Kekeringan di NTT
Kekeringan di NTT Masih Normal
Saat ini puncak musim kemarau yang berdampak pada kekeringan di hampir semua daerah di NTT. Namun, kekeringan tidak merata di setiap daerah.
POS-KUPANG.COM, KUPANG --- Kepala Dinas (Kadis) Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT, Yohanes Tay Ruba mengatakan, saat ini puncak musim kemarau yang berdampak pada kekeringan di hampir semua daerah di NTT. Namun, kekeringan tidak merata di setiap daerah.
"Saat ini puncak kemarau. Laporan dari daerah-daerah sekarang ini ada (kekeringan), tetapi secara sporadis. Ada 1.558 daerah irigasi di NTT dengan karakteristik berbeda," katanya saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (7/10/2014).
Menurutnya, kekeringan yang melanda NTT saat ini masih normal dalam kisaran sekitar enam bulan dengan kondisi pangan masih cukup.
"Kita saat ini belum kategori luar biasa, bukan kekeringan secara masif yang merusak tanaman, tetapi masih bisa diminimalisir. Kejadian ini hanya enam bulan dan masih normal. Bahkan ada daerah yang masih panen terutama jagung," kata Yohanes.
Meski masih kategori normal, demikian Yohanes, pihaknya sudah mengantisipasi dengan mengimbau masyarakat jangan menanam padi di musim ini.
"Ada daerah yang panen terutama jagung. Dari awal kami imbau jangan tanam padi. Kami dorong tanam tanaman palawija, hampir semua kabupaten alami kekeringan sporadis. Justru di musim kering ini kita tanam tapi tentu dengan melihat potensi ketersediaan air," katanya.
Terkait persiapan menyambut musim tanam tahun ini, Yohanes mengatakan, telah ada persiapan dengan mendorong masyarakat melalui mobilisasi peralatan pertanian seperti traktor untuk persiapan lahannya.
"Kami mau persiapkan musim tanam 2014-2015. Kami dorong masyarakat untuk mobilisasi peralatan pertanian seperti pompa air, traktor yang memang sudah banyak dimiliki masyarakat. Kami juga koordinasi dengan kabupaten untuk mobilisasi traktor. Kami ada program reguler untuk selalu siap dan mobilisasi peralatan, mempersiapkan bantuan sarana produksi (saprodi)," jelasnya.
Selain itu, kata Yohanes, para petani memiliki kearifan lokal tentang bagaimana mengetahui musim tanam telah tiba. Meski demikian, pihaknya tetap akan menginformasikan kepada masyarakat terkait kajian dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).
"Petani kita punya kearifan lokal dalam mengamati lingkungan dan memahami perubahan iklim, tentang bagiaman tanda-tanda musim hujan akan tiba. Ada juga kajian BMG dan perkiraan kami biasanya (musim tanam) pada akhir November sampai awal Desember. Tapi pengalaman dari BMG selalu tidak tepat," katanya.
Ditanya persiapan benih, Yohanes mengatakan, sudah ada beberapa daerah yang siap panen seperti di TTS, Belu, Sikka, Nagekeo dan Sumba Timur.