Pemilihan Gubernur NTT
Kepercayaan Pada Pemimpin Rendah
Pengamat Politik dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Dr. David Pandie, M.S mengatakan, pada Pilgub NTT putaran kedua
Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Alfred Dama
David menyampaikan hal itu kepada Pos Kupang, Selasa (4/6/2013). Menurut dia, secara demokrasi pemimpin yang tidak mendapat pilihan terbanyak akan berdampak pada legitimasi.
"Kita melihat pilgub putaran kedua, ternyata tidak ada pemilih yang 100 persen rasional. Dan, dari hasil pilgub itu, kita bisa melihat apabila pemimpin yang tidak mendapat pilihan terbanyak atau sedikit dari pemilih, maka berdampak pada kepercayaan. Itu juga membuktikan bahwa sekarang ini kepercayaan terhadap partai politik rendah," kata David.
Dia menjelaskan, pilgub putaran kedua, dua paket mendapat pilihan yang hampir seimbang pada daerah-daerah tertentu. "Kalau bilang pemilih di NTT masih melihat agama, saya pikir kita tidak bisa berandai-andai seperti itu, kecuali melalui sebuah riset. Dan, kita tidak bisa menyimpulkan seperti itu, karena pemilih kita tidak 100 persen rasional," tegasnya.
Dikatakannya, hasil pilgub putaran kedua tampak pada kantong pemilih paket Esthon-Paul yang unggul adalah basis pemilih beragama Protestan, namun tidak begitu signifikan karena ada pemilih Frenly dan sebaliknya. Kecuali, pada beberapa daerah basis.
David mengatakan, pilgub putaran kedua partisipasi pemilih di NTT sangat rendah dan fenomena itu bukan hanya terjadi di NTT, tetapi di beberapa daerah mengalami hal yang sama. "Memang banyak golput, tapi golput itu dengan berbagai alasan. Masyarakat kita saat ini sudah pintar dan bisa menilai bahwa tidak ada hubungan antara kesejahteraan rakyat dengan pilkada/pilgub. Atau pilkada/pilgub tidak memberi keyakinan kesejahteraan bagi masyarakat," ujar David. *