Liputan Khusus
Diskriminasikan Odha Bisa Kena Karma
Ketua LSM Perjuangan Kupang, Emu Lisnahan, mengatakan,jangan pernah mendiskrimnasikan odha. Karena salah-salah bisa terkena karma.
Penulis: omdsmy_novemy_leo | Editor: omdsmy_novemy_leo
POS KUPANG.COM, KUPANG - Ketua LSM Perjuangan Kupang, Emu Lisnahan, mengatakan,jangan pernah mendiskrimnasikan odha. Karena salah-salah bisa terkena karma.
Menurut Emu, tidak mudah bagi ODHA untuk membuka status. Namun hal itu harus dilakukan agar tidak merugikan diri sendiri, keluarga dan lingkungan.
Beberapa hal yang bisa membuat ODHA tetap bertahan hidup, yakni rajin minum obat ARV, tidak boleh stres, pikiran harus sehat dan berada dalam lingkungan yang nyaman atau diterima dalam pergaulan.
Hal lainnya, harus terus mengikuti kegiatan positif dan jujur membuka status sebagai ODHA. Dengan membuka status, ODHA tidak akan terbebani lagi.
"Saya juga ODHA, tahun lalu saya buka status saya. Bagi saya, virus HIV/AIDS hanyalah cambuk kecil yang ada di dalam tubuh dan cambuk itu diberikan Tuhan agar kita bisa berbenah diri ke arah yang lebih baik. Dan, jika pikiran kita sehat, nyaman dan rajin minum ARV maka virus HIV/AIDS tidak akan berkembang," pesan Emu.
Ia meminta masyarakat jangan mendiskiminasikan ODHA karena bisa saja ada akibatnya, yakni karma. Emu mengenang ODHA Wi (alm), yang terinfeksi tahun 2008. Sejak terinfeksi HIV/AIDS hingga meninggal dunia, keluargan Wi tidak bisa menerima keadaannya. Bahkan status ODHA Wi jutsru dibuka oleh tantenya sendiri sehingga keluarga dan masyarakat menjauh dari Wi.
Meski marah dan sedih, Wi akhirnya bisa melewati hal itu hingga Wi berani membuka statusnya sebagai ODHA di dalam gereja di Kota Kupang. Siapa menduga, tahun 2014, tante dari Wi itu terkena HIV/AIDS dan Wi yang sudah mejadi relawan itulah yang kemudian mendampingi dan merawatnya.
"Itu pelajaran berharga untuk kita semua agar jangan pernah mendiskriminasikan dan melakukan hal buruk terhadap ODHA. Karena Tuhan pasti akan memperhitungkan semua hal baik dan buruk untuk setiap perbuatan kita. Wi kemudian meninggal dalam kecelakaan lalulintas, kami semua kehilangan Wi," kata Emu.
Selama terinfeksi 2008 hingga meninggal dunia, Wi selalu mendapat diskriminasi dari keluarganya. Tempat makan, tempat jemur pakaian Wi dipisahkan oleh keluarganya. Kondisi ini membuat Wi tertekan.
Emu juga berharap orang yanng berperilaku berisiko terkena HIV/AIDS seperti pekerja seks (PS) perempuan, PS pria (gay), PS waria, pengguna narkoba, mau dan berani melakukan tes HIV dengan pemeriksaan darah. Tujuannya agar bisa terdeteksi dini sehingga penanganannya bisa segera dilakukan.
"Hingga saat ini HIV/ADS belum dapat disembuhkan. Tapi jika sejak dini kita tahu terinfeksi, maka penanganan akan mudah dilakukan. Obat ARV memang tidak bisa menghilangkan virus itu, tapi dengan rutin mengonsumsi ARV, virus itu tidak akan berkembang dalam tubuh sehingga ODHA bisa bertahan hidup. Marilah amai-ramai tes HIV/AIDS di rumah sakit. Tidak bayar, obatnya juga gratis," ajak Emu.