Brigjen Jan Pieter Ate: Membangun NTT dari Luar
Putra NTT asal Sumba Barat Daya (SBD) yang kini menempati jabatan Direktur Kerjasama Internasional Kementerian Pertahanan RI ini

Anak kedua, Gloria Kemala Ate, kini mahasiswi semester V Fakultas Kedokteran di Jakarta. Dan anak ketiga, Sharen Benita Ate adalah wakil ketua OSIS, SMPN 1 RSBI Jakarta Pusat. Bagi Jan, keluarga, istri dan anak-anak adalah harta yang tak ternilai harganya. Jan merasa karier dan pekerjaannya yang menuntut pengabdian yang tinggi seringkali membuat keluarga yakni istri dan anak-anak terabaikan dari perhatiannya.
"Selama ini, istri dan anak-anak saya adalah orang yang sangat berkorban, berkorban perasaan, waktu dan segalanya bagi suami, ayah, yang bekerja tulus pada negara. Karena itu saya sangat menyayangi dan berterima kasih kepada mereka. Jangan pernah sia-siakan keluarga," pesan Jan.
Waktunya bertemu istri dan anak sangat kurang, terlebih istrinya bekerja sebagai PNS di Kementerian Keuangan RI. Tentu banyaknya waktu di luar rumah membuat banyak godaan. "Namun kami saling percaya dan setia. Hal itu menjadi kekuatan untuk keutuhan keluarga," kata Jan.
Di sela-sela kesibukannya, Jan suka menulis dan sesekali berkumpul dengan kaum muda untuk memberikan motivasi kesuksesan. Dan sejak beberapa tahun ini, lelaki yang suka menyanyikan lagu-lagi Black Brothers ini aktif sebagai pembina bagi 130 mahasiswa calon dokter asal NTT yang belajar di Jakarta. Sering melakukan kegiatan sosial kemanusiaan. Menurut anak dari pasangan NG Ate dan Yuliana Leda Dewa ini, kekuatan warga NTT yang luar biasa harus digali dan dikembangkan.
"Pesan saya, orang NTT jangan hanya mengejar keberhasilan dan jabatan hanya di dalam daerah. NTT. Tapi harus bisa berhasil juga di luar NTT, dengan mengisi jabatan-jabatan penting di setiap kementerian dan lembaga di tingkat pusat. Dengan kondisi itu, maka mereka akan mudah membangun NTT, baik dari dalam maupun dari luar NTT," kata Jan.
Pemerintah diharapkan menyeleksi putra-putri terbaik NTT mulai dari tingkat SD, SMP, SMA sehingga bisa kuliah pada Universitas terkemuka dan menjadi sarjana berkualitas.
Setelah itu, menghadap Presiden dan titipkan mereka ke sejumlah kementerian di Jakarta dan honornya dibiayai oleh pemerintah daerah untuk jangka waktu tertentu.
"Ketentuannya, jika yang bersangkutan berkualitas dan mau dipakai di kementerian itu, maka serahkan dia untuk bekerja di sana. Tapi jika dinilai tidak berkualitas, maka tarik kembali ke daerah. Sederhana sekali kan. Tapi hal ini bisa membuka jalan bagi keberhasilan orang-orang NTT di luar NTT," kata Jan. (vel)