Tamu Kita
Elizabeth Blantran de Rozari: Jangan Menjadi Orangtua yang Egois
Di balik keberhasilan suami dan anak-anak, ada seorang istri dan ibu yang hebat. Salah satu wanita yang hebat itu adalah Elizabeth Blantran de Rozari
Like www.facebook.com/poskupang.online
Follow https://twitter.com/poskupang
POS-KUPANG.COM, JAKARTA --- Di balik keberhasilan suami dan anak-anak, ada seorang istri dan ibu yang hebat. Itulah pepatah lama yang sudah terbukti omongannya. Dan, salah satu wanita yang hebat itu adalah Elizabeth Setiawati Blantran de Rozari yang biasa disapa Etty.
Wanita asal Kota Larantuka-Flores Timur, yang kini menetap di Jakarta bersama keluarganya ini telah 'mengantar' suaminya, Ir. Karel Karni Lando menjadi seorang auditor hebat di sejumlah perusahaan di Indonesia dan negara lainnya di dunia.
Bahkan kini kedua anaknya - satu sudah menjalani praktek belajar lapangan di Puskesmas Dayeuh Kolot Bandung dan seorang lagi sementara menempuh pendidikan kedokteran di FK Ukrida Jakarta.
Bagaimana Etty berperan sebagai ibu rumah tangga dan berjuang setiap hari demi kesuksesan suami dan masa depan anak-anaknya itu? Diceritakannya dalam wawancara eksklusif dengan wartawan Pos Kupang, OMDSMY Novemy Leo, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bagaimana Anda melihat peran orangtua di masa sekarang ini dalam mendidik anaknya?
Sebenarnya banyak orang tua yang mengetahui dan menyadari bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar. Tetapi kenyataannya saat ini, masih banyak juga orang tua yang menganggap remeh tanggung jawab itu dan tidak intens memperhatikan perkembangan dan masa depan anak-anaknya.
Nanti, setelah terjadi sesuatu yang buruk pada anaknya barulah mereka kaget dan cenderung mencari kesalahan orang lain. Padahal sebenarnya ada begitu banyak solusi dan pencegahan yang bisa dilakukan orangtua dalam mendidik anaknya, sekaligus bagaimana menjauhkan anak-anaknya dari hal-hal buruk.
Apa saja solusi pencegahan yang bisa dilakukan orangtua?
Banyak hal kecil dan hal-hal besar yang bisa dilakukan oleh orangtua. Saya akan membagi pengalaman saya. Selama ini saya selalu berupaya menanamkan hal-hal yang baik kepada anak-anak. Dari anak itu kecil misalnya, kita jangan menumbuhkan rasa takut dan rasa minder pada anak. Contohnya, ketika anak menangis, jangan menakutinya dengan gambaran hantu, suara angin atau hal yang membuat anak merasa takut lalu berhenti menangis.
Karena hal itu bisa menumbuhkan rasa tidak percaya diri kepadanya. Atau saat anak terjatuh dan kakinya berdarah, lalu kita berteriak sehingga anak tambah menangis. Trauma itu menyebabkan si anak akan takut melihat darah. Seharusnya kita menunjukkan sikap tenang sehingga anak juga tidak merasa takut ketika melihat darah dan menghadapi suatu peristiwa.
Hal lainnya, ajari anak agar tidak hidup berfoya-foya. Jangan selalu memenuhi permintaan anak, namun berikan skala prioritas dan minta anak untuk mengambil keputusan untuk dua atau lebih hal yang mereka inginkan. Jangan terlalu keras mendidik anak, jangan pula terlalu pelit karena nanti anak akan mencari uang sendiri dengan caranya yang bisa saja menjerumuskannya ke hal yang buruk.
Jangan terlalu memberikan kebebasan kepada anak-anak dan juga jangan terlalu berprasangka yang bukan-bukan kepada anak. Kita harus bisa mendorong anak untuk berani mencoba sesuatu hal baru yang berdampak positif sehingga timbul kreativitas dalam dirinya.
Cara lainnya?
Menanamkan akhlak mulia kepada anak. Berikan teladan kepada anak-anak melalui perilaku dan sikap kita sehari-hari di rumah. Contohnya, tentang kejujuran, kedisiplinan, integritas, menolong sesama, peduli lingkungan, bekerja keras dan lain-lain. Dengan memberikan pengertian dan nilai hidup yang baik itu, maka anak akan menjadi lebih cepat dewasa.
Dengan demikian dia bisa menentukan mana yang baik dan mana yang tidak boleh dilakukan saat menjalani kehidupannya. Perlu diingat bahwa jika orang tua ingin mengajarkan tentang kejujuran, maka orangtua juga harus jujur, jika ingin mengajarkan sopan santun, maka orangtua juga harus berlaku sopan santun, jika ingin mengajarkan kedisplinan kepada anak, maka orangtua juga harus disiplin.
Orangtua harus memberi teladan. Ada pepatah mengatakan 'buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya' dan pepatah ini benar. Ajarkan juga anak untuk bisa menghargai orang lain, khususnya orang yang lebih tua. Tanamkan keberanian kepada anak tapi jangan mendidiknya menjadi sombong. Berikan perhatian, kasih sayang dan pelukan kepada anak karena mereka juga membutuhkan hal itu.
Karena selain memberikan perhatian jasmani, berikan juga perhatian rohani anak. Tumbuhkan iman kepercayaannya agar mereka selalu mengamalkan kasih dalam kehidupannya. Selain itu juga, kita harus memperhatikan dan menemukan potensi yang dimiliki setiap anak sehingga anak dimaksud bisa menggali dan mengembangkan potensinya itu untuk menata masa depannya.
Bagaimana cara menemukan potensi yang ada pada setiap anak?
Orangtua, teristimewa seorang ibu, harus bisa melihat dan menemukan setiap potensi yang dimiliki anak-anaknya. Caranya, perhatikan perkembangan anak sejak kecil, lihat apa yang suka dikerjakannya atau permainan apa yang diminati dan dilakukannya sejak mulai balita hingga sekolah. Lalu bicarakan dengan anak tentang minat dan bakatnya itu dan lihat prestasinya di sekolah.
Diskusikan bersama dengan anak tentang minatnya itu lalu mulailah mengarahkannya untuk lebih intens terhadap minatnya itu dan kemudian pantaulah hasilnya dalam prestasi belajar di sekolah. Dari situlah kita bisa 'mengontrol', mensuport sekaligus mengawasi bagaimana potensi yang ada dalam diri anak itu bisa berkembang dengan baik dan benar.
Nah, untuk bisa mencapai hal itu maka orangtua, teristimewa seorang ibu, harus bisa meluangkan waktunya buat anak-anak.
Harus meluangkan waktu dengan anak. Bagaimana dengan wanita/istri atau ibu yang berkarier di luar rumah?
Tak jadi masalah apakah seorang ibu atau istri itu bekerja di luar rumah atau hanya di dalam rumah. Karena setiap istri yang berkarier atau hanya sebagai ibu rumah tangga, harusnya mau dan bisa menjalankan peranannya sebagai ibu dan istri yang baik. Jika perannya bisa dijalankan dengan baik, maka siapapun dia yang bekerja di luar rumah atau hanya sebagai ibu rumah tangga, itu akan bisa menyukseskan suami dan anak-anaknya.
Sekarang begini, kalau wanita itu hanya berada di rumah sebagai ibu rumah tangga, tapi dia tidak bisa memberikan waktunya buat anak-anak, maka tidak ada gunanya kan? Sebaliknya, wanita yang berkarier di luar rumah dan dia bisa membagi waktu untuk memperhatikan anak dan suaminya di rumah - meski hanya beberapa jam saja - maka pastinya hal itu sangat bermanfaat bagi anak-anak dan suaminya.
Saya mau katakan bahwa yang mempengaruhi keberhasilan anak-anak dan suami itu bukan karena seorang wanita berada selama 24 jam di rumah atau karena wanita itu berkarier di luar rumah. Tapi karena wanita itu mau dan bersedia menjalankan perannya yang baik dan benar sebagai seorang ibu dan seorang istri bagi anak dan suaminya.
Bukan kuantitas waktu yang diperlukan, namun kualitas menggunakan waktu yang ada. Bagaimana dengan waktu yang minim itu, seorang ibu dan istri bisa menggunakannya secara maksimal untuk bermain, berdiskusi tentang apa saja dan memantau prestasi serta mengawasi anak-anak serta suaminya.
Anda hanya memiliki dua orang anak, apakah hal ini direncanakan sebelumnya bersama suami Anda agar bisa merencanakan masa depan yang baik bagi anak-anak?
Ketika memasuki perkawinan, saya dan suami tidak punya rencana harus memiliki berapa orang anak. Bagi kami, berapapun anak yang diberikan Tuhan dalam kehidupan ini, akan kami terima dengan ucapan syukur. Dan, karena Tuhan memberikan dua orang anak, maka kepercayaan itu kami jalani dengan penuh tanggung jawab untuk membesarkan dan menjaga kedua anak kami.
Kenapa Anda mengarahkan kedua anak Anda ke Fakultas Kedokteran?
Sebagaimana saya katakan tadi. Kami mengarahkan anak-anak ke profesi dokter karena melihat potensi yang mereka miliki. Saya ceritakan sedikit ya, anak pertama saya, Cathy, saat dia berusia 3 tahun, sudah terlihat senang memilih mainan boneka dan alat-alat kedokteran. Ketika masuk Taman Kanak-Kanak, saya bertanya, soal cita-citanya dan dia mengatakan mau menjadi dokter.
Dari situ saya mulai mengamati perkembangan kehidupan dan pendidikannya. Dan, saya lihat Cathy suka membaca dan tekun belajar sehingga saya berpikir itu modal dasar dan potensinya untuk bisa mewujudkan cita-citanya itu. Dari situlah saya lalu mulai memberinya motivasi, terutama sejak dia masuk ke jenjang pendidikan SD.
Saya mulai mengontrol rutinitasnya, khususnya jadwal belajarnya. Syukurlah, hingga saat ini Cathy tidak menemukan kendala dalam mewujudkan impiannya itu. Saat ini Cathy sedang praktek belajar lapangan di Puskesmas Dayeuh Kolot Bandung. Dan, jika tidak ada halangan, maka akhir Mei ini Cathy sudah bisa menjadi dokter.
Begitupun anak kedua saya, Aldo. Saya juga melihat potensi yang sama dalam dirinya dan saat ini dia sedang menjalani pendidikan dokternya di Universitas Ukrida Jakarta. Ingat satu hal bahwa orangtua tidak boleh egois untuk menentukan masa depan anak-anaknya.
Apa maksudnya orangtua tidak boleh egois?
Banyak orangtua yang terlalu egois dalam menentukan masa depan anak-anaknya. Ada orang tua yang selalu memaksakan kehendaknya untuk diikuti oleh anaknya. Anak-anak dipaksa mengikuti suatu jurusan pendidikan yang tidak diminati oleh anak itu, bahkan tak ada potensi dari anak itu. Akhirnya si anak hanya menjadi boneka dan malah bisa jadi tidak akan menyelesaikan pendidikannya itu.
Atau jika pun dipaksa selesai, mungkin saja anak itu tidak maksimal menjalankan profesinya itu nanti. Dan, saya melihat saat ini masih banyak orangtua yang egois seperti itu. Karenanya jadilah orangtua yang tidak egois. Biarkan anak-anak memilih sesuai dengan potensi yang ada padanya. Karena dengan begitu maka hasil yang dicapai akan maksimal dan masa depan anak-anak pun akan terjamin.
Selain tips mendidik anak yang Anda jelaskan di atas, apa lagi yang Anda tanamkan dalam diri anak?
Saya menekankan soal 'nilai' yang harus mereka miliki dalam hidup bermasyarakat. Anak-anak harus memiliki 'nilai' yang baik, yakni nilai akhlak, budi pekerti. Bagi saya dan suami, nilai di dalam masyarakat itu bukan diukur dari angka-angka materi, bukan diukur dari berapa banyak harta yang dimiliki, berapa banyak rumah dan mobil yang dimiliki.
Namun nilai seseorang dalam masyarakat itu dilihat dari personality yang dimilikinya. Nilai personality itu, antara lain kejujuran, kedisplinan, kerja keras dan iman. Dan, juga bagaimana kita harus bisa menghargai orang lain, khususnya hal kecil yang pernah dibuat orang lain untuk kita. Dengan apa yang kita miliki, kita harus berusaha senantiasa membuat oranglain bisa tersenyum. Nilai itu harus selalu ditanamkan pada anak dan terus mengontrol mereka.
Bagaimana Anda mengawasi dan mengontrol dan anak-anak?
Saya mengontrol anak-anak saya belajar itu sejak mereka masuk jenjang pendidikan mulai TK hingga kuliah. Belajar harus terjadwal dan dijalani dengan tekun. Ada jadwal belajar, bermain, tidur, makan, membantu pekerjaan di rumah. Semua jadwal itu harus dijalani. Hal ini untuk melatih nilai kedisplinan mereka.
Bahkan semenjak TK, saya melatih mereka untuk membereskan tempat tidur setelah bangun, meskipun belum rapi saat mereka membereskannya namun mereka sudah terpola untuk disiplin. Untuk belajar, saya menekankan pada pencapaian prestasi yang yang sesuai dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki. Dan, untuk memotivasi pencapaian prestasi mereka itu, saya selalu memberikan reward dan pusnishment kepada mereka selama menjalani pendidikan.
Untuk pergaulan mereka di luar juga saya kontrol. Saya memberikan kebebasan kepada mereka untuk bergaul dan memiliki banyak teman. Namun teman-teman mereka itu saya 'seleksi'. Saya minta mereka mempertahankan teman yang baik dan jauhi teman yang berperilaku buruk. Hal ini penting agar menjauhkan mereka dari pengaruh negatif yang bisa mempengaruhi pencapaian masa depan mereka nanti.
Saya juga berusaha mengenal satu persatu teman-teman anak saya sehingga saya tahu betul dengan siapa anak saya bergaul. Semula anak-anak mengkomplain sikap saya itu, namun setelah mengetahui tujuan baiknya, maka pengawasan saya itu tidak lagi dipersoalkan mereka.
Bagaimana mencegah anak-anak berperilaku buruk?
Salah satu cara untuk mencegah anak-anak berperilaku buruk, yakni bagaimana kita sebagai orangtua bisa 'masuk' ke dalam dunia mereka. Maksudnya begini, sebagai orangtua yang ada di rumah, kita jangan seperti guru yang selalu memberikan 'pelajaran', mendikte dan mengajukan tanya jawab kepada anak-anak. Tetapi, jadilah orangtua yang 'gaul'. Jadilah atau berlakulah sebagai teman dan sahabat bagi anak-anak kita.
Saya sudah menerapkan pola berdiskusi dengan anak-anak sejak mereka masuk ke TK. Bagaimana saya memposisikan diri sesuai usia dan jenjang pendidikan mereka agar mereka bisa nyaman saat berdiskusi dengan saya. Setiap berdiskusi saya diri saya tidak saja sebagai ibu tapi juga teman, sahabat dan saudara mereka sehingga mereka tidak sungkan menyampaikan setiap hal yang mereka alami dan yang menjadi kendala dalam kehidupan yang mereka alami.
Dengan kondisi ini, kami bisa berbagi cerita, sekaligus menasihati mereka dan bisa tahu dan mengontrol aktifitas mereka. Akhirnya mereka akan merasa nyaman setiap berdiskusi dengan saya. Kami membangun keakraban bersama namun reward dan punishment tetap saya berlakukan kepada anak-anak.
Bagaimana memberikan hukuman atau punisment yang pantas bagi anak-anak yang melakukan kekeliruan dan reward bagi anak yang berprestasi?
Jika anak-anak berprestasi di sekolah maka kami akan memberikan hadiah kepada mereka. Namun jika anak melakuakn kekeliruan kami berikan sanksi punisment kepadanya. Hukuman kepada anak itu adalah hukuman yang pantas. Mencubit, memukul, memarahi dengan kata-kata makian dan menyakitkan hati, dan hal itu bukan hukuman yang baik untuk diterapkan dalam keluarga.
Selama ini, hukuman atau sanksi yang kami berikan kepada anak-anak yakni meminta mereka berlutut atau 'menyita' Handphone mereka selama jangka waktu tertentu sesuai pelanggaran yang mereka lakukan. Kenapa harus dihukum? Agar anak-anak menyadari dan tahu bahwa dalam kehidupan ini ketika mereka melakukan kesalahan maka akan ada sanksi yang harus mereka terima.
Sebaliknya jika mereka melakukan kebaikan dan prestasi maka pastinya akan ada reward dan hal baik yang akan mereka dapatkan. Hal ini merupakan salah satu pelajaran berharga bagi mereka. Jika anak melakukan kesalahanpun, kami memarahi mereka dengan 'rambu-rambu'. Misalnya, jika suami sedang memarahi anak, maka saat itu istri harus diam, jangan ikut memarahi anak atau membela anak itu.
Setelah selesai dimarai, beberapa saat kemudian barulah istri menemui anak dimaksud dan memberikan nasihat yang menyejukkan. Sebaliknya, jika istri memarahi anak maka suami harus tetap diam. Tujuannya, agar kewibawaan suami atau istri itu bisa tetap ada dan agar si anak pun tidak merasa dimanjai atau dibela ketika berbuat kesalahan.
Terhadap suami, bagaimana Anda menciptakan hubungan yang harmonis? Apa pesan Anda kepada kaum perempuan khususnya kepada para istri?
Selain hubungan antara anak dan orangtua, saya dan suami pun selalu berusaha menciptakan hubungan yang harmonis. Berdebat, beda pendapat tentu sering terjadi, namun hal itu dilakukan secara wajar dan harus bisa diselesaikan dengan baik. Jangan marah berhari-hari. Komunikasi harus dijalankan secara intens.
Dan, berikan kebebasan kepada suami namun tetap mengontrolnya. Selalu sediakan waktu untuk makan bersama di meja makan. Dan, hal penting lainnya yakni sediakan waktu untuk berdoa setiap pagi setelah bangun tidur dan malam hari sebelum tidur. Hal berdoa ini banyak yang tidak dilakukan oleh suami istri.
Padahal kekuatan doa itu sangat besar untuk membuat keluarga kita hidup dalam suka cita dan selalu diberkati oleh Tuhan. Istri yang baik adalah istri yang tahu dan memahami pekerjaan suaminya. Mengapa? Agar saat suami pulang kantor dan membicarakan pekerjaannya, istri bisa memahami dan bersama berdiskusi. Dengan demikian suami tidak mencari teman diskusi diluar rumah. Paling tidak seorang istri harus bisa harus menjadi pendengar dan penasihat yang baik bagi suaminya.
Karena suami tidak hanya ingin diurusi keperluan sehari-harinya saja seperti tersedianya pakaian, sepatu, dasi dan lainnya tapi suami juga perlu untuk berdiskusi tentang pekerjaan dan berbagai hal dengan istrinya. Jadilah istri yang cerdas secara lahir dan batin.
Apa harapan dan impian Anda yang masih ingin Anda capai?
Saat ini saya sudah sangat bersyukur dengan apa yang saya miliki. Memiliki anak-anak yang penurut dan baik, memiliki suami yang bertanggung jawab dan setia. Semua itu merupakan berkat Tuhan yang sangat besar bagi saya. Saat anak-anak saya sudah selesai sekolah dokter nanti, saya ingin sekali membuat suatu lembaga semacam sekolah untuk orang-orang yang tidak mampu, atau sebuah klinik kesehatan atau semacam lembaga yang mengurusi orang-orang yang tidak berkecukupan.
Mungkin mimpi saya ini terlalu tinggi namun semoga hal itu bisa terwujud. Aya juga ingin kembali ke daerah dan memberikan konstribusi positif kepada masyarakat dan daerah NTT. Suatu waktu nanti saya akan pulang dan mengabdi di sana.
Simpan 65 Surat Cinta
MESKI cita-citanya menjadi seorang dokter kandas namun tak mengecewakan Elizabeth Setiawati Blantran de Rozari alias Etty ini. Pasalnya, cita-citanya itu kini bisa 'diteruskan' oleh kedua anaknya, Cathy dan Aldo. "Saya percaya bahwa semua hal yang kami terima dalam kehidupan kami ini merupakan berkat dan kasih dari Tuhan," kata penyuka warna biru dan coklat ini.
'Selalu untuk selamanya' menjadi salah satu lagu favorit yang selalu dinyanyikan Etty setiap kali dia merasakan sukacita dalam menapaki kehidupannya. Meski suaranya pas-pasan, namun menurut wanita kelahiran 13 Juli 1965 ini, menyanyi merupakan salah satu hal positif yang bisa membuatnya awet muda.
"Dengan menyanyi saya bisa melepaskan seluruh rasa yang ada di hati," kata penyuka jagung rebus dan salad ini.
Umurnya tahun ini akan mencapai setengah abad, namun wajah dan tubuh alumni SMAK Syuradikara Ende 1983 ini masih terlihat awet muda dan cantik. Apa rahasianya?
Wanita berkulit putih ini mengatakan, selalu bersuka cita dalam menjalani kehidupannya dan selalu mengucap bersyukur atas apapun yang diperolehnya, suka dan duka. Alumni SMP Sanctissima Trinitas Hokeng ini juga selalu banyak minum air putih dan bergembira serta mengatur pola makan dengan baik.
Alumni SDK Larantuka II ini sangat mencintai kebersihan karena kebersihan itu merupakan bagian dari iman dan juga menjadi cerminan seseorang.
"Sesuatu yang bersih itu pasti akan indah dipandang mata. Karena itu saya paling tidak suka melihat rumah atau lingkungan yang kotor apalagi orang yang jorok. Saya juga paling tidak suka orang yang tidak tepat waktu," kata si pemilik rambut lurus ini.
Alumni Fakultas Ekonomi Manajamen Universitas Pakuan Bogor ini memiliki kisah cinta yang unik dengan suaminya, Ir. Karel Karni Lando. Keduanya adalah teman sekolah di SMU Syuradikara Ende tahun 1980. Namun selama tiga tahun bersekolah di sana, keduanya tidak pernah akur karena selalu bersaing dalam mencapai prestasi. Bagai tikus dan kucing demikian teman-temannya menilai keduanya yang selalu saja bertengkar.
Barulah setelah bertemu saat kuliah tahun 1986, benih-benih cinta di antara mereka mulai tumbuh. Setelah dipertemukan oleh Renata Fernandez, teman sekolah mereka, mulailah terjalinlah komunikasi intens di antara keduanya. Tak tanggung, untuk bisa terus menjalnin komunikasi 'asmara', keduanya selalu kirim mengirim surat melalui Pos dan Giro. Dari menggunakan perangko biasa, meningkat menggunakan perangko kilat hingga kilat tercatat.
"Sampai-sampai uang makan saya habis terpakai untuk biaya mengirim surat secara kilat tercatat untuk Pak Karel," kata Etty mengenang masa pacaran mereka. Akhirnya keduanya menikah bulan Desember 1990.
Suatu saat ketika sedang bercerita, Etty dikejutkan oleh pengakuan suaminya, bahwa surat-surat cinta dari Eti masih disimpannya.
"Saya kaget mendengar pengakuan Pak Karel itu. Karena saya juga menyimpan semua surat-surat Pak Karel untuk saya. Surat-cinta kami itu saya kumpulkan dan simpan dan saya binder semuanya. Semua surat cinta kami itu totalnya ada 65 surat," kata Etty sambil memperlihatkan surat cinta mereka itu.
Ikuti Terus Berita Terbaru di http://kupang.tribunnews.com
silahkan
Like www.facebook.com/poskupang.online
Follow https://twitter.com/poskupang