Benny Harman, Disiplin, Kerja Keras, Kesederhanaan dan Cinta Kasih
Nusa Tenggara Timur dengan dengan kondisi alam yang keras memaksa masyarakat di wilayah ini untuk bekerja keras untuk menjalani kehidupan

Pria yang kini menjadi Calon Gubernur NTT ini lahir di Denge, Todo, Kabupaten Manggarai pada 12 September 1962.
Terlahir dari pasangan Damianus Kabur yang juga seorang guru dan Katarina Ulus, Benny dididik dengan disiplin tinggi. Meskipun anak guru, hampir setiap hari Benny juga harus menjalani kehidupan seperti anak-anak desa lainnya, antara lain Benny harus menggembalakan ternak sebelum pergi sekolah.
Selepas menggembala sapi dan kerbau di kebun, Benny harus lekas mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah dari pukul 07.00 sampai pukul 13.00 siang. Pulang sekolah, Benny pun tak leluasa bermain, ia harus ke kebun dan membawa pulang sapi dan kerbau serta membantu orangtuanya berkebun.
Meski demikian, sang ayah yang juga seorang guru terus menekankan bahwa pendidikan harus menjadi prioritas untuk melepaskan diri dari telikung kebodohan, ketertinggalan maupun kemisikinan. Dengan pendidikan, ia berusaha nantinya bisa berarti bagi orang lain.
Dalam buku Benny K Harman, Panggilan Nurani disebutkan, kedisiplinan, keterbiasaan dalam persaingan dan ajaran-ajaran yang ditanamkan kedua orangtuanya ternyata telah menjadi modal berharga bagi Benny dalam mengarungi jalur kehidupannya yang semakin penuh tantangan .
Tak bisa ditampik kesuksesan Benny kini tak bisa lepas dari ajaran dan nilai keluarga yang begitu adiluhung. Benny bersyukur dilahirkan dari keluarga seorang pendidik yang begitu kental menanamkan nilai pendidikan dan filosofi hidup.
Benny menikah dengan drg. Maria G Ernawati, SpBM tahun 1994 di Jakarta. Pernikahan dengan wanita asal Maumere-NTT tersebut telah melahirkan tiga anak perempuan yaitu Maria Cecelia Stevi Harman, Maria Benedikta Stella Harman dan Maria Benedikta Molas Harman.
Benny yang termasuk Family Man selalu menyempatkan waktu untuk bersama keluarga. Dan, ketiga buah hatinya tersebut juga dididik dengan disiplin tinggi.
Kedisiplinan, kerja keras, kesederhanaan, menebarkan cinta kasih dan lainnya merupakan sebagian kecil ajaran moral yang sangat dijunjung keluarga Benny. Ajaran tersebutlah yang dibawa Benny ke mana pun dan di mana pun ia berpijak.
Perjalanan pendidikan Benny juga tidak mulus. Setelah tamat SDK Denge tahun 1975, masalah ekonomi membuatnya hampir saja tidak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP. Ia beruntung karena pamannya bersedia membiayai pendidikan hingga tamat SMP 1977. Selama di SMP Tubi Ruteng, Benny tinggal di asrama Bruderan Santo Aloysius Ruteng. Setelah tamat SMP, ia melamar ke SMA Seminari Pius XII Kisol Flores NTT.
Setelah lepas SMA 1982, Benny masuk ke Universitas Brawijaya Malang dan tahun 1987, Benny diwisuda menjadi seorang sarjana hukum. Setelah berbagai aktivitas, Benny melanjutkan pendidikan S2 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia tahun 1993. Ia menyelesaikan program master tersebut tahun 1997 dan empat tahun berikutnya ia masuk program doktor dengan promotornya Prof.Dr Jimly Asshiddiqie, S.H. Benny yang mengambil spesialis tata negara menyelesaikan program doktornya tahun 2006 lalu.
Semasa menjadi aktivis di LBHI, Benny juga mengikuti pendidikan antara lain Training for Paralegal Trainers di Thailand yang pesertanya dari berbagai negara di Asia Pasifik. Ia mengikuti Training on Environmental Law di Prancis. Training ini ia mendapat pendalaman ilmu bidang hukum dan lingkungan serta Training on International Human Right Law di New York, Ameriksa Serikat.
Di dunia kerja, Benny merupakan salah satu pendiri Indonesian Center for Environmental Law (ICEL) atau Yayasan Pengembangan Hukum Lingkungan Indonesia, ia juga tercatat sebagai salah satu pendiri LSM Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) pada tahun 1994.
Berbagai kiprah di dunia hukum telah dijalani Benny yang kini menjadi anggota DPR RI. (*/alf)