Abadikan 75 Tahun, Paroki Boawae Luncurkan Buku Sarus Animarum Suprema Lex
Masyarakat masih hidup dengan budaya dan adat istiadat dan rata-rata buta huruf. Suatu kondisi yang cukup sulit untuk bisa menerima hal-hal baru terma
Laporan Wartawan Pos Kupang, Adiana Ahmad
POS KUPANG.COM -- Agama Katolik masuk Boawae pada tahun 1915, suatu era dimana masyarakat di daerah itu belum mengenal agama.
Masyarakat masih hidup dengan budaya dan adat istiadat dan rata-rata buta huruf. Suatu kondisi yang cukup sulit untuk bisa menerima hal-hal baru termasuk kehadiran ajaran gereja Katolik.
Namun berkat kerja keras para misionaris yang datang bersama para pedagang dan penjajah, ajaran Gereja Katolik akhirnya bisa diterima masyarakat Bawae.
Kehadiran agama Katolik di Boawae ditandai dengan peristiwa pembaptisan sembilan siswa sekolah dasar oleh Perfektur Apostilik Sunda Kecil , Mgr. Petrus Noyen, SVD dalam perjalanan dari Aimere ke Ende.
Setelah pembaptisan sembilan anak usia sekolah itu, gereja dengan bangunan layak tidak lantas berdiri di Boawae. Kondisi ekonomi masyarakat dan sumber daya manusia yang ada saat itu tidak memungkinkan berdirinya sebuah bangunan gereja yang representatif. Butuh waktu 24 tahun setelah masuknya agama Katolik di Boawae, bagi masyarakat Boawae dan Umat Katolik Boawae memiliki sebuah bangunan gereja yang layak.
Tepatnya pada tahun 1939, Umat Katolik Boawae bersama Pastor Paroki St. Fransiskus Xaverius saat itu, Pater Petrus Rozing, SVD mendirikan Gereja Boawae. Satu tahun setelah kehadiran Gereja Boawae, atau tahun 1940, Umat Katolik Boawae meresmikan Paroki Boawae. Sejak saat itu, ajaran Gereja Katolik terus berkembang di daerah itu.
Saat ini, hampir 90 persen masyarakat Boawae merupakan penganut Ajaran Gereja Katolik dan bebas buta huruf berkat kerja keras para misionaris yang menghadirkan lembaga pendidikan di daerah itu sejak tahun 1911.
Setelah melewati perjalanan panjang dalam rentang sejarah kehadiran Agama Katolik di Boawae bahkan Flores, Gereja Katolik Boawae dan Paroki St. Fransiskus Xaverius kemudian mengabadikan kehadirannya dalam sebuah buku berjudul Sarus Animarum Suprema Lex
(Keselamatan Jiwa-Jiwa Adalah Hukum Tertinggi) yang diluncurkan Jumat (25/9/2015) di Gedung Patronat Boawae. Peluncuran buku kenangan 75 tahun Perjalanan Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae dilakukan oleh Asisten III Setda Nagekeo, Bertiardus Mola mewakili Bupati Nagekeo bersama Ketua DPRD Nagekeo, Marselinus Fabianus Ajo Bupu,Pastor Paroki St. Fransiskus Boawae, RD Wilhelmus Moat Putar da Silva.
Buku Sarus Animarum Suprema Lex, 75 tahun Gereja St. Fransiskus Xaverius setebal 298 halaman itu ditulis oleh sebuah tim yang beranggotakan 12 orang dipimpin RD. Frederikus B. Wea Dopo,S.Pd (Rm Edy).
Salah satu anggota tim penulias Buku Sarus Animarum Suprema Lex (keselamatan jiwa-jiwa adalah hukum tertinggi), Cyrilus bau Engo mengatakan, buku tersebut merupakan rangkaian kegiatan untuk menyelamatkan jiwa manusia yang terinspirasi dari kisah kehadiran Yesus Kristus di dunia.
Sementara Pastor Paroki St. Fransiskus Boawae, RD Wilhelmus Moat Putar da Silva mengatakan, dengan menulis buku, Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae sebenarnya telah mewariskan sesuatu yang baik untuk generasi yang akan datang.
Melalui buku, katanya, akan diketahui semua yang terlibat dalam perkembangan iman umat dari awal Gereja Katolik masuk di Boawae sampai usianya 75 tahun saat ini.
Cyrilus Bau Engo yang dihubungi melalui surat elektronik, Sabtu (25/9/2015), menuturkan melalui buku, para generasi muda Umat Katolik Boawae dapat mengetahui secara detail perjalanan Gereja Katolik Boawae. Dengan mengutip pepatah Yunani Verba Volant, Scripta Manent, kata-kata akan berlalu begitu saja, sedangkan tulisan akan abadi, Cyrilus mengatakan, cerita tentang permandian sembilan anak sekolah di Boawae oleh Mgr. Petrus Noyen, SVD, kehadiran para misionaris seperti Pater Yosef Etel, SVD dan Petrus Rozing, SVD, pembangunan Gereja Boawae, partisipasi umat mengumpulkan batu dan pasir bahkan memikul semen dan seng dari Mauponggo, selama ini hanya cerita dari mulut ke mulut.
Ada dokumen tertulis atau tulisan-tulisan yang ditulis para penulis dari luar Boawae tetapi bersifat umum dan skalanya Diosis Agung Ende, Nusa Tenggara atau nasional. Tidak tentang Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae. Menyadari keterbatasan itu, Panitia Pesta Intan (75) tahun Paroki St. Fransiskus Xaverius yang diketuai Marselinus Fabianus Ajo Bupu menunjuk Rm. Edy, Cyrilus Bau Engo dan Gabriel Manek untuk mendkumentasikan perjalanan Gereja Boawae dan Paroki St. Fransiskus Xaverius Boawae dalam sebuah buku.
Hanya dalam waktu sembilan bulan sejak 5 Desember 2014, buku kenangan 75 tahun perjalanan Paroki St. Fransiskus Xaverius dengan judul Sarus Animarum Suprema Lex
(Keselamatan Jiwa-Jiwa Adalah Hukum Tertinggi) berhasil diselesaikan dan diluncurkan ke publik Jumat kemarin.
Mengapa harus menggunakan judul Sarus Animarum Suprema Lex? Cyrilus mengatakan, alasan pemilihan judul tersebut karena semua tahu kedatangan Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat manusia dari dosa dan kebinasaan.
Dikatakan Cyrilus, meneladani Yesus Kristus, para misionaris yang datang ke Indonesia sampai ke Boawae meskipun bersama pedagang dan para penjajah, namun membawa misi yang mulia yaitu menyelamatkan jiwa-jiwa. Buku Sarus Animarum Suprema Lex bersisikan sejarah Paroki Boawae termasuk sejarah pembangunan gedung gereja, artikel dari para kontributor, kesaksian-kesaksian atau pengalaman iman Fungsinaris Pastoral Tertahbis dan Terbaptis serta foto dan gambar.*
Ikuti terus berita-berita terkini dan menarik dari http://pos-kupang.com atau http://kupang.tribunnews.com
Like Facebook www.facebook.com/poskupang
Follow Twitter https://twitter.com/poskupang