Pilkada Sabu Raijua
Thobias Uly Mengulang Romantisme
Ada sejumlah alasan mengapa Ir. Thobias Uly, M.Si ingin pulang ke Sabu Raijua.
POS-KUPANG.COM, KUPANG --- Ada sejumlah alasan mengapa Ir. Thobias Uly, M.Si ingin pulang ke Sabu Raijua. Salah satunya, selama setahun ia pernah memimpin masyarakat di kabupaten itu.
Ketika itu Thobias dipercayakan oleh Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, sebagai Penjabat Bupati Sabu Raijua periode lima tahun silam. Setidaknya pengalaman inilah yang menjadi dorongan kuat bagi lelaki ini untuk bertarung pada Pilkada 9 Desember 2015.
Pun sebagai putra kelahiran Sabu Raijua, ia ingin mengulang romantisme ketika masa kecil dulu. Sebagai seorang anak guru, Thobias, yang pergi ke sekolah tanpa sandal, mengikuti pelajaran di sekolah dengan tekun, bergaul dan bercengkerama dengan sesama teman di padang savana nan luas.
Thobias juga merasakan hidup di kampung bersama keluarga dan kawan-kawan membahagiakan. Semua warga saling membantu tanpa hitung-hitungan. Memberi dengan tulus. Begitu pula menyapa atau menegur sapa.
Ketika ditemui Pos Kupang di ruang kerjanya, Jumat (31/7/2015), Thobias mengatakan, ia ingin memimpin masyarakat Sabu untuk maju dalam semua apsek. Membangun dalam perspektif Thobias adalah kerja sama, kerja keras dan saling mendengarkan.
Hal terakhir, kata dia, menjadi sangat urgen dan penting. Ketika seorang pemimpin kurang mendengar aspirasi, itu sebagai tanda kepemimpinannya mulai kendor.
Karena itu, Thobias merasa gembira ketika pilihan untuk pulang ia jatuhkan. Thobias mengatakan, hampir tiga puluh tahun ia tinggalkan Pulau Sabu. Setelah menyesaikan kuliah di Fakultas Peternakan Undana Kupang, Thobias merantau ke Timor Timur (kini Timor Leste) hingga diangkat sebagai pegawai negeri sipil dan menduduki sejumlah posisi penting.
Pernah menjadi Ketua Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) di Ainaro. Jabatan itu ia sandang hingga eksodus warga Timor Timur (kini Timor Leste) tahun 1998 lalu.
"Saya memang tak punya apa-apa tetapi diberi kepercayaan," kisah lelaki yang selalu mengulum senyum ini.
Justru di Timor Leste itu ia banyak belajar tentang kepemimpinan. Lima belas tahun lamanya mengabdi di sana telah memberi banyak bekal. Pengalaman itu ia jadikan untuk mengembangkan kepemimpinannya ketika kembali ke NTT.
Thobias telah menduduki beberapa jabatan eselon dua seperti Kadis P dan K NTT, Kadis Peternakan NTT, Kepala BKPM NTT dan terakhir sebagai Kepala Dinas Pertambangan dan Energi NTT.
Tentang kepemimpinan ia mengatakan butuh ketabahan dan kesabaran. Tak boleh cepat tersinggung dan menerima semua input dengan hati lapang. Jika hal itu bisa dilakukan maka seorang pemimpinan akan langgeng dalam perjalanan karier. Memimpin kata dia, ibarat menggenggam burung.
Ketika burung itu dipegang dengan kuat, maka akan cepat mati. Sebaliknya, terlampau longgar burung itu akan terbang dan tak bisa kendali. Filosofi ini menggambarkan ketika memimpin jangan terlampau keras pun jangan terlampau lentur. Dua kutub ini kata dia harus bisa dipadukan.
Dalam konteks kepemimpinan di Sabu, ia mengatakan, ketika masyarakat memberinya kepercayaan, maka semuanya akan berjalan langgeng. Sabu yang terpencil itu perlu dikelola dengan serius. Thobias mengatakan, bila kepercayaan itu ia terima, maka semua kekuatan dapat dipakai.
Selain dukungan masyarakat juga memanfaatkan hubungan kerja seperti DPRD, gubernur hingga presiden.
"Terus terang ketika kita menjalin hubungan yang baik dengan semua pihak, maka kita dapat membantu masyarakat. Bupati telah dibiayai oleh pemerintah daerah, tinggal bagaimana memikirkan masyarakat," katanya.