Yuk Bersepeda
Bersepeda Life Style Baru Warga Kupang
Mengenakan celana pendek dipadu baju ketat. Rambut mereka terkadang diikat atau dibiarkan tergerai begitu saja.
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Mengenakan celana pendek dipadu baju ketat. Rambut mereka terkadang diikat atau dibiarkan tergerai begitu saja. Kedua kakinya terus berada di atas pedal sambil mengayuh sepeda di jalanan. Kebanyakan dari mereka bersepeda dalam kelompok atau hanya bersama teman dekat saja.
Pemandangan seperti itu bukan hal baru lagi di Kota Kupang ini, karena akan selalu tersaji setiap hari Sabtu dalam minggu bersamaan dibukanya lintasan El Tari sebagai Car Free Day (CFD) atau hari tanpa kendaraan bermotor.
Bahkan tidak saja menunggu CFD, tetapi ada juga sejumlah komunitas yang bersepeda selain hari Sabtu. Mereka menelusuri setiap jalan di Kota Kupang yang didominasi tanjakan-tanjakan yang menantang.
Satu di antaranya adalah Petryks Wulandari Bugel kepada Pos Kupang, Senin (28/9/2015) malam. Sebagai karyawati Bank NTT Cabang Kupang yang setiap hari sudah dijejali berbagai aktifitas. Walau demikian, olahraga tidak pernah dilupakannya.
Menurut Wulan, olahraga bersepeda dan berenang sangat disenanganinya dan rutin dilakukannya sekali seminggu selama satu jam untuk mengobati kelelahan fisiknya setelah bekerja selama lima hari dan kuliah di Kampus Hukum Unkris Kupang.
Perempuan berusia 21 tahun ini, mengakui, baru sebulan 'mendayung' sepeda, namun sudah merasakan manfaat yang luar biasa dari olahraga bersepada itu, khususnya kepuasan bathin.
Usai berolahraga, perempuan kelahiran 4 April 1994 ini merasa lebih senang, bahagia dan bersemangat.
"Entah mengapa, setelah berenang dan bersepada, fisik saya langsung segar bahkan hati saya merasa sangat senang dan bahagia," kata putri tunggal dari pasangan Rudolf WA Porsiana dan Sandra Imelda Bugel ini.
Selain menginginkan kebugaran tubuh, ternyata bersepeda juga untuk menyalurkan hobinya, ajang rekreasi dan juga sebagai gaya hidup. Jajak pendapat Harian Kompas 5 Agustus 2011 lalu menyebutkan, 75 persen responden di 12 kota besar di Indonesia menyatakan makin banyak warga kota mereka yang menggunakan sepeda sebagai alat beraktivitas, baik untuk berolahraga maupun hobi.
Mengapa bersepeda kembali memikat hati masyarakat saat ini? Jawaban responden bermacam-macam, selain menjaga kebugaran, publik juga memaknai bersepeda sebagai wujud cinta lingkungan, gaya hidup, dan ajang rekreasi. Tiga dari empat responden berpendapat, bersepeda menjadi solusi terbatasnya waktu olahraga.
Budaya bersepeda di Indonesia setidaknya dikenal sejak zaman penjajahan Belanda menjelang abad ke-19. Namun, pada masa itu hanya kalangan tertentu saja yang mampu membeli sepeda buatan Belanda. Sepeda menjadi simbol kemapanan dan gengsi di tengah strata sosial masyarakat masa kolonial saat itu.
Fenomena bersepeda memperoleh momentum baru setelah tahun 1990-an muncul model sepeda baru, yakni "sepeda gunung" (mountain bike). Sejak kelahiran sepeda gunung itulah aras kebiasaan orang bersepeda bergeser lagi dari alat transportasi fungsional perlahan menjadi kegiatan hobi dan akhirnya menjadi gaya hidup perkotaan.
Digunakan Berbagai Komunitas
Bersepeda memang sudah menjadi gaya hidup, termasuk di Kota Kupang ini. Jika sebelumnya, hanya segelintir saja yang bersepeda tetapi sekarang sudah tumbuh baik perseorangan maupun dalam komunitas. Tentu dampaknya, permintaan akan sepeda meningkat dari waktu ke waktu.
Erni M. Oematan, pemilik Toko Aurora Kuanino dan Boby Tanjung, pemilik Toko Karya Subur merupakan dua dari sekian banyak pengusaha yang selama ini menyediakan sepeda bagi warga Kota Kupang mengakuinya.
Menurut Erni M. Oematan, saat ditemui Pos Kupang di tempat usahanya, Senin (28/9/2015), sejak beberapa bulan terakhir, warga Kota Kupang mulai berburu jenis-jenis sepeda lain seperti Wimcycle dan Polygon. Dua jenis sepeda ini diburu pasalnya, warga mulai menyadari manfaat bersepeda bagi kesehatan. Hal ini tidak terlepas dari program CFD setiap hari Sabtu di Kota Kupang.
"Anak -anak dan remaja itu paling banyak cari Wimcycle harganya mulai Rp 800 ribu. Sementara untuk remaja harganya mulai Rp 1 juta sampai Rp. 2 jutaan. Kebanyakan dipakai untuk balapan karena kuat," jelasnya.
Polygon adalah jenis sepeda yang biasanya dipakai orang dewasa. "Kalau untuk dewasa itu biasanya mereka cari yang Polygon. Harganya mulai dua jutaan. Dulu paling banyak dicari Polisi," kata Erni.
Pemilik Toko Sepeda Karya Subur, Boby Tanjung mengatakan, orang lebih banyak berburu sepeda gunung untuk para anggota komunitas. Bagi masyarakat kelas menengah ke atas, seperti para pegawai biasanya memilih sepeda Wimcycle dan Famyli untuk akan anak. Merk Wimcycle biasanya diburu untuk balapan sementara Family untuk kereta bayi.
"Kalau orang kantoran biasanya mereka beli yang agak bagus. Harganya untuk anak usia dua atau tiga tahun itu Rp 700 ribuan. Ukuran yang biasanya untuk balapan satu juta sampai satu juta dua ratus. Wimcycle lebih bagus, terus lebih ringan dan katanya lebih bagus untuk balap -balapan," tandasnya.
Satu dari sekian komunitas di Kota Kupang ini adalah Turangga Bicycle yang dikomandani Kapolda NTT, Brigadir Jenderal Drs. Endang Sunjaya, SH, MH. Bersama anggota klubnya komunitas ini telah melakukan tour keliling Kabupaten Alor, Pulau Flores dan Sumba.
"Tujuan pertama saya bersepeda mengeliling NTT ingin mempromosikan NTT kepada masyarakat luas dan nasional bahwa kegiatan bersepeda merupakan kegiatan yang positif. Olahraga bersepeda dapat dilakukan masyarakat kalangan tingkat bawah hingga tingkat atas. Selain itu bersepeda keliling NTT juga untuk mengecek personil yang ada di lapangan. Baik yang ada di pos, polsek dan polres kami datangi," ujar Mantan Wakapolda Aceh ini di Mapolda NTT, Senin (28/9/2015).
Bagi mantan Dansat Brimobda Bali ini, bersepeda merupakan olahraga yang sangat murah. Walaupun modal pertama cukup berat. Bersepeda itu bisa meningkatkan stamina dan kekuatan jantung.
Untuk agendanya, setiap Sabtu ada agenda berkumpul dan bersepeda. Lokasinya di wilayah Kota Kupang dan kabupaten. Bila ada waktu, bulan depan akan menggelar sepeda jarak jauh dari Kota Kupang hingga Kabupaten Belu dengan nama Ekspedisi Merah Putih berkaitan dengan hari Sumpah Pemuda.
Ditanya kenapa dengan bersepeda keliling NTT, Kapolda Sunjaya mengatakan bersepeda akan merasakan alamnya, tantangannya, termasuk menaklukan sesuatu yang tidak mungkin. Contohnya tanjakkan dari Kupang sampai ke SoE. Itu hal yang tidak mungkin. Dengan menggunakan mobil aja susah. Tetapi dengan bersepeda bisa tiba ke lokasi.
Dengan bersepeda keliling NTT, ia mengharapkan akan muncul berbagai komunitas bersepeda di NTT. Saat ini ia mendapatkan informasi sudah cukup banyak komunitas bersepeda bermunculan di NTT termasik di Kota Kupang.