayarakat memiliki ketahanan pangan karena masyarakat memiliki saving atau tabungan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ketika mengalami gagal panen.

Budaya menabung perlu dihidupkan di tengah masyarakat. Perilaku konsumtif yang berlebihan perlu dikurangi apalagi konsumtif yang dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, tetapi menghabiskan uang yang relatif banyak. Perilaku hedonisme perlu dipangkas dalam kehidupan masyarakat. Kecenderungan untuk mengikuti irama hidup orang lain perlu dijaga agar kita menjadi diri sendiri dan tidak terpengaruh oleh gaya hidup orang lain.

Kebijakan Publik
Keberpihakan pada rakyat (petani) menjadi sebuah sikap yang arif dari Pemerintah Daerah dan DPRD saat ini, tatkala melihat kondisi petani yang mengalami nasib yang memprihatinkan yakni gagal panen. Perlu dilakukan kebijakan publik melalui alokasi sejumlah dana yang mendahului perubahan untuk mengatasi masalah ketahanan pangan masyarakat.

Menipisnya stok pangan akibat dari mandeknya kesinambungan, ketersediaan pangan akibat dari gagal panen. Alokasi dana yang mendahului perubahan ini bisa dalam rangka Operasi Pasar Murah maupun penyediaan air bersih bagi masyarakat karena masyarakat tertentu di wilayah NTT kebutuhan air minum bersih sangat tergantung air hujan. Kebijakan politik ini penting untuk menekan ekses sosial lainnya, seperti pencurian, perampokan akibat orang terhimpit masalah sosial ekonomi.*

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved