Clarasati Ayu Suhanda Tidak Percaya, Tapi Senang

Pemilihan Puteri Indonesia 2013 awal Februari lalu memberi cerita tersendiri bagi Clarasati Ayu Suhanda. Sebagai perwakilan Nusa Tenggara Timur,

Editor: Alfred Dama
zoom-inlihat foto Clarasati Ayu Suhanda Tidak Percaya, Tapi Senang
Ist
Clarasati Ayu Suhanda

POS KUPANG.COM -- Pemilihan Puteri Indonesia 2013 awal Februari lalu memberi cerita tersendiri bagi Clarasati Ayu Suhanda. Sebagai perwakilan Nusa Tenggara Timur, Ayu tampil memukau dan berhasil menempati 10 besar dari 38 peserta dari semua Propinsi di Indonesia. Setelah melalui proses karantina selama 10 hari, Whulandary Herman dari Sumatera Barat terpilih sebagai Puteri Indonesia 2012-2013.

Prestasi ini jelas sangat membanggakan, tidak saja bagi Laras, tetapi juga bagi masyarakat NTT. Sebab, dalam sejarah keikutsertaan NTT di ajang kecantikan ini, baru kali ini wakil NTT berada di posisi 10 besar.

Bagi Laras  yang kini mahasiswi Fakultas Hukum, Universitas Nuca Cendana (Undana), prestasi ini bukan untuk dirinya sendiri. Setidaknya ia bisa menunjukkan ke mata Indonesia bahwa NTT juga punya potensi sumber daya manusia (SDM).

Dalam perbincangan dengan Pos Kupang belum lama ini, Ayu yang terlihat cantik dengan shirt putih dipadu jeans biru langit, mengatakan, sebenarnya ia tidak punya target apa-apa kecuali hanya ingin yang terbaik. Karena itu, pada saat namanya disebut masuk daftar 10 besar, dia antara percaya dan tidak percaya maju untuk berdiri bersama sembilan Puteri lainnya.

Di balik kesuksesannya, Ayu sebenarnya kecewa dengan minimnya dukungan dari Pemprop NTT serta pandangan sinis tentang keberhasilannya. Meski demikian, ia berharap agar perwakilan NTT pada tahun-tahun mendatang bisa lebih sukses dengan dukungan yang lebih besar dari Pemprop NTT.
Berikut petikan perbincangannya dengan Pos Kupang beberapa waktu lalu.

Bisa Anda ceritakan pengalaman 10 hari masa karantina Pemilihan Puteri Indonesia?
Saat kita masuk karantina, pada hari pertama itu langsung ada kegiatan. Kedatangan kita diterima langsung Ibu Putri K Wardani, Ketua Pembina Yayasan Puteri Indonesia. Kita langsung tanda tangan kontrak. Kontrak itu berlaku selama setahun  baik sebagai Puteri Indonesia maupun sebagai finalis Puteri Indonesia. Intinya kontrak itu adalah, kalau kalian dibutuhkan oleh Yayasan Puteri Indonesia, maka kalian harus siap. Jadi kalian bertanggung jawab atas nama baik Yayasan Puteri Indonesia. Sebelumnya tidak ada begini-begini, tapi karena ada masalah Puteri Indonesia yang lalu-lalu, jadi memang Yayasan berbuat seperti ini supaya kita tetap tertib, supaya kita yang finalis-finalis ini lebih sadar sikap, sifat dan sikap kepada orang. Susah-susah gampang juga.

Apa saja kegiatan selama 10 hari karantina itu?
Banyak sekali kegiatannya, karena kita harus bangun jam 3 pagi dan kegiatan sampai jam 12 malam.  Kegiatannya macam- macam, seperti pembekalan berbagai pengetahuan dari orang- orang yang ahli di bidangya untuk pengembangan diri kita. Antara lain dari ibu Linda Agum Gumelar (Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Mari Elka Pangestu (Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif), Prof Dr Balthasar Kambuaya, MBA (Menteri Lingkungan Hidup), Ir Joko Widodo (Gubernur DKI Jakarta), Choky Sitohang tentang  (pembekalan public speaking), Dr M Yusuf, SPOG, ObGyn tentang kanker serviks dan Mustika Ratu  tentang kecantikan.

Ada juga tentang anti korupsi dari Ketua KPK, Abraham Samad, terus tentang anak dari  Ketua Komnas Perlindungan Anak, Aris Merdeka Sirait dan dari BNN tentang narkoba. Ada juga aksi peduli sosial sepeti  kunjungan sosial ke sekolah anak jalanan.

Saat tampil pada malam final, bagaimana perasaan Anda?
Itu malam yang sangat ditunggu-tunggu, bukan saja kita para finalis, tetapi juga keluarga dan masyarakat Indonesia. Tentu itu sangat membanggakan dan mendebarkan juga karena acara itu disiarkan live dan ditonton oleh jutaan masyarakat Indonesia. Kita juga dituntut untuk tidak boleh melakukan kesalahan karena acara ini disiarkan langsung stasiun TV nasional, Indosiar. Saat di panggung itu setelah memperkenalkan diri dan kita kembali ke balakang ganti pakaian lagi. Saat jalan itu saya was-was juga dan terus berdoa semoga saya  tidak menginjak baju saya yang di bagian belakang. Karena kalau terinjak, bisa- bisa keseimbangan kita hilang dan terjatuh, padahal kita jangan buat salah. Jadi saya tidak pikir hal lain, hanya fokus di situ saja. Waktu itu ada papa dan mama, jadi itu juga motivasi buat saya. Saat itu saya hanya pikir papa dan mama juga, jadi pikiran saya mau lakukan yang terbaik dulu untuk orangtua yang sudah datang jauh-jauh untuk mendukung saya.

Ketika nama Anda disebut masuk 10 besar. Apa perasaan Anda saat itu?
Waktu itu saya sendiri tidak menyangka ya, karena kita sudah punya gambaran siapa-siapa saja yang masuk 10 besar. Dan, nama saya tidak ada di antara 10 besar. Kita tahu itu karena kabar online selalu meng-update finalis yang bakal masuk 10 besar dan saya tidak di dalamnya. Jadi 10 besar itu pertama Sulut, kedua Bengkulu, ketiga Sumatera Barat, keempat nama  Nusa Tenggara Timur disebut. Di panggung,  waktu Coky bilang Nusa Tenggara Timur, saya kaget, bingung, dan saat maju itu saya senang sekali. Saya agak kurang yakin juga karena Choky hanya menyebut Nusa Tenggara saja, mungkin presenter itu juga ragu ya, karena ada Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Tapi setelah dibaca ulang baru disebut Nusa Tenggara Timur, jadi saya kaget, tapi senang juga.

Setelah itu  apa yang Anda pikirkan?
Antara percaya dan tidak, tapi nyatanya nama Nusa Tenggara Timur sudah disebut. Jadi yang saya pikirkan adalah  dalam 10 besar itu ada sesi tanya jawab. Jadi pertanyaan dari mana, pertanyaan apa lagi karena persiapan juga kurang maksimal. Semasa karantina juga banyak kegiatan, kita sangat sibuk sehingga hampir tidak punya kesempatan belajar. Karena kita baru tiba kembali di hotel jam satu malam dan sudah bangun lagi jam tiga. Tapi syukur, saya bisa menjawab pertanyaan dengan baik dan saya juga syukur pada Tuhan karena bisa masuk 10 besar, karena kontestan yang lain juga cantik, pintar dan punya kepribadian.


Waktu dipanggil untuk 10 besar, apa yang ada dalam pikiran Anda?

Pertama, saya tidak percaya bisa masuk 10 besar karena pada 10 hari karantina, NTT tidak pernah disebut masuk dalam 10 besar, apalagi saat itu media online sebagai acuan kita itu tidak mencantumkan nama NTT ke daftar 10 besar. Ketika dipanggil 10 besar, jadinya kaget, karena memang tidak tahu  penilaian juri seperti apa, penglihatan mereka seperti apa selama 10 hari. Jadi waktu itu kaget karena tidak percaya masuk dalam 10 besar ini.

Sebelum pengumuman lima besar,  apa yang Anda pikirkan?
Waktu itu istilahnya pasrah dan berdoa pada Tuhan. Saya sudah berusaha untuk mmberikan yang terbaik selama masa karantina, jadi kalah atau menang dalam suatu perlombaan adalah hal yang wajar. Jadi lebih banyak berserah pada Tuhan.
Setelah menjawab pertanyaan saat di 10 besar, kembali ke Back State masih duduk juga. Saya akui, memang semua orang yang ikut lomba pingin menang dan saya juga sebenarnya pingin masuk lima besar, tiga besar dan jadi Puteri, tapi saya juga realistis saja kalau masuk syukur kalau tidak juga tidak apa-apa karena saya sudah berusaha. Dalam pikiran saya sudah syukur masuk 10 besar, tapi kalau masuk lima besar maka lebih bersyukur lagi, tapi nyatanya tidak masuk lima besar dan saat ke belakang saya juga tetap bersyukur dan di belakang 28 teman yang tidak masuk 10 besar itu banyak yang memberikan semangat. Bagi saya masuk 10 besar saja sudah luar biasa karena bisa melewati 28 peserta lainnya yang juga cantik-cantik dan pintar.

Menurut Anda, tidak masuk lima besar kenapa?
Mungkin kesalahan pertama adalah suara saya hilang. Saat di belakang panggung, Ketua Umum Dewan Juri, Ibu Kusuma Dewi datang dan memeluk. Dia berkata, Laras saya berharap kamu bisa masuk lebih dari ini, lebih dari 10 besar, tapi saya menyesal suara kamu hilang dan nilai kamu setara dengan Sulut tapi ada beberapa juri yang tidak mendengar dengan baik apa yang kamu sampaikan karena suara kamu hilang. Dan, saya  juga menyesal karena sehari sebelum acara puncak atau hari kesembilan itu, suara saya sudah hilang. Masalah suara ini sudah ada sejak hari keempat masa karantina, saya dikasih jahe tapi karena jahe ini tidak mungkin langsung dimakan, jadi akibatnya saya bermasalah dengan suara saat di panggung.
    
Langkah Anda di panggung pemilihan Puteri Indonesia terhenti di 10 besar, itu prestasi yang luar biasa karena Anda orang NTT pertama yang bisa masuk 10 besar.  Tapi ini menjadi titik awal Anda masuk dunia entertain. Apa rencana selanjutnya?

Memang ada tawaran dari manajemen Adi Buana untuk mengikuti beberapa sinetron, ada modeling juga karena Puteri Indonesia basic-nya modeling. Setelah itu saya bilang bahwa saya harus menyelesaikan studi atau kuliah dulu dan saya harus kembali lagi ke sini dan ternyata dari manajemennya langsung dari manajernya mengatakan boleh, kamu selesaikan kuliah dulu dan tahun depan kamu sudah selesai semuanya karena kebetulan tahun depan saya sempat mendapatkan sekolah di John Robert Power. Kebutulan ada buka kelas akting dan manajer ini mengatakan harapannya saya datang dan ikut kelas akting kalau memang benar-benar mau fokus ke dunia entertain.

Suka berakting?
Sebenarnya rada-rada ragu, tapi setelah masuk ke Puteri Indonesia sempat dipanggil oleh juri waktu pemilihan Puteri NTT  karena katanya mau diajak buat iklan juga. Jadi waktu itu saya dipanggil dengan beberapa peserta seperti DKI I, saya, Jawa Tengah dan Sulut. Kami dipanggil dan ditawari model iklan pewarna rambut. Setelah mencoba ternyata hal yang mudah. Kalau kita lihat sepertinya susah karena harus hafal panjang. Tapi waktu saya lihat skrip, ternyata tidak sulit karena kalau ada kesalahan bicara atau salah gerakan badan langsung cut. Jadi oh ternyata lumayan gampang.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved