Kekeringan Melanda NTT
Drs. Ignatius Sinu Bataona, M.A: Memanen di Musim Panas
daerah-daerah yang mengalami gagal panen tahun 2014 ini akan terus dilanda kondisi kekurangan pangan
BEBERAPA hari belakangan Harian Umum Pos Kupang menurunkan berita mengenai kegelisahan dan kegembiraan kaum tani di beberapa daerah. Petani cengkeh di Flores sekarang sedang menikmati kaharuman bunga-bunga cengkeh yang harganya lagi melonjak tajam hingga Rp 350 ribu per kilogram.
Sementara sebagian kecil petani di Lembata, Timor, dan Sumba sedang gelisah karena besar kemungkinan mengalami gagal panen, sebagai akibat dari hujan yang singkat dan tidak menentu. Hujan tidak turun ketika padi dan jagung sedang berbunga. Akibatnya, tanaman-tanaman pertanian yang sedang pada fase reproduksi itu gagal menghasilkan. Padi dan jagung mengering sebelum bulir dan mulai berisi.
Merujuk kekecenderungan yang siklik, maka daerah-daerah yang mengalami gagal panen tahun 2014 ini akan terus dilanda kondisi kekurangan pangan, yang bisa juga menyebabkan kaum taninya mengalami kelaparan berkepanjangan jika musim tanam tahun berikutnya panennya gagal lagi.
Berusaha tani tanaman tahunan padi dan jagung di daerah lahan kering baik di ladang maupun di sawah adalah berurusan dengan ketidakpastian panen. Keberhasilan panen tanaman padi dan jagung sangat bergantung kepada iklim ekstrem daerah ini.
Iklim ekstrem itu sangat berpengaruh pada ketersediaan air yang terbatas, serta serangan hama dan penyakit tanaman. Iklim yang bersahabat akan membentuk kondisi yang kondusif bagi keberhasilan panen tanaman padi dan jagung; sebaliknya iklim yang tidak bersahabat akan membentuk kondisi yang merugikan bagi keberhasilan panen tanaman padi dan jagung.
Hujan yang lama, lima sampai enam bulan dalam setahun, dan teratur akan membentuk kondisi kondusif bagi keberhasilan tanaman tahunan. Sebaliknya, hujan yang singkat, tiga sampai empat bulan dalam setahun, dan tidak teratur akan membentuk kondisi yang buruk bagi kegagalan tanaman tahunan.
Gagal panen di beberapa tempat di NTT tahun 2013/2014 ini bagi saya hanya bisa menyebabkan kondisi rawan pangan. Maksudnya, petani yang gagal penen padi dan jagung hanya kekurangan padi dan jagung, tetapi masih bisa makan dari kemungkinan-kemungkinan usaha tani lainnya yang mereka geluti. Seperti usaha tani singkong, ubi jalar, usaha tani hortikultura sayur dan buah, usaha tani kemiri, mente, kakao, usaha ternak babi, kambing dan sapi. Petani juga bisa meramu hasil hutan baik kayu dan non kayu untuk mendapatkan uang tunai yang bisa digunakan membeli beras, dan aneka kebutuhan lainnya untuk konsumsi.
Potensi Lahan Kering
Kondisi lapar tahunan yang pernah menjadi stigma bagi masyarakat NTT hingga tahun 1980-an adalah akibat dari masyarakat NTT sangat bergantung kepada tanaman tahunan padi dan jagung. Selama masyarakat NTT menggantungkan hidupnya kepada tanaman tahunan padi dan jagung, maka selama itu pula lapar tahunan akan terus melanda masyarakat NTT.
Solusinya sederhana saja, yaitu bebaskan masyarakat NTT dari ketergantungnya kepada tanaman padi dan jagung. Padi dan jagung memang wajib ditanam atau diusahakan petani di NTT karena memiliki hubungan dengan rangkaian adat istiadat bercocok tanam yang di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur yang diwariskan para leluhur. Tegasnya, rangkaian kegiatan bercocok tanam padi dan jagung hendaknya terus dilestarikan demi keselamatan nilai-nilai luhur warisan nenek moyang.
Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua menggelontorkan sejumlah dana untuk usaha tani tanaman jagung pada musim hujan dan musim kemarau. Tahun 2011 Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua memulai program yang penuh risiko, Program Memanen di Musim Panas. Risiko memanen di musim panas hanya bisa diminimalisir dengan menggelontorkan dana yang besar.
Tahun 2011 dilakukan penanaman pada musim panas hanya pada lahan seluas 200 hektar, dan berhasil dipanen 200 ton jagung. Pengalaman ini memicu petani Sabu berlomba-lomba mengolah tanah-tanah pertanian mereka untuk ditanami pada musim hujan dan musim panas.
Musim panas tahun 2012 penanaman jagung dilakukan pada lahan seluas 2.257 hektar dan berhasil dipanen jagung sebanyak 8.991 ton dengan tingkat produktivitas 3,98 ton, lebih tinggi daripada tingkat produktivitas NTT 2,89 ton. Tahun 2013 dilakukan penaman jagung pada lahan seluas 2.688 hektar dan berhasil dipanen sebanyak 9.970 ton dengan tingkat produktivitas 3,71 ton.
Meski demikian harus diakui bahwa bercocok tanam jagung pada musim panas di Sabu Raijua belum memberikan keuntungan yang signifikan kepada petani, karena nilai input-nya hampir seimbang dengan nilai output-nya.
Untungnya, risiko yang seyogyanya diterima petani sudah ditanggung pemerintah dalam bentuk subsidi. Sehingga kebijakan Pemerintah Kabupaten Sabu Raijua mensubsidi petani Sabu Raijua bercocok tanam pada musim panas adalah kebijakan yang bertujuan memberikan pendidikan kepada kaum tani.
Daripada kebijakan membagi-bagikan beras kepada petani yang kurang mendidik, lebih baik kebijakan memberikan input pertanian kepada para petani untuk bertani yang nilai mendidiknya sangat tinggi.
Kecamatan Wulandoni memang sekarang sedang dilanda gagal panen padi dan jagung sebagai akibat iklim yang tidak berasahabat. Begitu pula dengan beberapa kecamatan di Kabupaten Malaka, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Sumba Timur. Jika masyarakat di Kecamatan Wulandoni memiliki alternatif-alternatif seperti asam, mete, kemiri, ternak babi, dan kambing; maka masyarakat di Kabupaten Malaka, TTS, dan Sumba Timur memiliki alternatif-alternatif seperti usaha ternak sapi, babi, kambing, asam, mente, usaha lack, dan lain-lain.